Jakarta, TopBusiness – Dalam menjalankan program dan inisiatif CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan, Standard Chartered Bank Indonesia memiliki komitmen untuk mendukung pembangunan sosial dan ekonomi nasional melalui fokus bisnis yang dijalankan bank di sektor perbankan.
Komitmen ini diwujudkan melalui pelaksanaan usaha secara bertanggung jawab serta kontribusi berkelanjutan kepada pemangku kepentingan. Upaya ini menjadi bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta strategi yang dirancang bank secara terstruktur untuk menjaga keberlanjutan usaha dalam jangka waktu yang lebih panjang lagi.
Demikian seperti disampaikan Head of External Communication Corporate Affairs Standard Chartered Bank Indonesia, Lucas Suryanata dalam sesi Presentasi dan Wawancara Penjurian TOP CSR Awards 2020 di Jakarta, Jumat (21/2/2020).
Surya menyebut komitmen tersebut diwujudkan melalui tiga pilar utama program CSR Standard Chartered Bank Indonesia. Pilar pertama yakni keuangan yang berkelanjutan.
Melalui keuangan yang berkelanjutan Standard Chartered Bank berkomitmen untuk menyediakan akses ke layanan keuangan bagi individu dan perusahaan yang mendorong pengembangan ekonomi lokal dan regional dan menciptakan lapangan kerja dengan memperhatikan aspek pelestarian lingkungan secara saksama.
Ini seperti pemberian kredit yang bertanggung jawab sebagai bagian integral dari kegiatan usaha. Standard Chartered Bank mewajibkan analisis kelayakan pemberian kredit kepada usaha yang bersifat memiliki dampak lingkungan sebagai perusahaan yang bertanggung jawab. Bank menerapkan kriteria seleksi yang ketat bagi nasabah sebelum kredit diberikan. Semua nasabah yang meminjam harus lulus penilaian risiko lingkungan dan sosial bank (ESRA) untuk memastikan bahwa kegiatan operasi nasabah tidak melanggar etika social
“Di tahun 2018 pemberian kredit kepada kelompok kreditur tertentu telah memenuhi ketentuan AMDAL serta klasifikasi klasifikasi lain terkait penyaluran kredit ramah lingkungan mencapai 13,90 Triliun Rupiah atau 42,51% dari total kredit yang disalurkan,” kata Surya.
“Jadi untuk bisa menjadi klien kami pun bisa dibilang makin tidak mudah. Karena kami sangat ketat dalam memilih klien-klien kami. Ini untuk memastikan bahwa kami juga melakukan peran kami untuk memaksa industri bagaimana caranya supaya pembiayaan yang digunakan itu tidak memberikan dampak negatif ke lingkungan atau dampak negatif ke sosial. Sebagai perbankan kami merasa kami punya peran itu,” sambungnya.
Misalnya saja, ujar Surya, Standard Chartered Bank tidak lagi memberikan pembiayaan atau layanan keuangan bagi proyek baru pengembangan pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Juga proyek pembiayaan untuk perkebunan baru atau peternakan yang mengkonversi atau mendegradasi hutan dengan cadangan karbon tinggi, lahan gambut atau kawasan yang dilindungi secara hukum.
“Selain itu, sebagai bagian dari mendukung transisi klien kami ke masa depan rendah karbon, kami meningkatkan target kami untuk pembiayaan dan memfasilitasi teknologi bersih dan energi terbarukan menjadi 35 Dollar Amerika hingga tahun 2025 atau 5 tahun lagi itu untuk nominal global,” papar Surya.
Pilar kedua adalah menjadi perusahaan yang bertanggung jawab.
Menjadi perusahaan yang tanggung jawab berfokus
pada bagaimana bank mengelola operasi dan menjalankan bisnis. Ini mencakup
pendekatan perusahaan terhadap tata kelola termasuk pencegahan kejahatan
keuangan, orang-orang dan nilai-nilai jejak lingkungan dan hubungan dengan
pemasok. Pilar kedua ini memiliki beberapa area fokus seperti SDM dan
Kepedulian Lingkungan
“Area fokus yang berkaitan dengan SDM kami memastikan bahwa ada kesetaraan gender dan menjaga komposisi gender merata antara wanita dan pria. Seperti misalnya 53,35% karyawan Bank Standard Chartered dan 33% anggota manajemen perusahaan adalah perempuan. Lalu juga meluncurkan strategi diversity dan inclusion yang baru. Serta melanjutkan program kesejahteraan karyawan seperti cuti hamil 5 bulan untuk Ibu baru melahirkan dan itu dibayar full serta cuti Ayah baru selama 2 minggu. serta menyediakan program bantuan karyawan berupa konsultasi psikologis secara gratis,” tutur Surya.
Area fokus selanjutnya adalah berkaitan dengan kepedulian lingkungan. Standard Chartered Bank dalam hal ini telah mulai melakukan pengurangan penggunaan listrik di kantor sebanyak 11%, pengurangan penggunaan air di kantor sebanyak 24%, hingga penggunaan kertas.
“Disamping itu, kami juga memberikan layanan keuangan kepada nasabah debitur yang mengelola dampak lingkungan dan sosial secara bertanggung jawab melalui kepastian bahwa semua nasabah debitur telah lulus penilaian Environmental Social Risk Manajemen (ESRM), hanya memberikan layanan keuangan kepada produsen minyak kelapa sawit yang memiliki sertifikat Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), tidak mendukung pembiayaan pembangkit listrik tenaga batubara,” ujar Surya.
Pilar terakhir adakah Komunitas yang Inklusif. Pada pilar ini bank mempromosikan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat sebagai komponen penting dari strategi bank untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di negara tempat bank beroperasi. Adapun area fokus pilar ini mencakup program kesehatan dan Pendidikan.
Di bidang kesehatan, Standard Chartered Bank sejauh ini telah menganggarkan pengadaan program seeing is believing di Indonesia sebesar USD 5 Juta untuk proyek selama 5 tahun selama kurun waktu 2015 sampai 2020. Dengan selama tahun 2019 tercatat lebih 12.000 orang mendapatkan pelatihan pelatihan-pelatihan dengan sasaran diberikan kepada tenaga kesehatan komunitas pelajar dan guru.
Selain itu skrining kesehatan mata yang telah diberikan, mencakup 440.000 anak, pendistribusian kacamata sudah tersampaikan kepada lebih dari 4.000 anak dan kampanye kesehatan mata dilakukan kepada masyarakat dengan menjangkau lebih dari 2 juta orang.
Sementara di bidang Pendidikan, Standard Chartered Bank sejauh ini telah melaksanakan program goal untuk memberikan pembekalan keterampilan hidup kepada remaja putri usia 11 sampai 20 tahun. Kurikulum goal ini disampaikan kepada 778 remaja putri yang ada di wilayah Jakarta
“Ketika kita bicara soal komunitas kami ingin supaya kami itu memberikan bekal dan dampak yang signifikan bagi para komunitas di sekitar kami. Ada sejumlah program yang memang kami lakukan dan bahkan juga dilakukan olehdimana mereka punya andil untuk ikut berpartisipasi. Kami bahkan memberikan cuti maksimal 3 hari untuk karyawan untuk kegiatan volunteering. Jadi kalau mereka kalau mau melakukan kegiatan volunteer di luar jam kantor mereka dapat cuti lagi,” jelas Surya.
Penulis: Aby Abduljabbar S
Fotografer: Rendy MR/TopBusiness