Jakarta, TopBusiness – Techconnect, perusahaan teknologi global yang merupakan bagian dari Grup Sinarmas, menjadi kandidat penerima penghargaan TOP Human Capital (HC) Awards 2024. Untuk keperluan penilaian, Techconnect telah menyelesaikan sesi penjurian yang digelar secara virtual pada Jumat (4/10/2024) lalu.
“Di sini (sesi penjurian ini) kami hadir full team, jadi semua divisi yang ada di kami ikut mewakili, karena kita merasa pentingnya event-event seperti ini terutama yang Human Capital Awards ini karena kita di Techconnect selalu di-challenge untuk bisa berinovasi, untuk bisa memperbaiki diri ‘melihat’ ke luar, sebetulnya apa-apa yang bagus di luar, yang harus kita bisa bawa untuk mengembangkan diri kita sendiri dan juga bisnis kita di Techconnect ini,” ujar Yuni Lasti Faulinda, Vice President People Strategy di Techconnect ketika membuka paparannya di hadapan dewan juri.
“Jadi, sebetulnya bukan masalah menang-kalahnya. Akan tetapi spirit yang ingin kita bawa, baik ke karyawan maupun ke Perusahaan, agar kita sendiri nggak (jangan) ada di comport zone, selalu men-challenge diri sendiri men-challenge organisasi untuk bisa semakin hari semakin baik. That’s why event-event awards ini sangat rajin diikuti oleh Techconnect. Dan Alhamdulillah prestasi yang sudah dibangun oleh teman-teman di sini lumayan membanggakan. Dan kita berharap mudah-mudah kita di event kali ini bisa memberikan yang terbaik,” sambung Yuni.
Pada sesi penjurian kali ini, Techconnect membawakan presentasi terkait dengan bagaimana upaya perusahaan dalam menyelaraskan organisasi dengan strategi pertumbuhan bisnis global. Demikian, seperti dikatakan Arief Budiman, Division Head of Organization Effectiveness di Techconnect dalam paparannya di hadapan dewan juri.
“Visi yang kami usung bersama adalah untuk mere-shape future of the world dengan meng-enable kualitas terbaik dari bisnis-bisnis yang kita geluti, mulai dari energi dan mining, financial services, dan masuk ke komersial juga. Jadi, visi tersebut berangkat dari kita adalah konglomerasi di Indonesia goes to global,” ujar Arief.
“Misinya adalah untuk meng-create meaningful impact to the society dengan meng-enable technologic innovation, sehingga bisnis-bisnis yang dibangun ini bisa kita support. Karena growth dari bisnis jauh lebih cepat dibandingkan dari growth organic organisasi kita,” tandas Arief.
Soal cepatnya pertumbuhan bisnis yang diraih Techconnect, hal ini bisa terlihat dari pilar bisnis perusahaan yang pada tahun 2020 memiliki tiga pilar, kini di tahun 2024 pilar bisnis perusahaan bertumbuh menjadi lebih banyak.
”Jadi, ada enam bisnis pilar, selain logistic dan mining, financial services, kita juga masuk ke commercial, property, logistic, dan yang lain-lain dengan mengkombinasikan dan mensinergikan ekosistem grup, baik di dalam Sinarmas Mining, Sinarmas Multiartha, dan grup-grup yang lain,” ujar Arief.
Seiring pertumbuhan bisnis perusahaan, baik dari pendapatan jumlah bisnis dan jumlah perusahaan (mitra) yang ditangani, tentu jumlah karyawan Techconnect juga ikut bertambah. Oleh karena itu, Arief menilai bahwa perusahaan harus memastikan efektivitas organisasi untuk bisa menopang global growth dari bisnis tersebut. “Bagaimana kita men-transform the value driver analytic, meng-align-kan organisasi yang efektif dan business cycle, kemudian mengimplementasikan holacracy organization model, dan sampai ke menciptakan meaningful employee’s life cycle experience,” tandasnya.
Manfaatkan Teknologi AI
Ada lima strategi ‘intent’ yang dipegang Techconnect, yaitu Lean & Effective Business Process, Headcount Monitoring & Workforce Strategy, Scaling People Capability, Digital Transformation, dan Innovation. Strategi tersebut, kemudian diejawantahkan Human Capital Planning & Strategy.
“Bagaimana kita bisa meng-establish, bagaimana menjadi multinasional business atau global conglomerate sehingga kita bisa mencapai share value dari shareholder, yaitu Increase Enterprise Value for SMM +A, dengan meng-identify business outcome yang sustain dan global high performance culture menjadi matrik-matrik objektif di HR, dari enhance organization capability, Build Agile Workforce, Strategic Partner that Support Business Performance, Digitally Enabled Shared Service, Employee Wellness, Safe & Conducive Working Environment,” jelas Arief.
Lalu dengan menggunakan inisiatif Human Capital perusahaan mengimplementasikan hal tersebut, yakni berangkat dari sisi bisnis terlebih dahulu. ”Jadi organization follow business, people follow organization, so then the transformation model that defined dari Technology, Strategy & Decision Making, dan Subject-Matter Expert untuk bisa menopang dari growth bisnis yang cukup signifikan,” ujar Arief.
