
Jakarta, businessnews.id — Pasar obligasi Indonesia masih tidak likuid karena dari 500 seri obligasi yang ada, hanya 95 persen yang diperdagangkan secara aktif. Hal itu karena minimnya seri obligasi dan variasi obligasi yang diterbitkan.
Menurut Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia, Wahyu Treenggono, di Jakarta (13/7/2014), pasar obligasi Indonesia tidak likuid dikarenakan masih minimnya seri obligasi yang ada.
“Saat ini hanya terdapat 500 seri obligasi baik obligasi pemerintah maupun obligasi korporasi. Bandingkan dengan seri obligasi di negara tetangga yang mencapai 3.000 seri.”
Selain itu, saat ini secara rata-rata satu seri obligasi diperdagangkan tiga kali dalam satu tahun perdagangan, dan dengan volume Rp 63 miliar.
Untuk itu, agar likuiditas obligasi meningkat, perlu peningkatan jumlah korporasi yang menerbitkan obligasi. Dengan semakin banyaknya seri obligasi yang diterbitkan, semakin banyak pilihan bagi manajer investasi untuk menambah pasokan.
“Kalau sedikit pilihannya, seri obligasi bagus akan disimpan sebab takut tidak ada pilihan lainnya.”
Di samping itu, variasi obligasi perlu diperbanyak, sebab selama ini 90 persen seri obligasi merupakan pendapatan tetap atau fix rate.
Bagi perusahaan sektor tertentu, hal ini tidak menarik. “Misalkan untuk perusahaan perkebunan, di mana panennya kan lima tahun ke depan sejak penerbitan obligasi,” dia berkata. (Abdul Aziz)
Editor: Achmad Adhito