Jakarta, TopBusiness – Di tengah ketatnya persaingan bisnis air minum isi ulang, PT Biru Semesta Abadi (Air Minum Biru) menegaskan bahwa keberhasilan jangka panjang tidak hanya ditentukan oleh strategi bisnis semata. Akan tetapi juga oleh pengelolaan sumber daya manusia (SDM) yang berlandaskan nilai spiritual dan kemanusiaan.
Perusahaan waralaba depo air minum ini mengusung visi, ‘Tumbuh Memimpin Pasar Air Minum Isi Ulang Melalui Penerapan Prinsip-prinsip Bisnis dan Kemanusiaan yang Benar.’
Pendekatan tersebut diwujudkan dalam strategi pengelolaan human capital (HC) yang menekankan keseimbangan empat dimensi kecerdasan manusia: intelektual (IQ), emosional (EQ), fisik (PQ), dan spiritual (SQ).
“Jadi HC strategy kami adalah mengembangkan instrument rekrutmen (internal & eksternal) dan pengembangan kompetensi dengan tidak hanya menitikberatkan pada kompetensi teknis, tetapi juga pada aspek 4 dimensi kecerdasan (IQ, EQ, PQ & SQ), khususnya Spiritual Quotient,” tandas CEO sekaligus Founder PT Biru Semesta Abadi, Yantje Wongso saat wawancara penjurian TOP HC Awards 2025, Jumat (28/10/2025).
Air Minum Biru sendiri terpilih menjadi penerima penghargaan TOP HC Awards 2025 dan baru saja mengikuti proses penjurian TOP HC Awadrs 2025. Dari proses penjurian itu terungkap banyak gebarakan yang dilakukan Air Minum Biru dalam mengelola SDM-nya itu.
Hadir menemani Yantje Wongso dari PT Biru Semesta Abadi adalah Feni Justiani – Director, Ami Mawarti – HRD Dept. Head, Andi Hari Kurniawan – LGA Dept. Head, dan M. Rofiudin – Headquarters Head.
SQ sebagai Fondasi SDM
Yantje Wongso menambahkan, pengelolaan SDM di Biru tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan teknis, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai spiritual.
“Kami percaya bahwa pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan hanya bisa terjadi jika manusia di dalamnya tumbuh secara utuh — tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual,” ujar Yantje Wongso.
Menurutnya, filosofi tersebut menjadi dasar dalam setiap kebijakan HC di Biru, termasuk dalam rekrutmen, pelatihan, hingga pembinaan karier.
“Ini our Human Capital Philosophy, yakni ‘keselarasan antara strategi bisnis dengan strategi SDM berdasarkan 4 dimensi kecerdasan,” tegas dia.
Maka dari itu, lanjut Yantje, di Biru, setiap karyawan bukan sekadar pekerja, tetapi bagian dari keluarga yang memiliki misi kemanusiaan. “Karena itu, sejak awal bergabung, mereka dibekali nilai-nilai integritas dan spiritualitas langsung dari saya melalui kelas induksi,” tambahnya.
Dalam implementasinya, kata dia, hadir dalam kelas induksi CEO, kelas SQ, Form Lamaran Kerja yang memuat pertanyaan tentang motivasi dan integritas, maupun pendalaman saat interview yang dilakukan oleh HRD, User, Headquarters dan Inti BIRU (Panel Interview).
Pengembangan dan Transformasi Organisasi
Ami Mawarti selaku HRD Dept. Head Biru menuturkan, transformasi organisasi yang terjadi di Biru tak lepas dari komitmen perusahaan dalam membangun kompetensi berbasis kualitas dan karakter.
“Kami melakukan pemetaan potensi karyawan untuk memastikan setiap individu berkembang sesuai kebutuhan perusahaan dan memiliki jalur karier yang jelas,” jelas Ami.
Sejumlah program pengembangan diterapkan di Biru, antara lain Biru Academy, Biru Next Level untuk calon manajer senior, CEO Board bagi level General Manager ke atas, serta sertifikasi kompetensi BNSP.
Selain itu, terdapat Second Layer Program yang memberi kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan diri melalui penugasan lintas fungsi maupun lintas wilayah.
Transformasi ini juga tercermin dari perkembangan struktur organisasi: dari hanya empat departemen pada 2009, kini Biru telah memiliki tujuh departemen dengan 18 kantor perwakilan di seluruh Indonesia.
Budaya dan Nilai Perusahaan
Nilai spiritual bukan hanya diterapkan dalam program pelatihan, tetapi juga menjadi bagian dari budaya kerja sehari-hari.
Salah satu contohnya adalah kebijakan perusahaan yang tidak memperkenankan karyawan atau calon karyawan menjadi perokok, baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja.
Selain itu, perusahaan memiliki Whistleblowing System bernama Hotline Biru Bersih untuk menjaga integritas internal, serta program sosial seperti One Day 1.000 dan Silver Bar sebagai wujud kepedulian terhadap sesama.
“Jadi, internalisasi filosofi, visi dan nilai-nilai Perusahaan yang disampaikan langsung oleh CEO kepada karyawan baru dalam masa orientasi yang menjadi pondasi dalam bekerja,” kata Ami lagi.
Kinerja
Meskipun sempat menghadapi tantangan pandemi, PT Biru tetap mencatat pertumbuhan positif dari 2023 hingga 2024, dengan peningkatan omset sebesar 11% dan pertumbuhan laba sebesar 7%. Dengan pertumbuhan gerai dari 180 menjadi 194 gerai sendiri dan dari 555 menjadi 578 gerai punya pewaralaba.
Ami menegaskan, capaian tersebut merupakan hasil dari sinergi antara strategi bisnis dan pengelolaan SDM yang selaras.
“Human capital kami bukan sekadar fungsi pendukung, tetapi mitra strategis bisnis. Tugas kami memastikan setiap nilai dan budaya perusahaan terinternalisasi hingga ke seluruh jaringan Biru,” kata Ami.
Apalagi memang ditilik dari produktivitas karyawan juga lebih menarik lagi. Kata dia, meskipun mayoritas karyawan Biru adalah generasi milenial, tingkat loyalitas mereka terbilang tinggi. Berdasarkan data internal, 39% karyawan milenial di Biru telah bekerja lebih dari lima tahun. Dan dan dalam tiga tahun terakhir, kata Ami, rasio turn over berada di angka 5%.
Hal ini menjadi bukti bahwa penerapan nilai spiritual dan budaya perusahaan mampu menciptakan ikatan emosional yang kuat antara karyawan dan organisasi.
Jadi, penerapan 7-Up Budaya Biru itu sebagai aset yang tidak berwujud, namun paling berdampak pada pekerja di perusahaan. Ditambah pengembangan empat dimensi kecerdasan khususnya SQ yang menjadi inti utama. Sehingga masing-masing pekerja bisa bekerja secara mandiri tanpa intervensi micro managing dari pimpinan.
“Kami ingin menjadi contoh bahwa bisnis air minum bukan sekadar soal menjual produk, tetapi tentang memberi kehidupan — bagi masyarakat, bagi lingkungan, dan bagi manusia yang tumbuh bersama di dalamnya,” tutup Yantje menegaskan lagi.
