Jakarta, TopBusiness – Kepemimpinan yang kuat sangat terlihat jelas dari sosok Muchammad Sjahid, S.IP., M.Si saat memimpin Perumda Air Minum Tirta Aji Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Banyak gebrakan yang sudah dilakukan dari sosok Direktur Utama ini untuk menjadikan PDAM satu ini menjadi semakin maju dan menguntungkan.
Namun sosoknya tak hanya kuat dalam inovasi tapi juga tetap mengayomi jajaran karyawan yang dipimpinnya. Sehingga dirinya sangat rajin untuk turun ke bawah mengecek langsung kondisi di lapangan. Karena bagi dia, perusaahaan BUMD yang baik memang harus juga mampu menyetorkan dividen tinggi akan tetapi juga tetap harus menyejahterakan karyawannya.
“Jadi, kami akan terus naik (setoran dividen), akan tetapi kami juga tak akan melupakan karyawan juga. Dividen tinggi, karyawan tetap sejahtera. Jangan sampai, kita berbakti kepada Nusa dan Bangsa tinggi, tapi malah yang mengerjakan tidak mendapatkan yang setimpal,” begiitu kalimat tegas yang dilontarkan Sjahid kepada TopBusiness di sela-sela Media Visit Dewan Juri TOP BUMD 2025 ke PDAM Tirta Aji Wonosbo, pada Selasa (23/9/2025) di ruangannya. Wawancara ini sendiri bagian dari acara Visit Media Dewan Juri TOP BUMD Awards 2025 ke PDAM Tirta Aji Wonosobo.

Dengan pembawaannya yang tenang, bahkan kerap dibarengi guyonan nan segar, namun ketegasan tetap terlihat jelas. Sehingga hal itu yang tampak terlihat jelas dari banyak keberhasilan yang sudah ditorehkan itu.
Salah satu keberhasilan yang membanggakan adalah Penghargaan Penyelenggaraan Air Minum Aman oleh Kementerian PUPR Tahun 2024 lalu. Cerita dia, semula dirinya tidak yakin akan menjadi pesaing nomor satu, sebab kompetitornya itu yang menjadi langganan juara. “Kami masuk tiga besar saja sudah cukup, oh ternyata menjadi juaranya,” cerita dia. Kala itu penghargaan dianugerahkan di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) dan yang memberikan langsung Menteri PUPR kala itu, Basuki Hadimoeljono.
“Ada 17 nominator seluruh Indonesia. Ada dari Bali, Banyuwangi, Sleman, Bandung, dan lainnya. Ini merupakan hasil seleksi yang sudah mengerucut. Dan yang 17 itu dikunjungi langsung oleh pihak PUPR untuk mengecek airnya. Jadi datang langsung ke sini. Mereka itu dari Bappenas, Dinas Kesehatan, dan PUPR, hadir semua. Lengkap,” ceritanya.
Beberapa yang dinilai antara lain, terkait penurunan ATR (air tak berekining) di PDAM Tirta Aji, juga kemudian bagaimana kualitas airnya, bagaimana juga pihak PDAM Tirta Aji membuat dokumen air PAM secara sempurna, atau minimal untuk satu SPAM yang ada. Termasuk juga bagaimana kondisi clorine (klor) masih mencapai 0,2 mg/L atau tidak yang termasuk layak untuk air minum. “Jadi mereka betul-betul teliti. Mengukurnya teknis banget,” katanya.
Sebetulnya yang membuat kepercayaan diri tinggi dari PDAM yang memilkki tagline, “Ora Bali Sadurunge Mili” (Tidak Pulang Sebelum Mengalir) itu karena memang kualitas airnya 100% dari mata air. Tidak ada yang pengolahan sama sekali. “Sehingga kalau dipertandingkan pasti menang lah kita. Dan alhamdulillah kita menang untuk yang pertama kali,” katanya, bangga.
“Jadi ini luar biasa, dengan tingkat persaingan (yang) luar biasa, dengan beberapa PDAM yang langganan (jadi pemenang) juga ada, tetapi yang dinyatakan menjadi juara adalah PDAM Tirta Aji Wonosobo,” tandasnya lagi.

Kepemimpinan Kuat
Kembali dijelaskan Sjahid, keberhasilan yang diraih perusahaannya tak lepas dari beberapa hal. Pertama, kepemimpinan yang kuat. Dan pemimpin yang kuat harus memberi contoh. Jadi istilah tone at the top sungguh dilaksanakannya.
“Jadi dengan begitu kita bisa menciptakan kebersamaan antara Dirut dan karyawan yang menyatu. Dan direksi tidak duduk di ruangannya saja, tapi turun ke bawah, berbincang dengan karyawan itu akan lebih baik. Dan itu lebih tepat meneyerap apa yang diinginkan mereka,” tegas Sjahid.
Lalu, kedua, sebagai BUMD maka PDAM itu harus bersinergi dengan KPM (Pemegang modal, seperti Bupati atau Walikota), Direksi, dan Dewan Pengawas (Dewas).
“Karena bagaimanapun juga sebagai BUMD harus bisa menempatkan di posisi startegis antara KPM, Direksi, Dewas, secara integral bukan berarti saling mengiayakan, tapi harus ada keputusan sama yang dijaga bersama,” katanya.
Lalu, ketiga, bagaiama menerjemahkan hidup ini tak melulu kepada pendapatan, uang, dan lain sebagainya. “Makanya, kita juga ada UPZ (Unit Pengelolaan Zakat). Jadi, setiap karyawan yang ‘tersenyum’ (sejahtera) harus ada zakatnya. Dan sebagai bukti, mushola itu (di kompelk kantor PDAM Tirta Aji) dibangun dari hasil UPZ, bukan Perusahaan,” katanya, sambil tersenyum.

Kemudian, jangan lupa untuk setiap hari Jumat mengadakan program Jumat Berkah. “Ini kita rutin kita selenggarakan. Dan menunya itu, maaf, bukan bungkusan tapi nasi padang (kotak). Jadi cukup menarik untuk lingkungan sekitar. Saya tidak mengatakan, kalau diberi makan tidak mendidik, bukan itu. Tapi kita juga kan kalau di (pengusaha) mikro dan kecil juga ada yang kita bantu. Jadi tidak melulu urusan duit itu harus digenggam sendiri, itu tidak ada manfaatnya,” Sjahid menerangkan.
Kunci selanjutnya, kata dia, membangun bisnis kekinian yakni salah satunya melalui inovasi digitalisasi. “Saat ini saya melihat aplikasi itu menjadi peting. Menjadi kunci yang membuat Perusahaan ini menjadi maju. Meski banyak bertentangan dengan yang lain, karena menurut saya, perusahaan jasa itu tidak perlu banyak tenaga kerja. Tapi banyak skill yang perlu mengelola air menjadi lebih bertanggung jawab. Ini lebih efisien,” dia memberi alasan.
Bahkan dengan digitalisasi ini, diriya terus bertekad untuk kian efisien dengan mengurangi beberapa karyawannya. Kalau tetap harus ada bisa lewat pihak ketiga atau outsourcing. Langkah ini juga selaras dengan target dari Pemerintah Kabupaten untuk menciptakan bisnis BUMD yang lebih efektif an efisien.
