Jakarta, TopBusiness – Perumda Bank Perkreditan Rakyat Kulon Progo atau Bank Kulon Progo memang statusnya sebagai BPR. Namun begitu, kiprah mereka justru lebih dari itu. Dengan kinerja positif dan ditopang sederet inovasi yang dilakukannya itu membuat bank ini sebagai kebanggaan masyarakat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut.
Telebih, Badan Usaha Milik Daerah Kabupetan Kulon Progo ini tetap konsistem melestarikan local wisdom atau kearifan lokal malam merajut nasabah serta menjaga kepercayaan mereka. Sehingga tak aneh jika BPR satu ini sudah layak berkompetisi dengan bank yang lebih besar seperti Bank Pembangunan Daerah (BPD) atau bahkan bank pelat merah lainnya.
Demikian seperti disampaikan oleh Direktur Utama Bank Kulon Progo, Joko Purnomo saat sesi wawancara penjurian TOP BUMD Awards 2021 secara virtual melalu aplikasi zoom. Dalam sesi presentasi kali ini, Joko didampingi Direktur Kepatuhan BPR Kulon Progo, Suraja, dan Direktur Bisnis BPR Kulon Progo, Rita.
Perumda BPR Kulon Progo sendiri menjadi salah satu finalis yang terpilih mengikuti proses penjurian TOP BUMD Awards 2021 ini. TOP BUMD Awards 2021 digelar oleh Majalah TopBusiness dengan menggandeng beberapa asosiasi dan institusi yang kompeten di bidangnya.
Di depan Dewan Juri, Joko Purnomo banyak mengupas keberhasilan BPR Kulon Progo selama masa pandemi Covid-19 di tahun 2020 lalu, sehingga BPR satu ini tetap bertahan, bahkan sukses mencatatkan kinerja positif dengan raihan laba yang besar.
Keberhasilan kinerja itu tercatat dalam rasio tingkat kesehatan bank (TKB) yang sehat sepanjang 2020 lalu. Seperti posisi permodalan (capital adequacy ratio/CAR) di 20,78% dari minimal sesuai ketentuan regulasi 8%. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) di 3,38% dari maksimal 10,35%. Lalu Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) di level 100% dari batas minimal 81%.
Selanjutnya, dari sisi likuiditas, posisi cash ratio (CR) Bank Kulon Progo di level 12,03% dari minimal 4,05%. Dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) di ranking 67,58% dari batas maksimal di angka 94,75%. Cuma memang untuk Return on Assets (RoA) masih sedikit rendah dengan 0,73% dari batas minimal 1,22%, plus Beban Operasional terhadap Biaya Operasional (BOPO) cukup tinggi di 93,51% dari batas maksimal di 93,52%.
Lebih jauh ditegaskan Joko, bank yang memiliki visi ‘Menjadi BPR Unggulan dan Pilihan Masyarakat Kulon Progo’ ini berhasil mendulang laba selama pandemi ini. Tercatat, sepanjang tahun lalu, bank satu ini mengantongi laba Rp2,62 miliar. Kendati mengalami penurunan, namun performa perbankan lainnya justru masih moncer.
Untuk kredit yang dikucurkan masih bertumbuh 4,72% secara year on year (yoy) dari Rp333,76 miliar menjadi Rp349,52 miliar. Kenaikan juga terjadi di asset yang berhasil dikantongi menjadi Rp523,39 miliar dari sebelumnya Rp497,24 miliar.
Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang himpun juga bertumbuh, karena ditopang oleh simpanan deposito yang melambung 25,78% dari RpRp130,04 miliar menjadi Rp163,56 miliar. Memang untuk tabungan turun tipis 2,13% menjadi Rp285,69 miliar dari sebelumnya Rp291,93 miliar.
Tentu dengan pengelolaan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang baik dengan berhasil ditekan serendah mungkin. Untuk NPL gross rata-rata 5% dan net-nya sekitar 2%-an. Jadi, jika mengacu ke aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka NPL-nya masih di bawah industri perbankan, yakni 2%-an.
“Untuk laba kotor memang turun dari Rp8,54 miliar menjadi Rp3,65 miliar. Hal ini karena salah satunya dukungan kami terhadap UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) yang terdampak covid-19, dengan melakukan restrukturisasi kredit hingga Rp50 miliar. Sebab, hampir semua sektor itu terdampak, yang paling parah adalah UMKM sektor pariwisata, transportasi, pertambangan, dan lainnya,” papar Joko.

