Jakarta, TopBusiness—Diperkirakan bahwa mayoritas investor perorangan bidang properti di Indonesia, atau sekitar 99%, terperangkap ke tingkat risiko tinggi. Dalam hal tersebut, mereka terus membeli properti tanpa kepastian adanya pemasukan kas.
“Dengan kata lain, mereka bukan tipe accumulator cash saat berinvestasi properti,” kata pakar properti Panangian Simanungkalit, akhir pekan kemarin dalam suatu seminar virtual.
Panangian mengatakan bahwa mayoritas investor tersebut masih menggunakan pola pikir untuk mendapatkan dan membeli properti sebanyak mungkin. Di sini, muncullah risiko berupa tidak adanya pemasukan tunai berupa yield sewa dari properti yang dibeli.
Sementara, mereka tetap harus menanggung sejumlah biaya seperti IPL (iuran pengelolaan lingkungan), pajak, dan lain-lain.
Di saat adanya resesi ekonomi seperti saat masa Covid-19 ini, risiko tersebut pun bertambah. Hal itu karena properti yang dibeli cenderung sulit dijual. “Dijual dengan turun harga pun, masih nyangkut,” papar Panangian.
Investor tipe accumulator cash berbeda dengan kelompok mayoritas tersebut. “Kalau tipe accumulator cash, ia mampu membeli properti yang bagus, sekaligus mengincar pemasukan cash sedari awal,” papar pendiri dan pemilik Panangian School of Property tersebut.
Accumulator cash tersebut punya sejumlah strategi. Yakni, pertama, trading. Dalam hal itu, ia menganut prinsip buy to sell.
Kedua, investing. Di sini, ia buy to hold dan berorientasi untuk mendapatkan yield sewa. “Dan sudah tentu, ia bertujuan untuk menjadi kaya dari properti,” kata Panangian.
Kebangkitan Properti
Pada seminar virtual tersebut, Panangian pun mengulas tentang pasar properti nasional saat ini. Situasi perekonomian nasional dan bisnis properti merupakan dua hal yang lekat serta bisa diibaratkan lokomotif dan gerbongnya. “Jadi, dua hal tersebut berkaitan erat,” tegas dia.
Untuk tahun 2022, ada kemungkinan bahwa perekonomian Indonesia akan tumbuh melebihi sebelum Covid-19. “IMF, itu memprediksi bahwa perekonomian kita naik 5,2% hingga 5,5%.”
Sektor properti di Indonesia sudah melambat atau pun stagnasi dalam tujuh tahun belakangan. Diperkirakan bahwa pada tahun 2022 ini, bisnis properti masuk masa kebangkitan.
“Kemudian, tahun 2023, bisnis properti siap masuk fase booming. Dan tahun-tahun berikutnya, booming terjadi,” Panangian menjelaskan.
Ia pun merekomendasikan untuk berinvestasi properti pada saat perekonomian menunjukkan tanda-tanda pulih dan mulai masuk fase kebangkitan.
“Saat ada tanda pemulihan, itulah waktu tepat bagi Anda untuk investasi, termasuk investasi properti,” dia menegaskan.