Jakarta, TopBusiness – Pada tahun 2022 lalu, PT Bank Hibank Indonesia (dulunya bernama PT Bank Mayora) memasuki era baru setelah diakuisisi oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan total kepemilikan saham sebesar 63,92% saham. Dengan mayoritas kepemilikan dari bank pelat merah itu, dan sisanya PT Mayora Inti Utama, menjadikan Bank Hibank sebagai bank digital untuk kalangan UMKM.
Hal ini sudah tercantum dalam Visi perusahaan yakni, “Menjadi bank digital UMKM unggulan di Indonesia.” Dengan Misinya adalah, pertama, ‘Pemberdayaan ekosistem UMKM melalui pendekatan komunitas pilihan’; kedua, ‘Penciptaan usaha maupun solusi usaha/ keuangan UMKM digital secara berkesinambungan’’ ketiga, ‘Perwujudan kinerja berkelanjutan guna memaksimalkan nilai investasi’; keempat’, ‘Pembentukan lingkungan kerja yang berdaya saing dan bermartabat dengan budaya digital bagi karyawan beraktualisasi dan berkembang’; kelima, ‘Penerapan operasional perbankan yang berorientasi lingkungan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat’; dan keenam, ‘Pelopor teladan dalam penerapan tata kelola perusahaan dalam industri perbankan digital.’
‘Sehingga startegi bisnis kami adalah pengembangan model bisnis pemberdayaan ekosistem UMKM melalui pendekatan komunitas pilihan. Dan implementasi GRC (Governance, Risk Management, and Compliance) menjadi penopangnya. Tentu dengan didukung IT baik dalam pengelolaan bisnis maupun GRC,” tutur Tiolina Tumanggor selaku Direktur Legal dan Compliance Bank Hibank dalam proses penjurian TOP GRC Awards 2023, secara online yang digelar Majalah TopBusiness, beberapa waktu lalu.
Turut hadir dalam proses penjurian itu adalah, Ramos Simatupang – Compliance Division Head, Lie Suliatno – Internal Audit Division Head, Rini Haerani – Procumerent & Premises Department Head, Ester Susilowati – AML Division Head, dan Slamet Riyadhi – Financial Planning & Investor Relation Division Head.
Untuk aplikasi IT yang mendukung bisnis perusahaan adalah Click Mayora, Mobile Banking Mayora, dan Temenos, The Banking Software Company, ini adalah salah satu solusi core-banking digital yang paling sukses dan banyak digunakan di dunia.
“Adapun untuk TI yang mendukung implementasi GRC banyak aplikasi yang digunakan. Seperti, di antaranya MyCompliance, ini aplikasi yang digunakan untuk mendukung penyampaian laporan ke PPATK, monitoring laporan ke Regulator, laporan internal, seperti: benturan kepentingan, pengendalian gratifikasi,” kata dia.
Selanjutnya ada aplikasi MySKMR Aplikasi yang digunakan untuk mengukur parameter pengukuran Risiko operasional. MyCHM Aplikasi yang digunakan untuk pengaduan Nasabah dan pencatatan masalah yang masuk di Divisi TI (Teknologi Informasi). Ada juga Debtor’s Risk Level (DRL), ini aplikasi yang digunakan untuk menentukan tingkat risiko debitur.
Lalu, MyCKPN, ini aplikasi yang digunakan dalam perhitungan CKPN. MyPeople sebuah aplikasi yang digunakan untuk mengelola seluruh data karyawan Bank. Ada Web Internal Intranet, aplikasi untuk karyawan. Dan E-Learning, satu aplikasi yang digunakan untuk media literasi dan informasi terkait peraturan dan training karyawan.
Kendati masih dalam proses transisi pada tahun 2022 lalu, namun Hibank masih tetap bisa membukukan pertumbuhan kinerja hingga semester pertama tahun 2023 ini. Hal tersebut, diakui manajemen, tak lepas dari adanya penerapan GRC yang konsisiten.
Tercatat untuk penyaluran kredit sebanyak Rp4,73 triliun yang berarti naik 49,92% dari akhir 2022 di posisi Rp3,16 triliun. Dengan dana simpanan masyarakat (DPK) yang bisa dikumpulkan sebanyak Rp7,47 triliun juga naik dari Desember 2022 di angka Rp6,93 triliun. Dengan laba bersih yang berhasil diraih sebesar Rp127,67 miliar atau melambung tinggi 312,35% secara year on year (yoy). Dengan rasi-rasi keuangan yang masih positif, CAR tinggi (92,06%), RoA di 2,18%, RoE di 5,85%, dan NPL (gross) terus menurun di 2,13% dari sebelumnya di akhir 2022 di angka 3,34%.
Implementasi GRC
Secara umum, dilihat dari kelengkapan system dan infrastruktur GRC di Hibank sudah bagus. Bahkan, pihak Hibank mengklaimm sudah menerapkan GRC Terintegrasi. Menurut Tiolina, pelaksanaan GRC Terintegrasi Hibank dilakukan melalui pertemuan rutin antara Satuan Kerja Kepatuhan Perusahaan Induk dan Perusahaan Anak yang dilakukan secara triwulanan.
“Sebagai contoh penerapan GRC Terintegrasi ini secara rutin Satuan Kerja Kepatuhan hibank menyampaikan Laporan kepada Satuan Kerja Kepatuhan BNI, dalam bentuk: untuk bulanan berupa laporan Business Conduct dan triwulanan berupa laporan pelaksanaan fungsi kepatuhan dan Compliance Index serta Laporan Hasil Evaluasi atas pelaksanaan Audit Intern, fungsi kepatuhan dan manajemen risiko,” terang dia.
Sementara untuk komponen GRC sendiri sudah berjalan bagus. “Untuk skor GC kami di level 2. Ini berarti manajemen HiBank telah melakukan penerapan tata kelola yang secara umum ‘Baik’. Hal ini tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip tata kelola. Dalam hal terdapat kelemahan penerapan prinsip tata kelola, secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen Bank,” urainya.
Dan untuk implementasi manajemen risiko, tutur Tiolina lagi, adanya peningkatan implementasi Three Lines of Defense melalui Sinergi Risk Management, Compliance dan Audit terhadap temuan berulang di Kantor Cabang.
“Selain itu ada pembuatan aplikasi berbasis Web Based untuk monitoring kejadian risiko operasional sehari–hari di perusahaan,” kata dia.
“Dan untuk unsur kepatuhan, di 2022 lalu profil risiko bank sendiri ‘low’. Hal ini karena adanya beberapa implmenetasi dari aspek kepatuhan ini. Seperti, pelaksanaan penyampaian laporan grativikasi dan laporan benturan kepentingan. Juga adapemantauan laporan ke Regulator (OJK/BI/LPS) menggunakan sistem berbasis web based. Dan terakhir, untuk kepatuhan ini, pemantauan data dan transaksi nasabah melalui sistem berbasis web based juga,” terang dia, mengakhiri.