Digitalisasi pertanian berhasil membantu peningkatan produksi petani sebesar 30% dan pendapatan mereka secara umum sebesar 50%.
Transformasi digital kini tidak hanya terjadi di sektor industri dan jasa, tapi juga sektor pertanian. Diakui, sektor usaha yang akrab digeluti oleh masyarakat lapisan bawah itu selama ini minim sentuhan teknologi informasi. Namun, terjangan revolusi industri 4.0 yang mendera semua sektor usaha saat ini tidak bisa dihindari lagi.
Menghadapi revolusi industri ini, pemerintah maupun dunia usaha baik swasta maupun BUMN giat mendorong digitalisasi pertanian. Digitalisasi sistem pertanian ini juga merupakan implementasi dari arahan Presiden Joko Widodo untuk kesejahteraan pertanian.
Sejumlah BUMN yang diinisiasi oleh PT Telkom Indonesia Tbk membesut sistem digital bernama Logistik Pertanian alias Logtan. Aplikasi Logtan berisi data-data para petani yang mendaftarkan diri dalam akun tersebut. Melalui aplikasi ini, para petani dapat melihat berbagai fitur yang memudahkan petani dalam menjadwalkan masa bertani hingga status lahan pertanian milik para petani.
“Aplikasi ini isinya berupa data-data petani, luas lahan, rencana tanam dan identifikasi lainnya. Data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai analitik, mengetahui korelasi cuaca dengan rencana tanam, ketepatan kebutuhan pupuk, sensor tanah, pemupukan otomatis, hingga akurasi prediksi panen” ujar David Bangun selaku Direktur Digital and Strategic Portofolio PT Telkom Indonesia, baru-baru ini.
Selain itu, Logtan juga memungkinkan para penggunanya untuk mengakses subsidi. Subsidi ini disalurkan oleh BUMDes berupa benih hingga pupuk yang ditujukan bagi para petani yang membutuhkan. Adanya Logtan diharapkan mampu mendorong produktivitas pertanian. Target awal diluncurkannya aplikasi ini adalah dapat meningkatkan produktivitas petani hingga 20 persen.
Sejumlah BUMN yang terlibat dalam pengembangan Logtan antara lain PT Pupuk Indonesia, Bank BTN, Bank BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Perum Bulog, RNI, Askrindo, Jasindo, Pertani, Sang Hyang Seri, Pegadaian, PNM, PPI, serta Mitra BUMDes Bersama.
Sejak diluncurkan pada 2018 di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat hingga kini tercatat lebih dari 7 ribu petani telah membuat akun di aplikasi Logtan ini.
Kementan Andalkan Kostratani
Tak hanya BUMN, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) juga memiliki gacoan baru berupa program Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani). Program ini dibesut untuk membangun ekosistem pertanian lewat digital. “Ini merupakan program Kementerian Pertanian dengan pendekatan yang baru, lebih modern,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo usai menghadiri pembentukan Kostratani di kantor Kementerian Pertanian, pertengahan Desember 2019 lalu.
Kostratani dibuat untuk mengoptimalkan tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam menggerakan pembangunan pertanian di tingkat kecamatan. Tak hanya itu, Kostratani juga berfungsi sebagai monitoring perkembangan pertanian di seluruh kecamatan di Indonesia.
“Lewat Kostratani, saya bisa tahu apa yang terjadi tentang perkembangan pertanian di sebuah kecamatan, seperti lahan yang sedang diolah, potensi pertanian atau intensitas penggunaan alat mesin pertanian (Alsintan),” kata mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu.
Sederhananya, kata Mentan, Kostratani merupakan program pembangunan pertanian berbasis teknologi informasi dalam rangka meningkatkan produktifitas dan pendapatan yang bermuara pada kesejahteraan petani. Kostratani juga merupakan bentuk sinergi yang harmonis antara Kementan dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) serta kementerian dan lembaga terkait lainnya.
Nantinya, Kementan akan membangun Agricultural War Room dan Agricultural Operation Room sebagai pusat data dan informasi yang bisa diterima secara real time. Lalu melalui program ini petani juga dapat diberikan pelatihan seputar pertanian melalui video conference. Terakhir, Kostratani juga bisa dimanfaatkan petani untuk mendapatkan akses permodalan sampai dibimbing sampai ke tahap pemasaran sehingga bisa meraih keuntungan maksimal.
TaniHub Makin Diminati
Di sektor swasata, salah satu pengembang aplikasi digital sektor pertanian yang paling menonjol saat ini adalah TaniHub. Grup TaniHub adalah startup agritech yang didirikan sejak tahun 2016. Grup ini mempunyai misi memberdayakan petani lokal dengan akses pasar dan akses keuangan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat di berbagai lini.
Ada tiga unit usaha yang dikembangkan, yaitu TaniHub sebagai platform e-commerce hasil tani, TaniFund untuk pendanaan mitra petani, serta TaniSupply yang fokus kepada pengelolaan rantai pasok.
Sepanjang tahun 2019, pertumbuhan bisnis TaniHub melonjak 268,2% dibandingkan tahun 2018. Produk perishable menjadi kontributor terbesar terhadap pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) pada 2019. Untuk itu, TaniHub semakin percaya diri menjadi platform e-commerce produk pertanian dan katalisator bagi masa depan pertanian.
TaniSupply merupakan anggota baru dari keluarga Grup TaniHub yang baru diluncurkan pada semester dua 2019. Dengan adanya entitas tersendiri, perseroan akan jauh lebih agresif dalam mengembangkan bisnis rantai pasokan pertanian.
TaniSupply melakukan proses pembelian dari petani, memproses komoditas di gudang mulai dari grading sampai quality assurance, dan mendistribusikannya kepada klien maupun pelanggan.
“Kami ingin berperan penting dalam mengembangkan ekosistem pertanian secara keseluruhan di Indonesia,” kata Vincentius Sariyo, direktur TaniSupply.
Upaya TaniHub untuk makin mendekati petani maupun market juga sudah diwujudkan dengan membangun fasilitas distribusi regional (regional distribution center) di lima kota, yaitu Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar.
Saat ini, TaniHub tengah membangun fasilitas pemrosesan dan pengemasan (processing and packing center) di Malang dan berencana menambah satu lagi di tahun depan. Tujuan membangun fasilitas tersebut untuk menjaga konsistensi dan menjamin kualitas produk. Ke depan, perusahaan rintisan ini berharap dapat menjangkau seluruh kota di Indonesia pada tahun 2022 karena potensi pasar yang masih sangat besar.
Berdasarkan data yang diperoleh TaniHub, Indonesia memiliki 5.700 produsen di industri pengolahan makanan (food processing industry) dan lebih dari 30.000 outlet modern retailer (supermarket, hypermarket, dan lain-lain). Saat ini lebih dari 1.6 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan 200.000 outlet hotel, restoran dan katering (Horeka) beroperasi di Indonesia.
Sementara itu, literasi digital di Indonesia semakin membaik dengan adanya 160 juta lebih pengguna gawai. Sejak tiga tahun terakhir, upaya TaniHub untuk menciptakan dampak sosial telah membantu peningkatan produksi petani sebesar 30% dan pendapatan mereka secara umum sebesar 50%. Hingga kini, TaniHub juga telah bermitra dengan lebih dari 30.000 petani.