Jakarta, TopBusiness – Memberikan manfaat dan nilai tambah terhadap masyarakat dan lingkungan menjadi komitmen yang senantiasa dijalankan PT Pertamina Group melalui program CSR (Corporate Social Responsibility) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Program TJSL), tak terkecuali Pertamina EP 7 Subang Field.
Strategi program CSR Pertamina EP 7 Subang Field diselaraskan dengan TJSL Pertamina sebagai BUMN yang diintegrasikan dengan strategi bisnis perusahaan dengan memfokuskan pada empat pilar utama, yakni Pertamina Cerdas (pendidikan), Pertamina Sehati (kesehatan), Pertamina Hijau (lingkungan), serta Pertamina Berdikari (pemberdayaan ekonomi) masyarakat.
Secara umum kegiatan usaha dan operasional EP 7 Subang Field adalah eksplorasi minyak dan gas bumi. Meliputi kegiatan studi geologi dan geofisika, pematangan lead dan prospek, kegiatan survei geologi dan geofisika, serta pemboran eksplorasi. Selain itu, juga komersialitas minyak dan gas bumi, baik dari hasil operasi sendiri maupun mitra Technical Assistance Contract (TAC) dan Kerjasama Operasi (KSO).
Disadari bahwa dari aktivitasnya tersebut, memiliki dampak bagi lingkungan, sosial maupun masyarakat di sekitar wilayah operasi dan sebagai bentuk tanggung jawab atas hal tersebut, perusahaan konsisten menjalankan program TJSL.
Program TJSL dijalankan sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/04/2021 tentang Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan BUMN, sebagai komitmen perusahaan terhadap pembangunan yang berkelanjutan dengan memberikan manfaat pada ekonomi, sosial, lingkungan serta hukum dan tata kelola dengan prinsip yang lebih terintegrasi, terarah, terukur dampaknya serta dapat dipertanggungjawabkan.
Komitmen dalam melaksanakan program TJSL Pertamina EP 7 Subang Field diwujudkan melalui berbagai kegiatan CSR yang mencakup bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, bantuan korban bencana, dan lainnya.
“Sebagai bagian dari perusahaan energi nasional (PT Pertamina), dalam kegiatan usaha dan operasional, kami juga berkomitmen untuk senantiasa menjaga dan mengupayakan keseimbangan dan kelestarian alam, lingkungan dan masyarakat melalui program CSR. Untuk keberlanjutan CSR atau program TJSL, Pertamina EP Subang Field mengusung visi-misi tersendiri. Visi yang kami usung yakni: ‘Terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mandiri serta berkelanjutan di sekitar wilayah operasi perusahaan di Subang, Karawang, dan Purwakarta dengan berpedoman pada Sustainable Development Goals (SDGs)’,” ujar Wazirul Luthfi – Head Of Communication Pertamina EP Subang Field dalam sesi presentasi dan wawancara penjurian TOP CSR Awards 2022 yang dihelat majalah Top Business bekerja sama dengan Asosiasi CSR, konsultan bisnis, serta lembaga penilai yang dilakukan secara virtual pada Selasa (22/02/2022).
Dalam presentasi dan wawancara penjurian tersebut, ia juga didampingi tim. Di antaranya Andhar Lutfi – Communication Relation beserta staf (Sibbil Rusdiana Addriyani, Anang Rahmadi, Alya Putri Mulyani, Linggar B. Anggraini, serta Intan Anindita Putri.
Dalam presentasinya, tim dari Pertamina EP Subang Field membawakan materi berjudul “Strategi Keberlanjutan Tanggung Jawab Sosial Pertamina EP Subang Field”. Dalam kesempatan itu dipaparkan banyak hal tentang latar berlakang program, visi-misi, strategi implementasi program, tata kelola, termasuk program CSR yang jadi andalan di tengah pandemi Covid-19. Dalam mengimplementasikan CSR, perusahaan juga mulai mengadopsi ISO 26000 yang merupakan panduan internasional mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR).
Dijelaskan, sesuai dengan visi dan misi, program CSR Pertamina EP Subang Field dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dan potensi yang ada secara tersistem, baik dari perencanaan sampai monitoring, evaluasi dengan mengikutsertakan masyarakat langsung sebagai pelaksana program.
Program pemberdayaan bersifat komprehensif, baik dari segi sosial, ekonomi dan lingkungan, sehingga bisa tercapai kesejahteraan bersama, selaras dengan komitmen perusahaan dalam mendukung dan berpedoman pada SDGs. SDGs merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan yang berisi 17 tujuan dengan berbagai target yang untuk dapat diwujudkan.
“Kami berkomitmen mewujudkan pembangunan berkelanjutan bagi perusahaan, lingkungan sekitar, dan pemangku kepentingan. Dalam kaitan ini, kebijakanan CSR atau TJSL yang kami lakukan, juga diselaraskan dengan strategi bisnis yang berkelanjutan, serta mendukung terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mandiri, serta keselarasan dengan kelangsungan lingkungan.”
“Komitmen tersebut juga sejalan dengan Triple Bottom Line/3P, yaitu keberlanjutan usaha operasional perusahaan sebagai institusi bisnis (Profit), keberlanjutan lingkungan hidup (Planet), serta kesejahteraan sosial dan ekonomi (People). Program pemberdayaan bersifat komprehensif baik dari segi sosial, ekonomi dan lingkungan, sehingga bisa tercapai kesejahteraan, baik dari hulu sampai hilir sesuai yang tertuang dalam visi misi perusahaan,” ungkap dia.
