Jakarta, BusinessNews Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi sepanjang Juli 2018 cukup tinggi mencapai 0,28 persen. Hal ini terjadi karena sebagian besar dari indeks kelompok pengeluaran mengalami kenaikan.
“Pada Juli 2018 kami mencatat terjadi inflasi sebesar 0,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 134,14,” ujar Kepala BPS, Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (1/8/2018).
Dia menegaskan, kenaikan inflasi yang tinggi sepanjang Juli lalu karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Seperti kelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,45 persen.
Selanjutnya, kata dia, kenaikan untuk kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,16 persen, kelompok sandang sebesar 0,29 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,27 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,83 persen.
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeksnya, yaitu kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,65 persen,” jelas dia.
Dari sebanyak 82 kota IHK yang disurvey, lanjut Kecuk- panggilannya itu, sebanyak 68 kota mengalami inflasi dan sisanya atay 14 kota justru mengalami deflasi. Dengan inflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar 1,47 persen dengan IHK sebesar 135,77.
“Sedang untuk inflasi yang terendah terjadi di Depok, Banyuwangi, dan Surabaya masing-masing sebesar 0,03 persen dengan IHK masing-masing sebesar 131,59, 128,51, dan 133,37,” ungkap dia.
Lebih jauh Kecuk menegaskan, dengan laju inflasi yang demikian itu, maka tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2018 mencapai 2,18 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juli 2018 terhadap Juli 2017) sebesar 3,18 persen.
Sementara itu, untuk komponen inti pada Juli 2018 mengalami inflasi sebesar 0,41 persen. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari– Juli) 2018 mengalami inflasi sebesar 1,78 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juli 2018 terhadap Juli 2017) sebesar 2,87 persen.
“Sehingga dengan inflasi Juli yang 0,28 persen, lalu angka inflasi tahun kalender 2,18 persen dan inflasi tahun ke tahun 3,18 persen itu, maka kesimpulannya inflasi masih terkendali,” klaim dia.
Dia menambahkan, inflasi yang terjadi di Juli itu masih lebih rendah dari inflasi Juni 2018 yang menembus 0,59 persen. Kondisi waktu itu dipicu oleh puncak konsumsi masyarakat selama Ramadhan dan Lebaran.
“Dan itu sudah usai, sehingga harga (di Juli) kembali normal. Maka inflasinya pun lebih kecil dari sebelumnya. Tapi memang lebih tinggi dari Juli tahun lalu yaitu hanya 0,22 persen,” kata dia.