Jakarta, TopBusiness – PT Indonesia Comnets Plus atau PLN Icon Plus disingkat ICON+ merupakan perusahaan anak dari PL PLN (Perseo). Namun, sebagai bagian dari PLN Group, Icon Plus mendeklarasikan sebagai beyond kWh atau satu-satunya anak perusahaan yang berisnis di luar kelistrikan.
Dalam pemaparan penjurian TOP GRC (Governance, Risk Management, and Compliance) Awards 2023 yang diselenggarakan Majalah TopBusiness, perwakilan dari Icon Plus bertutu banyak soal profil bisnis perusahaan dan penerapan GRC dalam mendukung bisnis tersebut.
“Perusahaan ini bisnisnya di luar kelistrikan. Jadi Beyond kWh adalah bisnis di luar penjualan tenaga listrik, yang mencakup solusi digital dan transisi energi, dengan memanfaatkan aset strategis dan dilakukan secara kolaboratif, yang ditujukan kepada pasar di luar PLN Group untuk mendorong gaya hidup baru yang lebih baik,” tutur Direktur Keuangan Icon Plus, Teguh Widhi Harsono, dalam pemaparan TOP GRC Awards 2023 itu.
Hadir juga mendampingi Dirkeu adalah, Heni Utari Ambarwati selaku Corsec Icon Plus, Indriani Saputri sebagai VP Legal dan Manajemen Risko Kepatuhan, serta Tim Corcec dan Tim Legal dari Icon Plus.
Dengan bisnis tersebut, Icon Plus memiliki Visi, yakni “Menjadi pemimpin dalam solusi digital dan transisi energi di Indonesia.” Dengan segala kelebihan dan fasilitas yang dimilikinya, Icon Plus yakin ke depannya akan menjadi penopang utama bisnis PLN.
“Jadi secara bisnis, Icon Plus itu unleashing bisnis Beyond kWh untuk lompatan pertumbuhan pendapatan dan meningkatkan value creation. Makanya kontribusi kami ke PLN berupa mengakselerasi transformasi dan digitalisasi proses bisnis PLN. Kepada public berupa transformasi bisnismelalui pergeseran layanan dari ‘network connection only menuju digital business solution’,” ujarnya.
“Lalu untuk kalangan ritel atau rumah tangga, ICONNET menjadi pilihan utama internet fixed broadband. Dan untuk kalangan new business electricity related, ini untuk membangun ekosistem digital sebagai sumber pendapatan baru dan meningkatkan value creations,” ditambahkannya.
Dengan kondisi bisnis seperti itu, Icon Plus masih berhasil mencatatkan kinerja positif di sepanjang 2022 lalu. Hal ini tak lepas dari adanya penerapan GRC yang terus meningkat, sehingga bisa menopang bisnis menjadi lebih baik lagi.
Tercatat, Icon Plus berhasil mencatatkan pendapatan mencapai Rp4.047 milliar atau Rp4,04 triliun. Angka tersebut memang baru 75% terhadap RKAP 2022 yang ditargetkan mencapai Rp5,356 triliun, namun begitu masih tetap bertumbuh sebesar 15,69% year on year (YoY) serta di atas rata-rata pertumbuhan industri (jika dikomparasi ke industri telko hanya sebesar 5%).
Dengan masih berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp646 miliar memang menurun 23,16% lantaran ada peningkatan beban usaha yang melonjak 40,75% menjadi Rp3,25 triliun.
Implementasi GRC
Kinerja positif tersebut memang tak lepas dari adanya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), manajemen risiko, dan kepatuhan atau GRC yang terus meningkat. Salah satunya terkait dengan adanya sederet risiko, berkat GRC Icon Plus bisa mengelola risiko-risiko itu dengan baik.
Dipaparkan Utari, tercatat ada 22 profil risiko yang dimiliki oleh Icon Plus. Yakni, belum optimalnya PLN Mobile untuk pembuatan solusi digital; penambahan produk baru untuk digital solution tahun 2023 tidak tersedia tepat waktu; melambatnya pertumbuhan bisnis konektivitas.
