Jakarta, TopBusiness – PT Digital Aplikasi Solusi atau yang akrab disebut Digiserve merupakan perusahaan IT yang bergerak dalam bidang ICT Managed Solutions dan menjadi salah satu anak usaha dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Untuk tahun ini, Digiserve kembali mengikuti penjurian TOP GRC (Governance, Risk, and Compliance) Awards 2023.
Dalam setahun ini, berkat konsistensinya dalam menjalankan praktek GRC serta senantiasa mengedepankan praktek environmental, social, and governance (ESG) terkaip implementasi bisnisnya, terbukti telah bedampak positif ke perusahaan. Diakui manajemen Digiserve, kinerja tahun lalu yang kian bertumbuh positif, salah satunya karena disokong GRC yang kuat.
“Kami melihat GRC ini sesuatu yang sangat penting bagi korporasi kami, sehingga GRC ini embedded (menempel) dalam keseharian kami dalam menjalankan bisnis ini,” tutur Ahmad Hartono selaku Presiden Direktur Digiserve, saat wawancara penjurian TOP GRC Awards 2023, secara online, beberapa waktu lalu.
Pentingnya GRC ini membuat perusahaan rajin mengikuti proses penjurian GRC, seperti TOP GRC Awards ini. “Tahun lalu kami Binatang 4 (Top GRC 2022) dan saya kira itu menambah motivasi kami untuk semakin lebih baik dalam menjalankan operasional bisnis kami berdasar GRC, baik itu aspek Governance-nya, Risk Management-nya, dan Compliance-nya.”
Dan untuk menguatkan GRC perusahaan, kata Hartono, makanya di tahun ini Digiserve sudah memiliki tagline yakni Discovering Your Value, jadi bagaimana Digiserve ini menghadirkan antusiasme dalam membantu pelanggan menemukan nilai mereka dengan menyederhanakan proses bisnis mereka.
“Dengan mengacu kepada Corporate Value kami yakni AKHLAK: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif, maka tagline itu dibuta. Sehingga diharapkan kami mampu membantu pelanggan untuk menemukan nilai-nilai mereka dan menyederhanakan business process mereka sesuai dengan kompetensi dan kapabilitas yang bisa kami berikan ke pelanggan,” jelasnya lagi.
Sebagai perusahaan anak dari Telkom yang secara resmi diakuisisi di tahun 2021 lalu, “Maka saya sebagai BOD memiliki program utama agar bisa terus rise up, artinya bagaimana korporasi ini bisa bangkit. Sehingga di 2022 dan 2023 ini program utama tersebut dengan strategi bisnis, SPRINT yakni Strengthening Business Sustainability, Pursuing to New Market, Robust the Fundamental of Business, Innovation in Motion, Nurturing Business Growth, dan Trusted Partner in Managed Service.”
“Sprint juga berarti ‘berlari lebih cepat lagi’ untuk menjaga sustainability growth kami, tentu saja sesuai dengan GRC kami di dalam menjalankan korporasi ini,” tuturnya.
GRC Dongkrak Kinerja
Diakui Ahmad Hartono, dengan implementasi GRC tersebut membuat kinerja perusahaan terus bertumbuh positif. “Dengan menjalankan perusahaan sesuai GRC secara terjaga itu, maka di 2022 kemarin melalui program utama SPRINT itu kita bisa RISE UP waktu itu bisa tumbuh dengan baik baik itu revenue maupun profit,” ungkapnya.
Pada tahun 2022, pendapatan perusahaan mencapai Rp251,1 miliar dan tumbuh 18,4% dibandingkan tahun 2021, laba kotor mencapai Rp97,6 miliar atau meningkat sebesar 24,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan pendapatan itu, biaya operasional meningkat sebesar 12,1%, sementara EBITDA mencapai Rp22,6 miliar, alias tumbuh 92,3%.
“Pendapatan Perusahaan masih didominasi dari portfolio produk MNS dengan berkontribusi sebesar 57,6%, diikuti dengan portfolio Professional Services dan UCCS yang meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya,” lanjut dia.
Penerapan GRC
Untuk melancarkan jalannya GRC di perusahaan, Digiseve terus membangun kebijakan dan struktur GRC untuk menuju kelengkapannya. Di setiap tiga komponen GRC tersebut, perusahaan sudah memiliki regulasinya sendiri-sendiri.
Adapun untuk struktur atau infrastruktur GRC-nya, salah satunya ada Dewan Etis dan Integritas (Ethics & Integrity Council/EIC) yang berada di bawah Dirketur Keuangan dan Manajemen Risiko. Ini bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap Perseroan dari sisi Manajemen Risiko dan Kepatuhan (Risk and Compliance). “Anggota dari EIC ini terdiri dari para ELT atau Executive Leadership Team dari Digiserve sendiri,” ujarnya.
Selanjutnya, dia menerangkan, dalam rangka memperkuat GRC itu, perseroan sudah menukur tingkat GCG perusahaan, dimana level GCG Digiserve sejak 2021 lalu mengalami lonjakan signifikan. “Pada 2020 lalu skor GC kami hanya di angka 63,58 atau Cukup Baik. Namun pada tahun 2021-2022 lalu melonjak menjadi 83,59 atau Baik. Dan tahun ini baru akan di-assessment pada Agustus-Septemabr nantti. Semuanya dilakukan oleh lembaga esternal,” kata dia.
