Jakarta, TopBusiness – Sempat mengalami penurunan performa bisnis, kini PT Pos Indonesia (Persero) sudah berada di tren pertumbuhan. Ini seperti dikatakan Tonggo Marbun, Direktur HCM PT Pos Indonesia di tengah paparannya di sesi penjurian TOP HC Awards 2023 yang digelar majalah TopBusiness secara virtual beberapa waktu lalu.
Sebagaimana diketahui, Pos Indonesia merupakan perusahaan BUMN yang berdiri sejak 26 Agustus 1746 atau sudah berusia 277 tahun. Artinya, perusahaan ini memiliki perjalanan bisnis yang cukup panjang panjang.
”Mengalami berbagai zaman, berbagai tantangan, dan saat ini bisa survive. Tentu kami juga mau, di tengah tantangan perubahan teknologi, persaingan bisnis yang semakin ketat dari sisi ekonomi, kami juga mau hidup lebih panjang lagi dan sustain,” ujar Tonggo Marbun.
Saat ini, Pos Indonesia memiliki empat portfolio bisnis ditambah satu (ancillary service). Adapun empat portfolio bisnis Pos Indonesia terdiri dari Bisnis Kurir, Bisnis Logistik, Bisnis Jasa Keuangan, dan Bisnis Properti.
Sementara untuk bisa sustain, Tonggo menegaskan bahwa Pos Indonesia harus melakukan inovasi. ”Jadi, ada keseimbangan antara menyelesaikan masalah hari ini dengan membangun sistem kami, fundamental, supaya kami mengelola sistem kami,” ujarnya.
Bergabung sejak September 2020, Tonggo mengakui bahwa bersama enam direksi lain, dirinya ditugaskan untuk melakukan transformasi. Di mana pada saat itu, perusahaan mengalami penurunan revenue (pendapatan) khususnya di bisnis kurir yang sangat kencang sekali.
“Jadi, memang perkembangan teknologi, khususnya teknologi platform bisnis telah mengubah lanskap bisnis kami khususnya di kurir, orang tidak lagi ada bersurat, dokumen surat dinas hilang, kemudian terhubung ke platform, terhubung ke e-commerce. Begitu juga dengan logistik, sehingga penurunan ini menyebabkan kami rugi di tahun-tahun sebelum tahun 2019,” ujarnya.
“Nah, ketika kita masuk, kita melakukan perubahan yang fundamental dan Alhamdulillah sudah mulai ada perbaikan dari performa kami, tahun 2021 ke 2022, dan lebih baik lagi di 2023 sampai semester pertama. Jadi revenue kami sudah tumbuh 0,27%, saat ini sudah 5,372. EBITDA juga sudah tumbuh, saat ini sudah 896%, bahkan tahun ini akan kita tutup rencananya mudah-mudahan tutup di 1 T, growth di tahun 2021-2022 sampai 24,8%,” sambungnya.
Bangun Organisasi yang Lebih Agile
Ada tujuh transformasi yang diungkap Tonggo pada sesi penjurian kali ini termasuk salah satunya adalah Human Capital. Ketujuh transformasi itu antara lain Business, Product & Channel, Process, Technology, Human Capital, Organization, dan Culture. Sebagai sebuah organisasi, sisi human capital dan culture merupakan sesuatu yang sangat fundamental.
”Karena di Pos Indonesia (merupakan) organisasi tua. Jadi kami melakukan transformasi Human Capital, kami coba bangun mindset bahwa kita harus fokus on people, kita harus bangun, kita trasformasikan semua cara-cara kita mengelola orang. Kita bangun, kita kelola semua cara kita membangun experience pegawai dan kita transformasikan semua cara kita untuk meng-create leader-leader baru,” ujarnya.
Sejurus dengan itu, Tonggo mengatakan bahwa ada banyak HC inisiatif yang merupakan upaya perusahaan untuk memberikan solusi terhadap perbaikan human capital.
”Kemudian secara organisasi kami juga fokus untuk membuat organisasi ini lebih agile. Kenapa? Untuk dapat bisa merespons yang tadinya organisasinya adalah organisasi tradisional dan sudah bergeser lebih agile untuk dapat merespons perubahan dengan cepat dan follow ke strategi, strategi bisnis ke depan. Bisnis jadi panglima, begitu kita lihat ada potensi bisnis yang lebih baik dan kemudian kita bangun kompetensi di situ, organisasi kita sesuaikan, human capital kita bangun kompetensinya. Yang paling utama adalah di tiga tahun pertama kami membangun culture, bagaimana culture bisa menjadi karakter insan Pos Indonesia,” jelasnya.
Lalu, seperti dikatakan Tonggo, hal utama lain yang dilakukan perusahaan adalah membangun organisasi ini menjadi organisasi pembelajar. ”Karena memang tantangannya, kecepatan belajar Pos yang sebelumnya kalah cepat dengan perubahan di industri ini sendiri, sehingga kami bangun berbagai sumber-sumber pembejajaran, fasilitas pembelajaran, dan kita coba geser center of learningnya adalah ke pegawai,” ujarnya.
Dalam paparan, Tonggo juga mengungkap bahwa terkait agile organization, Pos Indonesia memiliki strategy workforce planning dengan mengubah line modelling, main program perusahaan ke kemitraan, lalu untuk unit pengantar organik digeser ke dalam dan seterusnya.
“Nah, strategi Workforce Planning ini suatu hal yang menarik. Jadi, waktu kami masuk itu karyawan organik itu 23.000 dengan partnership hampir kurang lebih 30.000. Terus biaya pegawai kita itu Rp2,9 triliun, rasionya itu sangat luar biasa tingginya, 70% lebih dibanding dengan biaya total. Sehingga sangat tidak produktif, dan sangat tidak efisien. Nah, langkah pertama (yang) kami lakukan, kiami memetakan ternyata di level atas itu kita kurangi, karena dulu Pos Indonesia sempat tidak merekrut orang dari tahun 1998 sampai tahun 2009 kemudian pernah mengangkat pegawai kontrak sebanyak 7000 orang di tahun 2017,” ujarnya.
Itulah mengapa Pos Indonesia, dikatakan Tonggo perlu melakukan Strategy Workforce Planning untuk menjawab permasalahan tersebut. Adapun beberapa upaya yang dilakukan antara lain memutus karyawan kontrak atau tidak melanjutkan (sebanyak) 3000 karyawan, lalu secara umum Pos Indonesia juga tidak mengganti pegawai pensiun.
“Karena ada pegawai pensiunan kurang lebih 1000 orang setiap tahun. Selama tiga tahun ini sudah 3000, jadi sekarang pegawai ini tinggal 16000. Dan productivity kita nambah. Dan kita bisa tekan, kita perbaiki lagi, kita lakukan remodeling di dalamnya,” tegasnya.
Selain, produktivitas perusahaan yang meningkat, upaya perusahaan dalam mengelola human capital juga mendapat apresiasi dari perusahaan lain.
“Dan ini ternyata sangat dilihat (menjadi benchmark) oleh perusahaan lain cara kami mengatasi ini tanpa melakukan PHK besar-besaran,” pungkasnya.
(Penulis: Fauzi)