
Jakarta, businessnews.id — Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad menegaskan di Jakarta (12/9/2014), jika industri keuangan Singapura dan Malaysia hanya mengandalkan pasar domestiknya, tidak akan hidup. Kondisi tersebut berbeda dengan Indonesia.
“Kalau [industri keuangan] kita terbalik. Jadi, banyak [negara] yang mau masuk ke Indonesia. Saving gap kita juga masih negatif, sehingga kita memerlukan modal dari dalam negeri untuk membiayai pembangunan,” katanya.
Masih menurut Hadad , jumlah populasi penduduk Indonesia sebesar 40 persen dari total penduduk Asean yang mencapai 600 juta jiwa, sekaligus memastikan bahwa industri keuangan domestik masih dapat tumbuh baik meski konsentrasi di dalam negeri.
Muliaman menegaskan, pelaku bisnis di sektor riil diharapkan juga mampu memanfaatkan potensi ini seluas-luasnya.
“Peluang bisnis ini harus berjalan bersama. Karena, aspek finansial tidak bisa berjalan sendiri, tetapi juga bersama sektor riil. Kita jangan sampai ketinggalan kereta ketika menghadapi Asean Economic Community di 2015,” tuturnya.
Lebih lanjut Muliaman mengatakan, empat negara Asean yakni Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (CLMV Countries), tidak mencurigai rencana Indonesia terkait peningkatan intensitas kerja sama bilateral di sektor jasa keuangan.
Itu ia sampaikan dalam Forum Group Discussion on Business Operation on CLMV Countries yang dihadiri perwakilan dari empat negara itu.
“Indonesia negara yang paling low profile dibandingkan negara tetangga kita itu, yang penetrasi ke luar negerinya tinggi. Kalau kami ini memiliki pasar yang besar,” kata Muliaman.
Muliaman menegaskan, sejauh ini pasar keuangan Singapura dan Malaysia sangat kecil jika dibandingkan dengan Indonesia. Sehingga, jelas dia, tingkat agresivitas kedua negara tersebut untuk masuk ke negara lain sangat besar. (Abdul Aziz)
Editor: Achmad Adhito