Program CSR Unggulan di Masa Pandemi Covid-19
Beberapa program CSR unggulan Pertamina EP Subang Field Field adalah program pemberdayaan masyarakat/ Lingkungan Pertanian melalui inisiasi program “Jejak Setapak (Jerih Kerja Karawang, Semangat Petani Sehat Ketahanan Pangan Meningkat”. Program pemberdayaan masyarakat ini berlokasi di desa Plawad, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Program ini antara lain dilatarbelakangani oleh Kabupaten Karawang yang mendapat julukan lumbung padi nasional untuk menopang ketahanan pangan, namun kini mengalami penurunan luas lahan sawah setiap tahun.
Menurut Wazirul Luthfi, dalam program Jejak Setapak, dilakukan program pertanian organic dan juga demplot akuaponik di Kelurahan Plawad, Kabupaten Karawang dengan menjalin sinergitas antar stakeholder, baik masyarakat, pemerintah, maupun perusahaan. Program ini juga sebagai salah satu upaya menjaga stabilitas persediaan padi dan meningkatkan kondisi tanah dari efek samping penggunaan bahan kimia.
Dalam kaitan ini, budi daya tanaman dilakukan dengan menggunakan bahan alami sebagai pupuk dan pestisida sebagai pengganti bahan kimia pabrik yang merusak ekosistem sawah. Petani Plawad dan sekitarnya diharapkan dapat mengaplikasikan pertanian organik di sawahnya, sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan lahan yang lebih luas.
Dalam hal ini, PT Pertamina EP Zona7 Subang Field dari tahun 2019 sampai saat ini, terus melakukan pendampingan, monitoring dan evalusi rutin serta melibatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder terkait dalam pelaksanaan program ini.
Pada awalnya dilakukan pelatihan untuk melakukan tanam di atas kolam, dan kini dikembangkan pada komoditi lain, terutama sayur-sayuran, di mana hal ini juga sebagai bentuk ketahanan pangan warga. Program Jejak Setapak juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani serta taraf Kesehatan mereka melalui produk yang ramah lingkungan.
“Secara ekonomi hasil pertanian organic ini juga bisa meningkatkan pendapatan warga. Di saat pandemi, di mana saat lingkungan kantor Lurah Plawad dijadikan tempat isolasi mandiri Covid-19, warga yang melakukan isolasi mandiri di sana bisa mendapat tambahan aneka sayuran untuk makan sehari-hari dari hasil pertanian organik ini,” ujarnya.
Melalui program ini, masyarakat juga mendapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan, perusahaan dapat menjalin relasi yang baik dengan lingkungan sekitar, sekaligus mendukung program kerja pemerintah setempat agar lebih cepat tercapai. Program ini juga mendukung SDGs tujuan 2 yaitu Tanpa Kelaparan.
Jejak Setapak juga dilakukan untuk meregenerasi petani muda atau millennial dan telah terbentuk 1 Paguyuban Petani Organik. Sejak tahun 2020, para pemuda Plawad juga banyak tergabung dalam program ini dengan mengembangkan pertanian sayur organik, memelihara ikan serta membuat demplot akuaponik. Sehingga dengan sendirinya ada regenerasi petani. “Ini penting karena Kementrian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia hanya 8% dari total petani Indonesia 33,4 juta orang,” ujarnya.
Melalui program ini, hasil uji laboratorium terhadap kesuburan tanah di lahan sawah konvensional Kelurahan Plawad dan lahan sawah organic Jejak Setapak menunjukkan, kondisi kesuburan tanah pada sawah organik, relatif lebih baik dibandingkan pada sawah konvensional. Nilai pH tanah, C-org, dan C/N rasio pada sawah organic milik anggota kelompok yang lebih tinggi dibandingkan sawah konvensional. Sedangkan kandungan Kalium (K), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg) yang diperlukan sebagai unsur hara tanah meningkat sebesar 6.36 ppm K, 3.33 cmol/kg Ca, dan 1.44 cmol/kg Mg dibandingkan dengan tanah pada persawahan konvensional.
Program lain yang juga jadi unggulan yakni Program Integrasi Peternakan dengan Sistem Organik atau dikenal dengan “Garasi Organik” yang terus dilakukan inovasi untuk mendorong pengembangan pertanian dan peternakan organik. Diinisiasi sejak awal pandemi Covid-19 awal 2020 dengan menggandeng Koperasi Sa’urus Farm, kelompok usaha tani-ternak di Desa Pringkasap, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang, Jawa Barat telah memberikan manfaat baik dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat setempat.
“Program ini mempunyai fokus peternakan organic yang memberi manfaat dalam menjaga kelestarian lingkungan dan produk yang lebih sehat. Program ini telah memberikontribusi pengurangan penggunaan pakan ternak berbahan kimia sintetisse banyak 550 kg/bulan serta mengelola limbah rumah tangga sebanyak1 ,931 kg sampah,” terangnya.
Di samping itu, program lain yang juga jadi unggulan yakni pengelolaan sampah atau limbah melalui bank sampah. Dalam kaitan ini, Sebanyak 1,931 kg sampah organic yang berasal dari sampah dapur rumahtangga dikelola oleh peternak Sa’urus Farm sebagai pakan untuk maggot selama tahun 2021.
Penulis: Ahmad Churry