Inovasi BPR Kulon Progo
Target menjadi BPR Unggulan sesuai visi perusahaan memang bukan main-main. Maka dari itu, pihaknya terus mengusung banyak inovasi, terobosan, dan pelayanan paripurna agar seantiasa dicintai nasabahnya. Termasuk juga, BPR satu ini selalu terlibat dalam tiap aktivitas terkait pengembangan produk atau jasa lokal di Kulon Progo.
Beberapa inovasi itu antara lain, pihaknya mengusulkan bantuan subsidi bunga kepada Kementerian Keuangan untuk debitur yang mengalami kesulitan terdampak pandemi dan berhasil. Juga membantu nasabah untuk bisa bertahan dengan melakukan restrukturisasi kredit hingga mencapai Rp50 miliar.
“Program restrukturisasi kredit ini berupa keringanan, ada yang sama sekali tak bayar (cicilan) selama setahun. Ada juga yang bunganya kami turunkan, lalu ada yang jangka waktunya kami perpanjang, paling tidak bisa meningkatkan dan membantu mereka di masa sulit itu,” katanya.
“Namun begitu, sebagai monitoring dan manajemen risiko, kami juga pantau terus keberhasilan nasabah yang ikut program restrukturisasi kredit itu. Terus kita monitoring. Karena ‘PR’ kita di perbankan, tak hanya BPR, restrukturisasi ini akan berhasil atau tidak? Akan tetapi, kalau nasabah itu punya potensi yang baik justru terus kita tambah lagi (kreditnya).”
Kredit yang dikucurkan ke pelaku UMKM sendiri, kata dia, secara jumlah nasabah paling banyak adalah pelaku mikro mencapai 2.230 nasabah dengan nominal Rp73,73 miliar. Namun untuk jumlah nominal tertinggi yaitu pelaku usaha kecil mencapai Rp84,34 miliar dari 463 pelaku usaha kecil. Sedang untuk pelaku usaha menengah sebesar Rp3,49 miliar untuk 6 pelaku usaha.
Inovasi selanjutnya, perjanjian kerja sama dengan 9 sekolah untuk tabungan pelajar; perjanjian kerja sama dengan 5 instansi untuk pengembangan pasar kredit; sebagai penyalur tunjangan perbaikan penghasilan bagi seluruh Aparat Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Kulon Progo; serta sebagai penyalur gaji di 34 SMP di kabupaten ini.
Dan yang teranyar, BPR Kulon Progo juga memiliki inovasi dengan mengupayakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Daerah bersama pemerintah setempat dan baru akan efektif tahun depan. “Untuk KUR daerah ini, kami sudah usulkan ke pemda dan DPRD, dan sudah disepakati dengan bunga yang lebih rendah dari KUR tingkat nasional.”
Adapun untuk inovasi dalam digitalisasi yaitu membuat notifikasi transaksi melalui aplikasi WhatsApp bagi yang melakukan tarik atau setor tunai di ATM. Ini untuk mengurangi risiko operasional (fraud) dan meningkatkan kepercayaan nasabah.
Kebanggan Daerah
Sebagai bank milik Pemda Kabupaten Kulon Progo, bank ini juga menjadi kebanggan pemda dan masyarakatnya. Hal ini karena beberapa kontribusinya yang luar biasa.
Seperti rutin menyetor dividen atau Pendapatan Asli Daerah (PAD) ke Pemda; menyalurkan kredit kelayakan yakni kredit kepada badan usaha atau orang per seorangan yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lain yang kegiatan tersebut bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Lalu, penyaluran kredit kepada BUMD/perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi; melakukan kegiatan literasi keuangan di desa Kaligintung Temon; sebagai bank penyalur bantuan sosial (bansos); sebagai bank penyalur gaji guru, tunjangan profesi guru, tunjangan perbaikan penghasilan ASN, dan lain sebagainya.
“Jadi, slogan kami itu bangga menggunakan produk lokal. Sehingga, baik itu dalam hal makanan ataupun jasa, kami pasti ikut di sana (membiayai). Makanya kami renbranding dari Bank Pasar menjadi Bank Kulon Progo. Karena kami menfaatkan betul slogan ‘Beli dan Bela Kulon Progo’. Dengan begitu kami terus memperkuat image sebagai bank kebanggan masyarakat Kulon Progo,” terang Joko semringah dengan menambahkan, indikator kebanggaan masyarakat itu dengan adanya survey kepuasan pelanggan yang mencapai angka 98,63.
FOTO: SS TopBusiness