Jakarta, TopBusiness – Kondisi industri keuangan Tanah Air sejauh ini memang disebut masih relatif terjaga, namun begitu memanasnya kondisi perekonomian global dipandang sebagai risiko negatif.
Untuk itu di tahun depan, meningkatnya risiko yang berasal dari makroekonomi global itu akan membuat tantangan sektor keuangan, seperti perbankan makin berat di tahun depan.
Hal ini seperti disebutkan Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Lando Simatupang dalam Seminar Indonesia Risk Management Outlook (IRMO) 2020: Strengthening Risk Mitigation amid Global Downturn, hari ini seperti dalam keterangan resmi yang diterima media, Selasa (12/11/2019).
“Meski industri keuangan Tanah Air sejauh ini masih terjaga, namun ancaman gejolak ekonomi global tersebut tetap harus dimitigasi secara serius,” tegas dia.
Dia melanjutkan, secara makro kondisi ekonomi dalam negeri memang masih terkendali. Namun jangan lupa, pelaku industri tetap harus berjaga-jaga dan masing-masing perusahaan harus meningkatkan kewaspadaannya.
“Karena ekonomi global yang dikendalikan oleh kebijakan dari Tiongkok maupun negeri Paman Sam (AS) akhir-akhir ini selalu menjadi sulit dikalkulasi dan diprediksi,” urainya.
Potensi ancaman tersebut, kata dia, seperti warning dari lembaga pemeringkat Moodys yang telah mengeluarkan peringatan bahwa kemungkinan terjadinya resesi pada ekonomi global dalam 12-18 bulan ke depan ‘sangat tinggi’.
Kondisi itu menambah permasalahan pada kondisi sektor keuangan global yang masih terus dibayangi gejolak. Dia memberi contoh, pada permasalahan yang masih menyekap Deutsche Bank, raksasa keuangan global itu sejak 2016 tak kunjung selesai.
“Deutsche Bank Group yang memiliki komposisi portofolio aset berisiko dari kontrak derivatif yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, berpotensi memicu kekacauan global jika kondisi keuangannya terus memburuk,” ingat dia.
Dua hal itu berpotensi muncul bersamaan dengan maraknya praktik digital ekonomi yang terus berlangsung di Indonesia dan mulai menimbulkan ekses negatif.
Di tempat yang sama, Doddy Zulverdy, Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia, menyebut, dalam mengatasi potensi risiko itu akan dilakukan dengan meningkatkan bauran kebijakan.
“Bauran kebijakan yang ditempuh BI dan Pemerintah juga diharapkan dapat mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diprakirakan sedikit melambat di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% pada 2019 dan untuk kemudian meningkat menuju titik tengah kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020,” jelas Doddy.
Acara tersebut juga dihadiri oleh pembicara yang menghadirkan beragam perspektif dalam melihat berbagai risiko yang berpotensi muncul pada tahun depan. Dari regulator menghadirkan BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Selain Doddy, juga ada regulator pengawasan dari OJK diwakili Elyanus Pongsoda (Kepala Otoritas Jasa Keungan Bali dan Nusa Tenggara). Juga hadir Setiyo Wibowo (Senior Vice President Bank Mandiri), Eduard Guntoro Purba (Executive Vice President BCA), Adrian Panggabean (Chief Economist Treasury and Capital Market Bank CIMB Niaga.
Selanjutnya ada Ida Bagus Gede Setia Yasa (Direktur Operasional BPD Bali), Agus Sudiarto (Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan Bank BRI), Randi Anto (Direktur Utama Perum Jamkrindo), Rico Budidarmo (Direktur Manajemen Risiko Bank BNI).
Penulis: Tomy