Jakarta, BusinessNews Indonesia – Perdagangan saham di bursa utama Asia hari ini dibuka melemah. Pelemahan ini dipicu sentimen perang dagang yang masih menghantui ekonomi dunia saat ini.
Pada Kamis (15/2/2018), bursa Jepang dibuka di teritori negatif. Indeks Nikkei 225 melemah 0,34%, sementara indeks yang lebih luas yaitu Topix turun 0,32%.
Bursa saham Negeri Matahari Terbit tertahan oleh laju emiten-emiten industri manufaktur. Misalnya saham NTN Corp (produsen suku cadang kendaraan bermotor) yang turun 4,93. Kemudian saham Okuma Corp (produsen mesin) yang terkoreksi 4,83%.
Sementara bursa saham Korea Selatan masih mampu mencatatkan kenaikan tipis 0,01% saat pembukaan, tetapi kemudian langsung meluncur ke zona merah. Seperti halnya di Jepang, indeks Kospi di Negeri Ginseng juga dibebani oleh pelemahan di saham-saham emiten manufaktur seperti Dongyang Steel Pipe Co Ltd (-8,13%) atau In the F Co Ltd (-5,2%).
Kemudian di Hong Kong, indeks Hang Seng juga dibuka melemah 0,8%. Begitu pula dengan Shanghai Composite dan CS300 yang dibuka dengan koreksi yang sama yaitu 0,4%.
Bursa regional terimbas sentimen negatif dari Wall Street, yang sebelumnya ditutup di jalur merah. Dow Jones Industrial Average turun 1%, S&P 500 melemah 0,57%, dan Nasdaq berkurang 0,19%.
Setelah isu bea masuk baja dan aluminium selesai, kini Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan akan mengenakan bea masuk baru yang menyasar senilai US$ 60 miliar barang-barang impor dari China. Barang-barang yang akan dikenakan bea masuk tersebut adalah yang terkait dengan sektor teknologi, telekomunikasi, dan pakaian.
Langkah ini diambil guna ‘menghukum’ China atas pencuriaan kekayaan intelektual yang dimiliki oleh korporasi asal AS. Tak sampai di situ, pemerintahan Trump juga dikabarkan berniat membatasi investasi oleh perusahaan-perusahaan asal China di AS.
Investor mulai mencemaskan potensi perang dagang antara Negeri Paman Sam vs Negeri Tirai Bambu. Pasar semakin cemas kala Larry Kudlow, calon Kepala Dewan Ekonomi Gedung Putih, menyatakan China pantas mendapat perlakuan keras dalam hal perdagangan. Calon pengganti Gary Cohn ini menilai China selama ini telah bermain curang.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan China memastikan bahwa pihaknya akan menyiapkan tarif balasan merespons kebijakan perang dagang Presiden AS Donald Trump. Pemerintah China saat ini mengklaim tengah menyusun kenaikan tarif.
China mengaku akan memasang tarif tinggi terhadap sekitar 1.000 produk-produk asal AS, terutama produk-produk kedirgantaraan, robotik, manufaktur, dan industri otomotif.
“China tak menginginkan perang dagang. Namun, kami akan segera meluncurkan langkah balasan, menyesuaikan tarif seperti yang telah diluncurkan oleh AS,” tulis keterangan resmi Menteri Perdagangan China, seperti dilansir CNN.com, Sabtu (16/6).