Jakarta, TopBusiness—Pengamat ekonomi dari Unika Atma Jaya (UAJ), Dr. A Prasetyantoko, mengatakan di Jakarta bahwa saat ini BUMN terus mengembangkan korporasinya seperti mengakuisisi beberapa pembangunan sehingga muncul fenomena atau fakta yang menyebutkan bahwa BUMN menjadi konglomerat atau konglomerasi BUMN.
“Ini merupakan suatu yang positif karena pendapatan meningkat tetapi menimbulkan dampak negatif lain yaitu kecemburuan dari aktor ekonomi lain dan utang negara,” kata dia dalam keterangan pers yang diterima semalam oleh Majalah TopBusiness.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya konglomerasi BUMN maka akan ada kecemburuan dari industri lain. Di sisi lain dengan gencarnya pembangunan, modal BUMN sendiri itu tidak cukup maka mereka harus berutang dan itu merupakan suatu kerawanan sendiri bagi BUMN.
Prasetyantoko juga menilai, posisi BUMN tidak terlalu mudah karena harus mengatur ekspektasi dari publik dan ekspektasi dari industri lain. Sehingga diperlukan tata kelola manajemen BUMN yang baik.
Dengan fakta lain, selain memerbaiki manajemen, BUMN juga harus memperbaiki komunikasi ketika menghadapi krisis.
BUMN perlu memerbaiki tata kelola manajemennya, baik dari segi manajemen internal ataupun komunikasi publiknya agar dapat lebih baik menghadapi krisis. Manajemen krisis yang baik akan meningkatkan valuasi perusahaan serta kepercayaan pemerintah dan publik.
“Karena pemerintahan yang baik serta kualitas yang baik, kalau tidak ada komunikasi publik yang baik tidak akan punya dampak,” tegas Prasetyantoko.
(Adhito)