Jakarta, BusinessNews Indonesia – Kinerja sektor persemenan sejak awal 2018 ini dirasa masih berat seiring terjadinya kelebihan pasokan (over supply). Kondisi ini pun langsung dirasakan oleh emiten-emiten di sektor saham.
Hingga semester I-2018, emiten semen seperti PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dan PT Indocement Tunggal PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengalami penurunan saham yang cukup besar. Bahkan INTP dirasa paling anjlok.
Menurut Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, saham sektor semen saat ini tengah menderita tekanan yang cukup berat dari faktor kelebihan kapasitas (over capacity) sejak awal tahun.
“Kondisi itu terjadi karena adanya stagnasi kinerja penjualan di sepanjang tahun 2018 ini,” ungkap Hans di Jakarta, Senin (9/7/2018).
Kelebihan pasokan itu, kata dia, merupakan imbas dari cukup lesunya penjualan sektor property yang selama ini menjadi salah satu penopang utama kinerja sektor semen.
“Kita tahu investasi terbesar di sektor semen itu ya untuk bangun pabrik. Karena penjualan seret, maka terjadi over capacity dan investasi yang besar tadi jadi tertahan, tidak kembali balik jadi profit,” jelasnya.
Situasi tersebut, terang Hans, tentu telah menjadi sentimen negatif di pelaku pasar. Sehingga membuat performa saham semen terus berada di zona merah.
Namun demikian, ketika dikonfirmasi soal penurunan saham INTP yang paling dalam, secara khusus Hans mengaku belum melihat secara pasti alasan saham INTP tersebut terjungkal.
“Tapi yang jelas, dengan tekanan yang ada, hal sekecil apa pun terkait kinerja perusahaan memang bakal menjadi sorotan dan kemudian berpotensi jadi sentimen negatif bila tidak diantisipasi dengan baik,” katanya.
Berdasarkan data perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di semester I-2018, pergerakan harga saham keempat emiten semen tersebut kompak mengalami pelemahan.
Dan untuk INTP, sempat dibuka di awal tahun di posisi Rp 23.000 per saham, tapi hingga Jumat (29/6) atau akhir paruh pertama tahun ini, ke posisi Rp13.650. Artinya ada penurunan harga saham hingga 40,65 persen dibanding harga di awal tahun.
Sedang emiten saham sektor semen lainnya tak sedalam INTP. Untuk SMGR, sempat dibuka Rp10.275 per saham, tapi kemudian turun ke Rp7.125 per saham di akhir semester I-2018 atau turun 30,65 persen.
Untuk SMCB turun 31,51 persen menjadi hanya Rp565 per saham, dari semula pada awal tahun Rp825 per saham. Dan saham SMBR hanya terkoreksi 0,81 persen dari harga awal tahun Rp3.690 per saham dan masih bertahan di posisi Rp3.660.