Jakarta, TopBusiness – Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor hulu bidang minyak dan gas bumi, meliputi eksplorasi dan eksploitasi, PT Pertamina EP Sangasanga Field (PEP Sangsanga Field) memahami betul pentingnya menjalankan bisnis yang berkelanjutan (sustainable business) yang mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG’s).
PEP Sangasanga Field berkomitmen untuk menjadi perusahaan bertanggung jawab dalam proses produksi maupun pemanfaatannya, sehingga dapat berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan pelaksanaan dan dukungan pencapaian Tujuan 12 SDGs, yakni Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Upaya ini diwujudkan dengan menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang terarah, tepat sasaran dan memiliki nilai manfaat bersama baik bagi perusahaan, masyarakat maupun stakeholders terkait.
Demikian seperti disampaikan Naomi Shinta Pasila ComRel & CID Officer Pertamina Hulu Indonesia Zona 9 yang mencakup PHSS dan PEP Tanjung dan PEP Sangasanga Field dalam wawancara penjurian Top CSR Awards 2023 yang diselenggarakan Majalah Top Business secara virtual pada Senin (15/5/2023).
“Jadi dalam upaya mendukung keberlanjutan kami punya inisiatif CSR yang memiliki tagline PERISAI EMAS atau singkatan dari Pertamina EP Sangasanga Field Bergerak Maju untuk Masyarakat. Nah semangat ini kami usung seiring dengan tujuan utama CSR kami yaitu untuk memajukan masyarakat yang berada disekitar operasi kami dan di saat bersama juga mendukung operation kami yang bergerak maju,” kata Shinta.
“Hal demikian juga sejalan dengan visi dan misi CSR kami di PEP Sangasanga Field yaitu untuk Menjadi Perusahaan di sektor hulu migas yang berorientasi terhadap kelestarian lingkungan serta memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan di sekitar wilayah kerja operasi Perusahaan,” tambah dia.
Dalam menjalankan program CSR yang mendukung keberlanjutan, PEP Sangasanga Field telah memiliki tata kelola dan kebijakan CSR. Kebijakan CSR diadopsi dari kebijakan CSR di induk perusahaan PT Pertamina (Persero) yang memiliki 6 prioritas SDG’s yang dijalankan.
Keenam prioritas tersebut, yakni Tujuan 12, Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; Tujuan 13, Penanganan Perubahan Iklim; Tujuan 14, Ekosistem Laut; Tujuan 15, Ekosistem Darat; Tujuan 7, Energi Bersih dan Terjangkau,; dan Tujuan 8, Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Sementara tata kelola CSR dimulai dengan proses perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi program hingga exit strategy.
“Perencanaan dimulai dengan melakukan social mapping, meningkatkan engagement dengan stakeholder, menyusun REA Renja dan Renstra Roadmap Program. Implementasi dimulai dengan melaksanakan program sesuai sosmap dan roadmap serta berfokus pada penanganan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan serta penguatan kelembagaan,” ujar dia.
“Lalu monitoring dan evaluasi adalah untuk memastikan pelaksanaan program sesuai sosmap dan roadmap serta berfokus pada penanganan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan serta penguatan kelembagaan. Dan terakhir Exit Strategy yaitu bahwa kegiatan CSR yang dilakukan untuk para penerima-manfaatnya dapat berlanjut meski program/proyek tersebut telah selesai dilaksanakan,” sambungnya.
Program CSR Unggulan
Dari kebijakan dan tata kelola CSR yang telah dijalankan, PEP Sangasanga Field telah memiliki sejumlah program CSR mulai program yang berkaitan dengan lingkungan, tata kelola organisasi, keterlibatan pengembangan masyarakat dan Isu Konsumen hingga hak asasi manusia.
Namun, Shinta menyebut ada dua program CSR yang menjadi unggulan dari perusahaan dan telah sesuai dengan tujuan bisnis yang berkelanjutan dari PEP Sangsanga Field. Keduanya adalah program Program Ekoparian Sungai Hitam Lestari dan Program TANTE SISKA (Tani Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria).
