Jakarta, TopBusiness – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mengaku harus kreatif dalam mencari pasar baru di saat pandemic Covid-19 ini. Baik itu pasar domestik maupun pasar ekspor. Sejauh ini, untuk pasar semen di Jawa yang selama ini konsumsinya tinggi, rata-rata terkena dampak Covid-19. Untuk itu perseroan pun mengincar pasar di luar Jawa, seperti Sumatera dan Indonesia bagian timur.
Sementara untuk pasar ekspor, kendati pasar terbesar yakni China masih ada penjualan, namun perseroan memastikan untuk bergeser ke pasar baru di negara-negara tetangga, agar laju penjualan tetap bertumbuh.
SVP of SMO & Communication Semen Indonesia, Ami Tantri mengakui, akibat dari pandemic Covid-19 ini, kemungkinan dampak besar ke penjualan perseroan baru akan terasa di Mei dan Juni nanti. Padahal sejauh ini penjualan semen dari perseroan masih bertumbuh positif. Bahkan di atas rata-rata penjualan industri semen.
“Jadi sampai bulan April penjuaan kami cukup bagus dibanding industri semen yang lain. Sebab yang kena PSBB itu banyak daerah di Jawa, sementara beberapa daerah lainnya belum menerapkan PSBB. Makanya menyasar pasar di luar Jawa, yakni di Indonesia timur dan Sumatera,” terang Ami dalam acara diskusi online dengan media, Rabu (20/5/2020).
Hinggap April 2020, kinerja penjualan SIG masih tumbuh positif. Untuk pasar domestik tercatat 10,19 juta ton atau naik 2,56% dari sebelumnya 10,03 juta ton secara tahuan (year on year). Untuk pasar ekspor, emiten dengan kode saham SMGR itu lebih dahsyat lagi kenaikannya hingga 26,65% dari 1,15 juta ton menjadi 1,46 juta ton (yoy). Sehingga secara total penjualan hingga April 2020 mencatatkan pertumbuhan 5,05% dari sebelumnya 11,19 juta ton menjadi 11,75 juta ton.
Padahal di industri semen penjualan secara total malah minus 5,22% dari 22,57 juta ton menjadi 21,39 juta ton (yoy). Angka itu terdiri dari penjualan domestik juga minus 5,23% menjadi 19,42 juta ton dari sebelumnya 20,49 juta ton (yoy), sedangkan laju ekspor minus 5,06% dari 2,08 juta ton menjadi 1,97 juta ton (yoy).
“Tapi memang yang dikhawatirkan itu masuk bulan Mei dan puasa ini. Sampai dua bulan ke depan akan hati-hati karena menjaga cashflow kita supaya tidak keteteran. Apalagi kita juga mungkin kalau mengharapkan dari proyek pemerintah baru ada tahun depan, karena saat ini banyak dana yang dialihkan ke dana pengentasan Covid-19 ini,” terang dia.
Di tempat yang sama, GM of Corporate Communication SIG, Sigit Wahono menambahkan, di tengah penurunan pasar China dan beberapa negara lain yang masih menerapkan lockdown, perseroan mengincar pasar lain dari negara tetangga seperti Filpina, Malaysia, Timor Leste, dan Thailand.
“Biasanya [ekspor] banyak ke China, tapi kita alihkan ke negara lain. Makanya hingga akhir tahun kami berharap target penjualan domestik dan ekspor itu, seiring pemulihan nantinya kita yakin tak terlalu jauh dari tahun lalu,” harap Sigit.