Jakarta, TopBusiness – Lembaga Kajian NawaCita atau LKN mengadakan Dialog Nasional via online zoom dengan thema “Spice Up The World with Added Value, yang berlangsung Kamis (18/11/2021).
Menurut Ketua LKN, Samsul Hadi, dalam rangka menyambut Hari Rempah Nasional yang jatuh pada 11 Desember 2021, maka digelar Dialog Nasional secara virtual. “LKN selalu bersinergi dengan Kadin Sumatera, Dewan Rempah Indonesia, telah mulai dengan kegiatan sosialisasi rempah, dan dalam pameran Hari Rempah Nasional yang jatuh pada tanggal 11 Desember yang akan datang,” kata dia.
Selain itu, LKN juga menyosialisasikan tentang produk rempah sampai kegiatan ekspornya. LKN dengan tim khusus mendorong rempah nusantara agar lebih jaya lagi.
LKN berharap, museum rempah nasional di Bali dan di tempat-tempat lain menjadikan rempah melekat bagi bangsa Indonesia. “Sekali lagi harapannya mendorong rempah nusantara ini akan terwujud sehingga tercapainya kesejahteraan rakyat,” kata Samsul Hadi.
Ketua Umum Komite Rempah Nusantara, Khairul Mahali, menyatakan apresiasi kepada Kementerian Pertanian dan Kehutanan telah menandatangani keputusan 11 Desember itu Hari Rempah Nasional. Insya allah yang pertama nanti akan digelar Kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. “Ini sejarah pertama, hari Rempah Nasional 11 Desember 2021. Persis 11 Desember itu pas 500 tahun, para orang asing dari Belanda mengambil rempah Indonesia,” ungkap dia.
Sementara itu, Agus Haryono, selaku Plt. Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik Badan Riset dan Inovasi Nasional mengakui bahwa dalam Prioritas Riset Nasional (PRN), rempah tidak masuk. Kendati begitu, dirinya berharap bisa masuk PRN. “Kalau tak sempat 2022, katakanlah 2023. Kita usulkan supaya dia bisa masuk ke situ,” kata dia.
Wakil Bupati Kabupaten Pakpak Bharat, Mutsyhito Solin, menilai Kabupaten Pakpak Bharat memiliki potensi pengembangan obat herbal yang berbasis rempah-rempah.
Kabupaten Pakpak Bharat terbentuk dengan UU No. 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumater Utara. Motonya Bage Ate Rejeki bage Tennah Sodip yang artinya bahwa masyarakat dalam setiap melakukan pekerjaan mempunyai keselarasan antara hati, jiwa, pikiran dengan perbuatan.
Dikatakannya, luas wilayah 1.218,3 kilometer persegi dari seluas itu hanya 20 persen yang menjadi hutan produksi. Selebihnya hutan lindung. “Jadi ada 100 hektar lebih hutan lindung di 8 kecamatan. Oleh karena itu potensi herbal yang saya kemukakan di sini itu pada dasarnya adalah dari hutan-hutan yang ada di Pakpak Bharat,” kata dia.
Gambir sebagai salah satu rempah ada di beberapa kecamatan dengan jumlah produksi, diantaranya di Kecamatan Salak 217,80 ton. Kemudian dari STTU Jehe 1.834,11, dan kerajaan ada 179,21.
Rija Amperianto, Business Development Sucofindo, memberikan judul pada presentasi adalah Rempah Gateway, sebuah upaya mengembalikan kejayaan rempah Indonesia sebagai langkah menuju kemakmuran Indonesia.
Dikatakan dia, bagi kita rempah itu sebagai ikon nasional. Rempah bisa ditafsirkan sebagai produk dalam negeri. Rempah itu bisa ditafsirkan sebagai kekuatan nasional.
“Stakeholder dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, swasta aspek finansial dan logistik, dewan rempah, kelompok tani. Ini semua kekuatan nasional yang mestinya sudah saatnya memang kita tampilkan dan satukan,” kata dia.