Jakarta, TopBusiness – Meski mengalami perlambatan akibat pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada triwulan I 2020 masih cukup kuat. Perekonomian Ibu Kota tercatat tumbuh sebesar 5,06% (yoy), atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yakni 5,96% (yoy).
Perkembangan ekonomi di Jakarta lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,97% (yoy), atau melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,97% (yoy). Pertumbuhan ekonomi ditopang peningkatan ekspor dan konsumsi pemerintah.
“Perkembangan ekonomi di Jakarta ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional yang tumbuh sebesar 2,97% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,97% (yoy),” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (6/6).
Konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) mengalami kontraksi sebesar -5,44% (yoy) akibat terbatasnya aktivitas LNPRT pascapemilu 2019. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih cukup kuat, yakni 4,93% (yoy), karena terdampak berkurangnya konsumsi masyarakat di tengah pandemi covid-19.
Kebijakan kerja dari rumah (WFH) dan physical distancing juga menekan pengeluaran masyarakat, terutama untuk rekreasi dan transportasi. Perlambatan konsumsi rumah tangga lebih lanjut tertahan dengan meningkatnya konsumsi akan produk makanan dan minuman, kesehatan serta telekomunikasi.
PMTB juga tumbuh melambat sebesar 1,64% (yoy) seiring dengan kontraksi pada investasi non bangunan di tengah ketidakpastian. Perlambatan ekonomi juga didorong peningkatan impor total sebesar 4,93% (yoy). Itu seiring dengan peningkatan impor antar daerah.
Perlambatan ekonomi lebih lanjut tertahan oleh peningkatan ekspor dan konsumsi pemerintah. Kinerja ekspor tercatat tumbuh meningkat sebesar 9,75% (yoy), setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya. Kenaikan ekspor terutama terjadi pada ekspor barang dan jasa ke luar wilayah Jakarta untuk jasa perbankan, jasa kesehatan, serta produk makanan jadi dan farmasi.
Konsumsi pemerintah juga tumbuh meningkat sebesar 2,27% (yoy), setelah triwulan sebelumnya mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni -30,70% (yoy). Baik bersumber dari belanja kementerian atau lembaga (K/L) di Jakarta maupun dari belanja APBD.
Dari lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi ditopang kenaikan kinerja di sektor jasa. Dua lapangan usaha utama, yakni LU perdagangan dan LU konstruksi tumbuh melambat. Sementara LU utama lainnya, yakni LU industri pengolahan mengalami kontraksi. LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh melambat sebesar 2,02% (yoy) sejalan dengan melambatnya kinerja konsumsi rumah tangga.
Sementara itu, LU konstruksi mengalami perlambatan menjadi 2,41% (yoy) sejalan dengan kinerja investasi yang masih tertahan. LU industri pengolahan terkontraksi sebesar -1,47% (yoy), yang terjadi pada hampir seluruh kelompok industri, kecuali industri makanan dan minuman, serta industri farmasi.
Beberapa LU lainnya mampu mencapai kinerja yang baik, sehingga memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020. LU jasa keuangan tumbuh meningkat sebesar 15,84% (yoy), karena meningkatnya aktivitas transaksi keuangan terutama pada perbankan.
LU informasi dan komunikasi juga tumbuh meningkat sebesar 9,16% (yoy), sejalan dengan peningkatan penggunaan internet untuk mendukung kegiatan WFH. “Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal. Sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pempr DKI Jakarta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Ibu Kota,” ujar Ponco Wibowo.