Sehingga, lanjut Arief, pada prinsipnya bagaimana perusahaan bisa mendapatkan outcome dari Transformation Value Driver Analytic untuk mencapai problem solving dan support untuk strategic decision making, inilah yang sangat penting. Karena, menurut Arief, pengambilan keputusan yang cepat itu harus dilakukan untuk bisa menopang perjalanan bisnis yang sangat cepat, sekaligus menghadapi global challenges (tantangan global) yang sedang terjadi, baik lokal maupun global, dari sisi makro maupun mikro.
“Nah, oleh karena itu, kami juga melakukan transformasi di dalam diri kami sendiri, dari sisi human capital. Pertama, human capital model kita, kita mentransformasi model Tech Enabled (AI) Agile Team. Jadi, ada Subject Matter Expert, Project Business Partner, dan Shared Services dan meng-enabled Squad. Sehingga kemudian squad-squad inilah yang kemudian turun ke bisnis menopang dari sisi sharped services sampai ke sisi operation of HR, end to end, high to retired. Dan juga mengimplementasikan design thinking approach, pitching management with shared common goal, dan komitmen untuk continues iteration,” jelasnya.
Kemudian dari sisi outcome bisnis atau organizational outcome, di situ terdapat business parameter & KPIs yang ditetapkan factor pendorong kinerjanya, kemudian perusahaan juga menentukan apa workforce outcome yang harus di ukur di bisnis unit ini sendiri. “Apa yang align dengan HR Inisiative dan bagaimana kita bisa me-make sure itu semua, sehingga kita memiliki human capital business index yang cukup komprehensif, mulai dari People Productivity Ratio, Cost Income Ratio, Human Value Investment, Human Capital Return of investment, engagement rate, training income ratio dan sebagainya,” jelas Arief.
“Sehingga kita bisa memastikan, kalau kita lihat bisnis kita kan sangat banyak, karena lebih dari 200 company, tersebar dalam 6 business pillar. Oleh karena itu, kami coba petakan semuanya itu dari business cycle. Ada bisnis yang modenya masih setup atau startup, lalu ada yang mulai grow tetapi menuju market leader, ada yang sudah jadi market leader, tetapi harus menjaga sustainability strategy-nya, atau bahkan yang menuju sunset, yang justru harus dilakukan business innovation, sehingga bisa melakukan bounce back (bangkit kembali) untuk kemudian lebih survive,” terangnya.
“Kita tidak ingin menjadi perusahaan yang hanya jual-beli perusahaan, tetapi kita menjadi industrialis, kita own the business, we own the industry, baik itu lokal maupun global, kita tetap bisa menjadi business yang mature,” sambungnya.
Oleh karena itu, ujar Arief, model organisasi yang didorong ke dalam seluruh bisnis adalah Holacracy Metaverse Organization.
“Jadi, ibarat Galaxy, (terdapat) banyak planet-planet, ada yang finance, engineering, ada yang consumer, tapi kita dari sisi HR itu perlu menjadi salah satu fasilitator dalam hal ini untuk memastikan improve productivity, di saat yang sama juga mempercepat pengembangan karyawan, karena pada prinsipnya ketika bisnis itu grow maka people-nya juga harus grow (juga). Kita juga masuk ke negara lain, kita juga bisa deploy orang-orang Indonesia, bisa eksis di mancanegara, baik itu dengan Multiple Rules maupun Round Robin. Jadi, dalam hal ini ada beberapa model jobs yang kita re-design, sehingga kita bisa pastikan apa yang disebut Super Job, dengan rotasi, mutasi, kemudian enlargement, dan sebagainya,” jelas Arief.
Lebih lanjut bicara soal talent management, seperti dikatakan Arief dengan talent-talent yang ada di dalam organisasi, perusahaan memastikan mana yang bisa ditempatkan ‘right man on the right place’, sehingga dari sisi culture, meritokrasi menjadi salah satu poin yang sangat dipegang teguh oleh perusahaan.
“Orang-orang yang perform kemudian kita berikan banyak kesempatan, baik itu dari talent mobility, mengikuti learning ecosystem yang komprehensif, kemudian mendapatkan assignment menjadi super job, dan opportunity (kesempatan) untuk lead (menjadi pemimpin), baik to lead fungsi-fungsi, bahkan lead to business, sehingga kita bisa menciptakan global talent factory yang tentunya berangkat dari internal organisasi dulu, sambil kita juga melihat mana the best talent yang ada di market yang bisa kita attract join ke kita,” papar Arief.
Menyadari bahwa hal tersebut sulit dilakukan dengan cara manual, Techconnect pun menggunakan teknologi Artificial Intelligent (AI) untuk bisa meng-enable platform talent management, serta menentukan potential internal talent, strengthen succession plan, sehingga men-support business transformation.
“Expected output-nya adalah kita bisa menentukan future job itu di fulfill dengan future skill apa, sehingga orang-orang yang ada ini harus bisa mem-follow tersebut dan tentunya dengan development yang bukan lagi konvensional, tetapi sertification based.
Dari situ, Arief meyakini bahwa AI atau teknologi itu tidak menggantikan orang, tapi orang-lah yang di-empower by AI, orang yang di-empower by technologic.
“Itulah yang akan me-replace orang-orang yang masih bekerja konvensional, dan dengan kecepatan bisnis yang ada di grup kita itu, tanpa teknologi is will be impossible. Kemudian ini di-endors untuk seluruh level,” pungkasnya.
Editor: Busthomi