Jakarta, TopBusiness – PT Pelayaran Bahtera Adhiguna atau biasa disingkat BAg memahami betul seputar inisiatif strategi tanggung-jawab sosial (CSR) demi keberlanjutan bisnis di kemudian hari. Karenanya, perusahaan mengadopsi implementasi ISO 26000 sebagai panduan dasar.
Menurut Direktur Utama BAg Tri Susanto, pihaknya memahami bahwa Bag merupakan satu perusahaan yang operasionalnya, itu bukan hanya di darat secara operasional dengan orang, tapi juga lingkungan.
“Dan, kami saat ini dalam tahap mengadop implementasi dari ISO 26000, Social responsibility juga sudah kita lakukan,” ujar Tri saat sesi pendalaman materi presentasi berjudul SECURING, SUPPLY AND SUSTAINABILITY, kepada Dewan Juri TOP CSR Awards 2025, yang berlangsung di Jakarta, kemarin, secara online melalui aplikasi rapat zoom.
Bahkan dirinya juga berharap agar ISO 26000, sejalan dengan inisiatif-inisiatif strategi CSR dalam rangka untuk mewujudkan keberlanjutan bisnis proses di perusahaan. ”Dan kami harap ini juga menjadi satu program yang tentu akan men-sustain program-program kegiatan kita di lapangan, dalam operasional,” ungkap dia.
Dalam konteks menciptakan program CSR guna mempertahankan kesinambungan bisnis, maka pemilahan pemangku kepentingan atau stakeholder menjadi sebuah keniscayaan. “Dan ini kita harapkan juga mampu memilah-milah, mana sih management stakeholder yang kita perlukan, terkait dengan ISO-nya juga. Dan ini kita harapkan juga nanti, tentunya, didukung sama stakeholder yang selama ini memang penting bagi kami,” kata Tri.
Dirinya juga mengutarakan soal keberadaan perusahaan bagi lingkungan sekitar, sehingga perlu melakukan mitigasi atas dampak risiko yang bakal muncul. “Kami paham bahwa operasi kami, itu saat ini core business-nya adalah angkutan batubara, sebagai menyalurkan ke PLN dan IPP. Setiap kapal kita, itu’kan punya kelengkapan. Bagaimana limbahnya tidak dibuang di laut, dibuangnya saat kita sampai di port saja, nah kita seperti itu. Kemudian, juga pada saat spill (tumpahan) batubara pun, spill minyak itu kita juga dilengkapi, bahkan punya kewajiban di perairan-peraian. Kita akan bongkar itu dilengkapi dengan alat bongkar,” papar dia.
Di kesempatan yang sama, Direktur Operasi Idaman menjelaskan tentang aturan main di industri pelayaran internasional. “Mungkin sedikit globalnya dulu yah. Sekarang kan kita masuk dalam International Maritime Organization (IMO), shipping company itu harus mengacu kepada peraturan internasional yang sangat ketat. Dan di pasar global sekarang, apabila kita tidak mengikuti regulasi yang ada maka entitas perusahaan ini drow, nah kita tidak ingin seperti itu. Kita harus bertanggung jawab, makanya kita harus juga mengadopsi perubahan-perubahan yang terjadi di International Maritime Organization,” jelas dia.
Sehubungan penciptaan program CSR yang selaras dengan dampak operasi perusahaan, BAg telah perusaha untuk mengantisipasinya.
“Nah, terkait dengan langkah kami yang sudah dilakukan. Sebenarnya, untuk emisi sudah cukup banyak kami lakukan. Yang pertama, pemakaian BBM itu harus mengikuti low emission, low sulphur fuel oil, ini peraturan internasional, kami sudah mengadopsi itu. Sekarang kapal-kapal kami sudah menggunakan bahan-bahan yang low sulphur fuel oil, itu hubungannya dengan efek gas rumah kaca. Karena, sulphur itu sangat berisiko terhadap risiko hujan asam,” kata Idaman.
Selanjutnya, perusahaan mengimplementasikan onshore charging di kapal. “Dua kapal kami di Suralaya sudah implemented dan sudah berjalan hampir 2 tahun. Nah, onshore charging ini, prinsipnya apabila kapal itu sedang bersandar di pelabuhan untuk pembongkaran muatan maka seluruh mesin di kapal itu kami, off, harus mati,” imbuh dia.
“Engine yang menyumbang emisi itu kami off dan kami menggunakan listrik dari darat, PLN sehingga tercipta green port di daerah setempat. Nah, ini akan berkelanjutan terus. Kami akan lakukan terhadap kapal-kapal kami. Dan nantinya kami sedang minta bantuan holding, PLN Pusat bahwa kapal yang kami carter juga wajib gitu. Jadi dampaknya akan meluas,” pungkas Idaman.