Jakarta, TopBusiness – PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) membukukan laba bersih sebesar US$ 475 juta atau sekitar Rp6,82 triliun (dengan asumsi kurs Rp14.377/US$) pada tahun fiskal 2021. Hal ini berkat kenaikan harga batubara yang signifikan dan strategi manajemen biaya yang efisien dan berhati-hati.
Di samping itu, sepanjang tahun lalu, Perusahaan telah membuktikan komitmennya terhadap nilai-nilai ESG (Environmental, Social and Corporate Governance) melalui berbagai inisiatif.
Kenaikan harga batubara di tahun 2021 disebabkan oleh berangsur kembalinya kehidupan normal dari puncak situasi pandemi, yang mendorong pemulihan ekonomi global, terutama di Tiongkok sebagai produsen sekaligus konsumen batubara terbesar.
“Akibatnya, permintaan batubara meningkat sedangkan pasokan tidak dapat mengimbangi permintaan karena disebabkan beberapa faktor seperti cuaca buruk dan masalah logistic,” terang Mulianto, Direktur Utama ITMG, dalam keterangan resmi perseroan yang diterima media, dikutip Rabu (2/3/2022).
Sepanjang tahun 2021, ITM mampu memperoleh rata-rata harga jual batubara sebesar US$ 103,2 per ton. Di tengah kenaikan harga yang tinggi, Perseroan secara konsisten tetap menerapkan efisiensi biaya secara disiplin guna memaksimalkan profitabilitas dari momentum kenaikan harga batubara sehingga membuahkan kinerja keuangan yang solid sekalipun pandemi berkepanjangan dan melambatnya kegiatan penambangan akibat hujan ekstrim yang terus-menerus.
Kombinasi faktor-faktor tersebut memungkinkan ITM memperoleh EBITDA sebesar US$ 885 juta pada tahun 2021, naik 373% dari tahun sebelumnya, sedangkan laba bersih naik dari US$ 38 juta pada tahun 2020 menjadi US$ 475 juta pada tahun 2021. Adapun laba bersih per saham dibukukan sebesar US$ 0,4.
Sepanjang tahun 2021, ITM memproduksi batubara sebanyak 18,2 juta ton di tengah cuaca buruk dan hujan ekstrim. Sedangkan Penjualan Bersih 2021 tercatat sebesar US$ 2,1 miliar dan marjin laba kotor naik dari 17% tahun lalu menjadi 44% dengan volume penjualan sebanyak 20,1 juta ton, yang dipasarkan ke Tiongkok (5,5 juta ton), Indonesia (4,7 juta ton), Jepang (3,1 juta ton), Filipina (1,8 juta ton), Bangladesh (1,3 juta ton), Thailand (1,2 juta ton), dan negara-negara lain di Asia Timur, Tenggara, Selatan serta Oseania.
Sampai dengan akhir tahun 2021, total aset Perusahaan tercatat sebesar US$ 1,7 miliar dengan total ekuitas sebesar USD 1,2 miliar. Perusahaan juga memiliki posisi kas dan setara kas yang kuat sebesar USD 691 juta.
“Dan di 2022 ini, perusahaan menargetkan volume produksi sebanyak 17,5-18,8 juta ton dan volume penjualan sebesar 20,5-21,5 juta ton. Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 17% harga jualnya telah ditetapkan, 48% mengacu pada indeks harga batubara, 2% harga jualnya belum ditetapkan dan sisa 33% belum terjual,” ungkap Mulianto.
Jalankan Nilai ESG
Sepanjang tahun 2021, Perusahaan telah menjalankan nilai-nilai ESG (Environmental, Social and Corporate Governance) guna mencapai operasi dan pengembangan yang berkelanjutan. Sebagai contoh penting, dalam bidang lingkungan, emisi GHG yang timbul telah berkurang sebanyak 32% dalam 4 tahun terakhir Untuk Rehabilitasi DAS (Daerah Aliran Sungai), Perusahaan telah berhasil mengembalikan lahan ekosistem sungai seluas 2.540 hektar di berbagai wilayah, yang selanjutnya diserahterimakan ke Pemerintah.
Secara kumulatif, total 14.433 hektar telah sepenuhnya direhabilitasi dan diserahterimakan per akhir 2021. PT Bharinto Ekatama (BEK), entitas anak ITM, turut serta dalam proyek nasional rehabilitasi DAS di Bukit Menoreh, Yogyakarta, bagian dari kawasan destinasi wisata superprioritas, Borobudur.
Dua entitas anak ITM, PT Trubaindo Coal Mining (TCM) dan PT Jorong Barutama Greston (JBG), mendapatkan PROPER Hijau (“melampaui kepatuhan”) di 2021, sementara PT Indominco Mandiri, PT Kitadin – Embalut, dan PT Bharinto Ekatama memperoleh PROPER Biru.
Di bidang sosial, Perusahaan melawan pandemi dengan ikut serta Program Vaksinasi Gotong Royong. Selanjutnya, di bidang tata kelola, struktur organisasi dibangun dengan memperhatikan keberlanjutan sebagai salah satu contohnya, Perusahaan memiliki komite yang bertanggung jawab kepada dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perkembangan berkelanjutan di dalam perusahaan.
Selain inisiatif tersebut, ITM juga telah menerima beberapa penghargaan dan pengakuan seperti Five Star Top CSR Awards 2021, Four Star Top GRC Awards 2021, Gold Rank 2021 from Asia Sustainability Report Rating, Best in HR Crisis Management, Management BBB Rating in ESG Disclosure Award 2021 yang merupakan penghargaan atas pencapaian perusahaan di bidang ESG.
“Ke depannya, target ITM adalah menjadi perusahaan energi Indonesia terdepan yang lebih hijau dan cerdas. Transformasi ini akan menggerakkan bisnis ITM yang ada saat ini menjadi 3 lini bisnis,” katanya.
Pertama, adalah pertambangan yang mencakup batubara, mineral, dan kegiatan pertambangan terkait lainnya sebagai bisnis utama. Kedua, adalah jasa energi yang mencakup jasa pertambangan, perdagangan, dan solusi modal alam guna mendapatkan nilai lebih dari operasi energi Perusahaan yang telah mapan. Ketiga, adalah bisnis terbarukan dan lain-lain yang berkaitan dengan investasi energi terbarukan dan teknologi energi lainnya untuk menangkap tren energy masa depan.
Peta jalan transformasi Perusahaan dibagi menjadi 3 fase, yaitu konsolidasi, transisi, dan aklimatisasi, di mana setiap langkah meningkatkan kapasitas perusahaan menjadi bisnis yang lebih hijau dan lebih cerdas melalui diversifikasi usaha.
Untuk tahun 2022, Perusahaan telah menentukan 4 sasaran pencapaian, yaitu mengoptimalisasikan asset batubara, menumbuhkan bisnis baru, menanamkan Banpu Heart sebagai budaya perusahaan, dan membina nilai-nilai ESG yang berpadu dengan segala segi bisnis sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim dan upaya keberlanjutan dan kepedulian terhadap masyarakat. Di samping itu, Perusahaan akan memperkuat kemampuan digital karyawan guna memperlancar transformasi digital yang dapat bermanfaat baik di sisi operasional maupun finansial.
FOTO: Istimewa