“Program Ekoriparian Sungai Hitam Lestari merupakan kegiatan pariwisata berkelanjutan dan pelestarian habitat dari hewan Bekantan dan yang ada di Kawasan Sungai Hitam di Kelurahan Kampung Lama, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur,” jelas dia.
Bekantan merupakan Primata asli Kalimantan yang sangat eksotik yang habitatnya saat ini tengah terancam dan semakin langka. Hal ini karena beberapa factor, mulai dari keberadaannya yang belum dilindungi secara penuh oleh pemerintah hingga adanya perubahan ekologis di kawasan Sungai Hitam akibat dampak konversi lahan di daerah hilir dan hulu.
“Untuk konversi lahan di daerah hilir misalnya Kawasan ini karena sebagian tanah milik warga maka menjadi pemukiman, usaha perairan masyarakat dan perkebunan yang kemudian menyebabkan luasan area habitat bekantan di Sungai Hitam menjadi berkurang,” papar Shinta.
“Sementara konversi lahan hijau di daerah hulu ini terjadi akibat tambang batu bara yang menghasilkan limbah dan dibuang ke sungai hingga menyebabkan air sungai menjadi keruh,” kata dia.
Disinilah PEP Sangasanga Field yang memiliki wilayah operasi migas berdekatan dengan Sungai Hitam mengambil inisiatif untuk menjaga keberlangsungan populasi bekantan. Upaya ini dilakukan dengan cara menetapkan wilayah khusus terlindungi di sekitar DAS Sungai Hitam untuk dijadikan taman hidup bekantan.
Di sepanjang Sungai Hitam kemudian dilakukan penanaman mangrove jenis rambai laut di sepanjang Sungai Hitam. Selain meningkatkan taraf hidup bekantan yang ada di sekitar Sungai Hitam, program ini turut menyumbang peran penting bagi lingkungan dengan turut menyerap emisi karbon sebesar 6.319,44 ton CO2/tahun.
Selain difungsikan sebagai habitat hidup bekantan, taman ini dikelola menjadi ekowisata Ekoriparian Sungai Hitam untuk mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Atraksi yang ditawarkan kepada pengunjung adalah susur sungai dengan menggunakan perahu dan didampingi oleh tour guide. Mereka bisa melihat secara langsung dari jarak dekat sekitar 500 bekantan yang hidup di sana.
Dalam pengembangan Ekoriparian Sungai Hitam, PEP Sangasanga Field menggandeng Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Hitam Lestari sebagai mitra. Lembaga ini dibentuk pada 2018 dengan jumlah anggota aktif sebanyak 27 orang yang sebagian besar berasal dari wilayah Kampung Lama.
Program pengembangan Ekoriparian Sungai Hitam ini terbilang sukses. Program ini ditabalkan sebagai jawara dalam ajang Indonesia Green Awards 2020 untuk Kategori Mengembangkan Keanekaragaman Hayati. Aidil Amin sebagai Ketua Pokdarwis menerima penghargaan Kalpataru 2020 dari Bupati Kutai Kartanegara. Berkat adanya program pelestarian bekantan ini, pada 2020 pendapatan Pokdarwis Sungai Hitam Lestari bisa mencapai Rp59,1 juta. Pengunjung Ekoriparian Sungai Hitam diprediksi akan meningkat seiring dengan penetapan IKN baru di Kalimantan Timur.
Program unggulan kedua adalah Program TANTE SISKA (Tani Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria). TANTE SISKA adalah program pertanian terintegrasi (integrated farming) yang dijalankan sejak 2019. Program ini bertujuan untuk mengembangkan kegiatan pertanian dengan skema ekonomi yang berputar (circular economy) dan sistem inovasi sosial yang mengedepankan efisiensi dan pengembangan keanekaragaman produk secara ramah lingkungan.
Program pemberdayaan masyarakat ini mengoptimalisasi proses pertanian terpadu dengan mengintegrasikan empat bidang kegiatan, yaitu peternakan, pupuk organik, pertanian, dan pengembangan.