Juga untuk menguatkan GCG ini sudah ada kebijakan whistleblowing system atau WBS policy dalam penerepannya. Dengan mekanisme pelaporannya dapat dilakukan melalui portal anonym, Whistleblowing Box, email getintouch@digiserve.co.id dan Direct Message Social Media (Instagram&LinkedIn).
Selain itu, imbuh Hartono, sebagai bagian dari Telkom Group, “Kami juga mengikuti kebijakan whistleblower dari Telkom dan wajib mengikuti pelatihan serta ujian secara daring dari Telkom mengenai whistleblowing system di lingkungan Telkom.”
Komponen GRC lainya, yakni risk management juga terus ditingkatkan di Digiserve. Perusahaan sudah melakukan identifikasi Risk Profile secara aktif secara berkala setiap satu bulan sekali. Dimana masing-masing risiko dinilai berdasarkan potential impact terhadap bisnis (finansial, operasional, reputasi, dll.) dan juga probabilitas terjadinya risiko tersebut (likelihood).
“Setiap risiko dicatat dan dibuatkan rencana mitigasinya, serta secara ketat diawasi perkembangan risikonya sebagai referensi dalam menurunkan atau menaikan profil suatu risiko tersebut,” katanya.
Dan improvement yang dilakukan oleh Risk Management pada tahun 2023 ini yaitu melakukan implementasi dan penggunaan Risk Management Tools dalam koordinasi Risk Agent yang belum pernah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.
“Improvement pada hasil dari Pengukuran Risk Maturity Index (RMI) yang perlu diperbaiki dalam Sistem Management Risiko tersebut juga akan diperbaiki di tahun ini,” tegas dia.
Salah satu improvement itu adalah penerapan ISO 31000, Risk management – Guidelines. Kata dia, sebelum mengimplementasikan ISO 31000, pada tahun 2023 ini, Digiserve masih dalam proses untuk mendapatkan ISO 37001 mengenai anti-bribery, namun Digiserve sudah melakukan pengukuran Maturity Level Implementasi Risk Management TelkomMetra Group berdasarkan ISO 31000 di tahun 2022.
“Selain itu kami telah memenuhi standar internasional lainnya yang menjamin keamanan data pelanggan yaitu ISO 27001 mengenai manajemen keamanan informasi, dan ISO 20001 mengenai Service Management System,” Hartono menjelaskan.
Lebih jauh ditegaskannya, dalam rangka meningkatkan Compliance perusahaan, untuk setiap Direksi dan karyawan wajib mendapatkan sosialisasi terkait Code of Conduct Policy, Ethical Behavior Training, dan juga memahami serta menandatangani Pakta Integritas.
Dan untuk setiap karyawan baru ada refreshment test yang dilakukan setahun sekali yakni Ethical Behavior Training. Juga ada Ethic and Integrity Council Meeting. Ini dilakukan satu bulan sekali yang di dalamnya terdapat Pelaporan Breach Policy.
Makanya, pihaknya sudah mengukur kriteria keberhasilan implementasi kepatuhan tersebut. Pertama, adanya zero ethical breach; kedua, penandatanganan Pakta Integritas oleh seluruh Karyawan, BOD, dan BOC Perusahaan; ketiga, Ethical Behavior Training (EBT) & Refresher Test yang diikuti oleh seluruh karyawan, dimana minimum passing grade pada tes tersebut adalah 85%; dan keempat, salah satu objective & key result Direksi adalah “Trusted Partner in Managed Service.”
IT Dukung Bisnis dan GRC
Sebagai digital company, jelas Hartono, IT adalah produk utama dan merupakan collaboration tools yang digunakan Digiserve dalam menjalankan proses bisnis sehari-hari, di antaranya perusahaan sudah menggunakan, pertama, OneDrive – untuk melakukan penyimpanan dokumen berbasis cloud; kedua, Microsoft Teams – aplikasi kolaborasi untuk melakukan rapat virtual, berbagi dokumen dan diskusi (chatting).
Lalu ketiga, Sharepoint – sebuah portal berbasis cloud untuk menyimpan dokumen dan melakukan editing dokumen secara daring; keempat, Outlook – aplikasi e-mail untuk korespondensi keperluan bisnis. Juga menggunakan portal daring sebagai sarana Whistleblower system dan Pakta Integritas, Risk Management Tools – integrasi sistem Office 365 yang digunakan untuk integrmengatur risiko Perusahaan oleh Risk Agent Digiserve, serta ketujuh PATRICE (Project At Risk Calculation and Register) – Sistem daring yang mendigitalisasi approval Project At Risk.
Adapun TI yang mendukung implementasi GRC, Digiserve mempunyai program antara lain, IT security awareness, dimana team IT secara berkala memberikan email reminder untuk mengganti password berkala serta ujian IT security, yaitu seluruh karyawan diwajibkan mengikuti ujian IT Security yang mempunyai skor minimum kelulusan, serta lain sebagainya.
“Sementara itu terkait dengan ESG, perusahaan sudah memiliki ESG Policy, yaitu kebijakan mengenai komitmen Digiserve dalam mencapai tujuan keberlanjutan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan hidup,” demikian yang dipaparkan Hatono, mengakhiri.
Turut hadir jajaran manajemen yang mendampingi Sang Dirut adalah, Bungaran Adil Paruhum Siagian selaku Direktur Sales & Operation, lalu Nieke L. Garnia sebagai VP HC, Procurement & Governance, Aditya Narendra – SM Risk & Corporate Planning, Sita Putri – SM Governance, serta Nadia Putri – Corporate Secretary & Communication.