Jakarta, TopBusiness — PT Pan Brothers Tbk (PBRX) memastikan akan menggelar aksi korporasi Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue pada akhir 2022 atau awal 2023 nanti.
Rencananya, perseroan bakal melakukan rights issue senilai US$ 50 juta. Angka tersebut rencananya bakal digunakan untuk penguatan modal dasar perseroan.
Hal ini seperti salah satu hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PBRX yang salah satunya menyetujui aksi korporasi rights issue, yang digelar di Jakarta, Senin (27/6/2022).
Menurut Fitri Ratnasari Hartono, Direktur PBRX, peningkatan modal dasar perseroan dari sebesar Rp300 miliar menjadi sebesar Rp647,5 miliar dengan nilai nominal Rp25 per lembar saham dan meningkatkan saham dalam portepel dari 5.521.704.389 lembar menjadi 19.421.704.379 lembar saham.
Jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh saat ini adalah 6.478.295.611 lembar saham.
“Makanya, hal ini karena rencana perseroan untuk melaksanakan rights issue pada tahun ini dan di masa datang, dengan meningkatnya saham dalam portepel perseroan dalam melakukan penerbitan saham baru pada waktu diperlukan,” ujarnya.
Lebih jauh dijelaskan, Pemegang Saham Pengendali (PSP) perseroan dalam hal ini PT. Trisetijo Manunggal Utama akan bertindak selaku pembeli siaga right issue tersebut.
“Sementara ini controlling shareholder kami sudah siap menjadi pembeli siaga,” kata dia.
Sementara itu dalam RUPST yang digelar, kata dia, pemodal menyetujui penyisihan Rp1 miliar dari laba bersih tahun 2021 sebagai cadangan sesuai dengan ketentuan pasal 70 UU No 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas. Sedangkan sisanya laba bersih tahun 2021 dicatatkan sebagai laba ditahan.
Selain itu ditilik dari kinerja, lanjutnya, kinerja perseroan juga semakin positif. Untuk penjualan di tahun 2021 naik sebesar 0,7% dari tahun 2020 dan penjualan hingga kuartal I-2022 sudah naik sebesar 0,8% dari kuartal I-2021.
Untuk ekuitas per akhir 2021 juga naik 0,5% dari tahun 2020. Dengan ekuitas per kuartal I-2022 suah bertumbuh 1,4% dari tahun 2021.
“Untuk pendapatan tahun 2022 diharapkan bisa bertumbuh 10 persen dibanding tahun 2021, tapi laba bersih dapat tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan pendapatan,” katanya.
“Kami harap laba bisa seperti tahun 2019 dan 2020, karena dampak pandemi Covid maka kita bisa lebih efisien. Seperti masa Covid-19, biaya logistik tinggi,” imbuh dia.
Agar hal itu berjalan lancar, tegas dia, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar US$ 5 juta untuk pemeliharaan. Sedangkan kapasitas produksi tetap di angka 117 juta potong per tahun.