PEP Sangasanga Field menerapkan strategi optimalisasi produk turunan dan pemanfaatan limbah pertanian pada tiap bidang sehingga ramah lingkungan.
“Salah satu upaya yang kami lakukan dalam merespons penurunan produktivitas dan hilangnya pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh penutupan perusahaan tambang adalah dengan merevitalisasi lahan pasca tambang batubara menjadi lahan pertanian yang efektif,” ujar Senior Manager PEP Sangasanga Field Gondo Irawan .
Gondo menyebutkan, tahun 2022 program TANTE SISKA mengembangkan sistem pertanian sirkularnya dengan membudidayakan unggas. Kotoran unggas kemudian diolah sebagai campuran pupuk organik yang diproduksi Kelompok Setaria. Pupuk unggas dinilai memiliki tingkat produktivitas yang relatif cepat untuk jenis sayuran yang memiliki jangka waktu panen relatif singkat seperti kangkung dan bayam.
“Upaya ini juga dilakukan dengan tujuan mendukung program Kementerian Pertanian untuk menggunakan pupuk organik sebagai nutrisi bagi pertumbuhan tanaman,” katanya.
Tak hanya budidaya unggas, lanjut Gondo, Kelompok Setarian juga mengembangkan perkebunan telang dan mengolah hasil dari bunga telang tersebut menjadi makanan dan juga minuman yang diberi nama “Sarijiwa”.
Bunga telang diketahui memiliki beberapa khasiat salah satunya untuk meningkatkan imunitas tubuh. Inovasi sosial juga dilakukan pada rumah pembibitan berupa vertical garden. Adanya vertical garden dilatarbelakangi terbatasnya lahan pertanian di Sangasanga sehingga inovasi ini muncul agar petani tetap melakukan aktivitas bertani kendati terbatas tidak adanya tanah untuk digarap.
“Inovasi vertical garden saat ini mulai direplikasi oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Rosella. Sebelumnya KWT rosella ini melakukan aktivitas pertanian di lahan akan tetapi terkendala banjir yang mengakibatkan pertaniannya gagal panen,” katanya.
Berdasarkan Studi LPPM IPB University pada 2020, salah satu satu inovasi TANTE SISKA, yaitu Inovasi Damkar berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 7,76 ton CO2eq/tahun. Inovasi ini mengubah asap bahan bakar menjadi asap cair dan dapat digunakan sebagai campuran kompos dan pupuk cair.
Inovasi Damkar merupakan bagian dari Eco-Innovation PEP Sangasanga Field yang terintegrasi dengan nilai- nilai utama perusahaan. Berkat inovasi yang dilakukan, pendapatan kelompok mencapai menjadi Rp354 juta/tahun pada 2021, atau lebih dari 27 juta per bulan. Itu berarti, program ini berhasil merespons permasalahan yang ada di daerah sekitar operasional perusahaan.
Dari segi lingkungan, sebesar 1,61 hektare berhasil direvitalisasi dan digunakan kembali, serta sebanyak 7,76 ton CO2eq/tahun emisi CO2 berhasil dikurangi. Dari sisi segi ekonomi, program ini berhasil memperoleh pendapatan sebesar Rp 354 juta per tahun dan penghematan pembelian pupuk sebesar Rp 48,3 juta per tahun.
Selain itu produk yang dihasilkan dari pertanian terpadu di TANTE SISKA menambah pendapatan masyarakat, serta membantu mengatasi permasalahan pembakaran Sekam Padi yang selama ini dilakukan petani. Sebelumnya, TANTE SISKA mendapatkan Sekam Padi gratis, sekarang setelah masyarakat tahu manfaat dari mengelola Sekam Padi membayar Rp 5.000 per kilogram.
Program CSR TANTE SISKA Binaan PEP Sangasanga Field berhasil meraih Gold di Ajang E2S Proving League 2022, penghargaan Best Community Program Kategori Emas dalam ajang 14th Annual Global CSR Award 2022 di Hanoi, Vietnam.
Penulis: Abi Abduljabbar Siddiq