Jakarta, TopBusiness – PT Mirae Asset Sekuritas terus konsisten dalam meramaikan pasar modal untuk mengajak banyak perusahaan melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Untuk itu, hingga akhir tahun 2022 ini, Mirae masih akan melakukan penjaminan atau pelaksana emisi IPO sebanyak enam perusahaan.
Sepanjang tahun lalu, Mirae sudah melakukan penjaminan emisi total sembilan perusahaan. Yang terdiri dari delapab IPO sebagai penjamin pelaksana emisi dan satu IPO sebagai penjamin emisi. Dan hingga akhir tahun ada sebanyak enam perusahaan yang bakal dikawal IPO-nya.
“Di tahun ini, kami di pipeline ipo ada enam perusahaan dari berbagai sector seperti sektor plantation, CPO refinary, fintech, perbankan, ATPM dan industri nikel. Enam IPO ini hingga akhir tahun bisa tercapai,” ujar Mukti Wibowo Kamihadi, Head Investment Banking Mirae Asset Sekuritas dalam acara IHSG and IPO Outlook through Recovery Time, di Jakarta, Selasa (9/8/2022).
Menurut dia, dengan banyaknya perusahaan yang tertarik untuk IPO melalui Mirae ini bentuk kepercayaan pasar ke perusahaan. Hal ini memang tak aneh mengingat dari sisi Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) Mirae di atas Rp1,4 triliun, atau paling tinggi di antara perusahaan efek di Indonesia.
Pencapaian IPO tersebut juga masih selaras dengan target IPO perusahaan yang mencapai 11-12 IPO di tahun ini. “Tambahanya kita akan terus mencari karena marketing kami terus berusaha. Tapi kan ini sudah Agustus. Dan itu yang terus kita kejar. Yang pasti pencapaian ini lebih baik dari tahun lalu,” ujar Bowo lagi.
Untuk diketahui, hingga Agustus 2022 ini sudah ada empat perusahaan IPO yakni PT Rohartindo Nusantara Luas Tbk, PT Kusuma Kemindo Sentosa Tbk, PT Arkora Hydro Tbk, dan PT ADHI Commuter Properti Tbk.
Jika ditilik dari pasarnya, supply untuk IPO sendiri masih tinggi. Mengingat aksi korporasi ini menjadi alternative untuk penggalangan dana bagi perusahaan.
“Kalau kita lihat potensinya dari supply itu memang selalu ada perusaaan yang ingin ipo. Sementara demand-nya juga tinggi kok. Banyak investor yang memburunya. Demand-nya memang tinggi terjadi perubahan sejak ada aturan OJK soal e-IPO sehingga pemesanan sangat besar terutama di poolling-nya,” jelas dia.
FOTO: TopBusiness