Lalu, kapasitas jaringan dan coverage eksisting PLN Icon Plus tidak dapat mendukung pencapaian target pendapatan tahun 2023; pencapaian kualitas dan keandalan layanan tidak memenuhi ekspektasi pelanggan; dukungan digitalisasi untuk layanan pelanggan belum optimal; pengembangan layanan data center dan solusi digital masih belum optimal.
Selanjutnya, penyelesaian aktivasi penyambungan baru pelanggan publik tidak sesuai ekspektasi pelanggan; keterlambatan dalam mengadopsi teknologi yang baru untuk memenuhi kebutuhan pelanggan; keberpihakan pelanggan dalam pemilihan provider layanan; belum optimalnya solusi monetisasi aset PLN (Sewa Tiang).
Kemudian, calon pelanggan tidak tertarik dengan layanan ICONNET; proses aktivasi layanan ICONNET lambat; kegagalan dalam membangun customer experience; keterlambatan penyelesaian pembangunan homepass; tidak dapat menyelesaikan pekerjaan aplikasi (CR/JR) tepat waktu; kehilangan kesempatan memberikan solusi layanan kepada PLN.
Produk yang dijual PLN Icon Plus kurang kompetitif dibanding dengan pesaing; platform layanan yang sudah obsolete; keterbatasan anggaran investasi PLN Icon Plus; kurangnya efektivitas organisasi dalam implementasi HSH pada bisnis PLN Icon Plus; serta terakhir rendahnya tingkat keamanan Cyber Security.
“Dan dari sederet risiko itu, hanya risiko ‘kurangnya efektivitas organisasi dalam implementasi HSH pada bisnis PLN Icon Plus’ yang hingga Mei lalu masih menjadi risiko, sisanya sudah tertangani. Dan kebanyakan tingkat kemungkinan risikonya sedang dengan tinkat dampaknya rata-rata signifikan. Ha; ini tak lepas dari skor risk manurity level kami yang meningkat dan sudah implementasi ISO 31000 risk management,” tutur Utari.
Untuk skor maturity level ERM sendiri di Icon Plus terus meningkat. Kata Utari, Di tahun 2021 lalu, di angka 2,91, lalu di tahun 2022 meningkat lagi sebesar 3,59 dan tahun ini hingga semester 1 sudah di angka 3,77, meskipun belum angka final.
Selain manajemen risiko, dalam praktek GCG juga Icon Plus konsisten dalam penerapannya. Dilihat dari skor GCG sendiri berada di atas 90-an yang berarti Sangat Baik. Di tahun 2021 lalu, dari self assessment berada di skor 92,75 (Sangat Baik) dan di tahun lalu dinilai oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) juga Sangat Baik di 91,84.
Lalu dalam hal penerapan manajemen kepatuhan juga dinilai sudah berhasil. Dengan beberapa kriteria keberhasilan implementasi kepatuhan di PLN Icon Plus adalah, pertama, pemenuhan Pakta Integritasi Individu dan Surat Pernyataan Pasangan; kedua, pemenuhan pelaporan LHKPN oleh PNWL PLN Icon Plus secara tepat waktu; ketiga, tercapainya SKOR GCG dengan rentang kriteria “Sangat Baik”; keempat, konfirmasi atas ada/tidaknya kejadian gratifikasi yang dilaporkan oleh pegawai melalui aplikasi Compliance Online System (COS); dan kelima, pemenuhan ulasan GRC sesuai SLA.
“Dalam pelaksanaan program kepatuhan terintegrasi PLN Group ini secara bertahap telah dilakukan melalui Aplikasi Compliance Online System (COS) yang dilaksanakan setiap awal bulan. Termasuk juga dalam pengadaan barang dan jasa, whistleblowing system, dan lainnya sudah berbasis IT,” jelas Utari.
“Jadi kontribusi PLN Icon Plus sebagai penyokong digitalisasi di PLN dinilai berhasil meningkatkan implementasi dan pemanfaatan solusi digital, serta salah satu dalam mendukung implementasi GRC adalah COS dan ERM,” pungkasnya.