Jakarta, TopBusiness – Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBRI) Sunarso menegaskan bahwa penghapusan piutang macet kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sesuai PP Nomer 47 Tahun 2024 hanya berlaku pada program kredit yang sudah berakhir. Program kredit UMKM yang sudah berakhir antara lain KUT, KUM LTA, KIK KMKP, dan KCK.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak termasuk dalam penghapusan piutang seperti tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2024 tentang penghapusan piutang kepada UMKM dalam bidang pertanian perkebunan peternakan perikanaen dan kelautan, serta UMKM lainnya.
“KUR itu adalah kredit program yang sekarang masih sedang berlangsung,ya otomatis tidak masuk,” kata Sunarso seperti dikutip Kamis (14/11/2024).
Menurut Sunarso, agar tidak menimbulkan moral hazard, kredit macet yang dapat dihapus tagih adalah yang sudah macet selama setidaknya 5 tahun dan telah dilakukan restrukturisasi dan penagihan secara maksimal.
Tren Kenaikan NPL
Secara terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari mengungkap bahwa belakangan terjadi tren kenaikan rasio non-performing loan alias kredit bermasalah. Tren kenaikan NPL terjadi karena banyak pelaku UMKM penerima kredit usaha rakyat (KUR) mengalami penurunan omzet sebesar 40% sampai dengan 60%.
“Kalau masyarakat sekitar itu daya belinya turun, omzetnya [UMKM] turun enggak? Turun, sehingga kapasitas untuk memenuhi kebutuhannya juga turun. Maka ada tren gitu ya, sekarang ini NPL-nya naik,” ujarnya usai acara KUR Meets the Press di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2024).
Kendati demikian, dia mengaku tidak terlalu khawatir dengan tren kenaikan NPL tersebut. Menurutnya, tren kenaikan NPL tersebut hanya sebuah siklus.
Dia meyakini ke depan perekonomian akan membaik. Apalagi, sambungnya, banyak program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang turut mengikutsertakan pelaku UMKM.
Supari mencontohkan program makan bergizi gratis. Menurutnya, program tersebut akan menaikkan kembali omzet para pelaku UMKM terutama yang bergerak di sektor makanan dan minuman hingga petani, peternak, serta nelayan. “
Kalau makronya bagus, pertumbuhan ekonominya juga bagus gitu, maka nanti kita juga akan longgarkan itu, parameter-parameter itu. Ya kira-kira seperti itu cara kita mengelola pembiayaan,” jelasnya.