Jakarta, TopBusiness – Beberapa waktu lalu, Program Tabungan Perumahan Rakyat (TAPERA) menjadi titik fokus dalam perdebatan kebijakan di Indonesia. Konon, kebijakan ini diklaim sebagai upaya serius pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi melalui akses perumahan yang terjangkau.
Namun demikian, dalam sosialisasinya ternyata masih terdapat mispersepsi yang memicu perdebatan di tengah-tengah masyarakat.
Laporan Populix berjudul “Sentimen Masyarakat terhadap Program TAPERA” menunjukkan bahwa hampir 90% masyarakat telah mengetahui tentang program TAPERA, dengan media sosial dan media massa sebagai saluran utama penyebaran informasi.
Meskipun begitu, pemahaman dasar mengenai TAPERA yang cukup luas itu masih terdapat kebutuhan signifikan untuk peningkatan edukasi.

Memang, disebut laporan itu, sekitar 75% responden menunjukkan pemahaman yang baik mengenai tujuan utama TAPERA, akan tetapi masih ada kelompok masyarakat dari kelas ekonomi bawah yang kurang memahami program ini.
Kesalahpahaman mengenai tujuan TAPERA, seperti anggapan bahwa dana ini ditujukan untuk pendidikan, masih terjadi di tengah-tengah masyarakat.
“Salah satu temuan utama dalam laporan ini mengungkapkan bahwa meskipun masyarakat memahami bahwa TAPERA bertujuan untuk memfasilitasi kepemilikan rumah, masih ada kekeliruan yang perlu diklarifikasi, seperti penggunaan dana dan mekanisme penarikan dana,” tutur Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix, dalam keterangannya, Selasa (22/10/2024).
Di sisi lain, kata dia, masyarakat mengharapkan adanya transparansi dalam pengelolaan dana dan kemudahan akses untuk mencairkan tabungan dari program TAPERA itu.
“Kami berharap bahwa temuan-temuan ini dapat mendorong perubahan positif dalam cara program ini dikelola dan diimplementasikan, sehingga dapat lebih efektif dalam membantu masyarakat mencapai kepemilikan rumah,” ungkap dia.

Mayoritas masyarakat mengetahui bahwa TAPERA adalah program tabungan untuk membeli rumah, dengan pemotongan langsung dari gaji sebagai metode tabungan. Tiga dari empat orang memahami mekanisme ini dengan benar.
Namun, terdapat kekeliruan terkait penarikan dana ketika peserta berhenti bekerja, khususnya di kalangan responden lajang.
Laporan ini juga mengungkapkan sikap skeptis terhadap efektivitas dan transparansi TAPERA, dengan hampir separuh responden (44%) mengungkapkan kekhawatiran tentang pengelolaan dana.