Jakarta, TopBusiness – Tentunya bagi perusahaan setrum milik negara yakni PT PLN (Persero) harus sangatlah piawai membangun Corporate Social Responsibility atau CSR dan wajib melaksanakan Tangung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Dalam konteks tersebut, dalam rangka menekan net zero emission (NZE) pada tahun 2060 dan program bauran energi pada tahun 2030 sebesar 30 persen, maka harus dapat menggunakan pembangkit listrik energi baru terbarukan. Dalam rangka mengejar target tersebut, tentunya sebagai perusahaan setrum negara harus bisa mengejar target dan juga bisa menggantikan Pembangkit Tenaga Uapnya (PLTU) yang berbahan bakar batu bara beralih menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan seperti penggunaan biomassa, sampah pertanian dan perkebunan serta sampah rumah tangga.
Ditegaskan MSB Pengelolaan UMK PT PLN (Persero) Taufiq Dwi Nur, tentunya kami sebagai perusahaan listrik harus terus bisa memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan sejalan dengan strategi bisnis perusahaan ini.
“Tentunya dari kebutuhan kami ini pun harus dilakukan Mitigasi Sosial Mapping yang valid, terintegrasi dan juga sinergitas bagi seluruh stake holder. Kita harus bisa menciptakan lokal heronya, supaya program kita bisa berjalan dengan baik dan kita tidak harus melakukan kontrol terus menerus, akan tetapi kita bisa lepas jika masyarakat sudah mandiri,” tegas Taufiq Dwi Nur kepada Dewan Juri TOP CSR Awards 2023, di Jakarta, belum lama ini secara virtual.
Strategi bisnis dan pembangunan CSR serta juga sejalannya TJLS bagi PLN sudah merupakan kewajiban karena mengacu pada sandaran dengan ISO 26000 SR. Program CSR yang digelontorkan ini sudah sesuai dan sejalan serta kaidah bisnis perusahaan yang menguasai di sektor semisal pembangkitan, transmisi dan jaringan.
Ada beberapa strategi bisnis yang disinergikan dengan program CSR dan TJLS perusahaan setrum negara ini. Pertama, program PLN Pintar, 4 pendidikan berkualiatas dan 5 kesetaraan gender. Dalam hal ini, PLN sangat peduli akan kualitas sumber daya manusia dengan berbasiskan kepada pendidikan, maka diberikanlah bea siswa bercahaya (dalam rangka menjadikan DUTA PLN), memberikan jaringan internet pintar, Perpustakaan EDU PLN.
Program kedua, PLN POPWER, program pengembangan UMKM, 1. UMKM Suplaychain PLN, 2. Pengembangan UMK rumah BUMN, Pemberdayaan Kawasan wisata, pemberdayaan kaum rentan disabilitas, komunitas adat, ekonomi kurang beruntung.
Program ke tiga, PLN GREEN, Program lingkungan, Air bersih dan MCK, Pelestarian flora fauna, mengelola sampah menjadi energi.
Suitainable Creating Share Valuenya pun sangatlah jelas, peran PLN sebagai perusahaan yang langsung berhubungan dengan komunitas masyarakat di lingkungan pembangkit. Pengelolaan sampah menjadi energi ke pembangkitan, program cofiring waste energy dan keterlibatan UMKM pengolah waste to energy, menghasilkan pellet dan briket. Lantas ada pula pemanfaatan FABA menjadi bahan bangunan batako, paving blok. Dan juga terbangun desa wisata dan pertanian terpadu berbasiskan listrik.
Program biomass berbasiskan kepada masyarakat lokal ini akan memberikan dampak besar kepada operasional PLN dalam memberikan kepastian bahan bakar pembangkitannya di seluruh Indonesia, pengurangan emisi CO2, pengurangan sampah, produksi energi bersih, penyerapan tenaga kerja, penurunan biaya operasional pembangkit sebesar Rp 227 miliar per tahun, peningkatan penjualan energi listrik Rp 2,8 miliar per tahun, PR value sebesar Rp 2,8 miliar per tahun, dan juga menghasilkan penghargaan PROPER EMAS 15 buah untuk pembangkitan PLN.
Foto: web.pln.co.id