Jakarta, TopBusiness – Kinerja PT Telkom Indonesia (Persreo) Tbk selama tahun 2020 lalu seolah tak terpengaruh adanya pandemi Covid-19 yang menggerus semua sektor. Buktinya, sepanjang tahun lalu, perseroan tetap mengalami pertumbuhan di tengah kontraksi perekonomian.
Beberapa pos keuangan pun terlihat tetap kokoh dan menorehkan performa lebih apik ketimbang 2019 saat sebelum pandemi. Pendapatan dan profitabilitas perseroan juga terus menaik seiring semakin masifnya tren digitalsiasi di tengah pandemi ini.
Namun begitu, “berkah” pandemi ini seolah tak serta merta hadir tanpa ada pengelolaan yang baik di tangan manajemen. Faktanya, kinerja baik itu tak bisa dilepas dari peran penting implementasi Governance, Risk Management, and Compliance (GRC). Alhasil, keberhasilan GRC yang baik itu pun telah menuai kinerja positif selama 2020.
Tercatat, Telkom membukukan total pendapatan sebesar Rp136,5 triliun atau tumbuh sebesar 0,7% selama 2020 dibandingkan 2019. Dari sisi profitabilitas, Telkom juga mencatatkan EBITDA sebesar Rp72,1 triliun atau tumbuh sebesar 11,2% dan laba bersih sebesar Rp20,8 triliun, atau tumbuh sebesar 11,5% dibandingkan tahun 2019.
“Kinerja pendapatan yang tumbuh positif dengan tingkat profitabilitas yang baik ini kami lalui di tengah situasi pandemi COVID-19 serta persaingan bisnis yang ketat di industri telekomunikasi,” tutur VP Governance and Risk Management Telkom, Yayat Sutaryat, saat mengikuti proses penjurian TOP GRC Awards 2021 yang digelar Majalah TopBusiness secara virtual ini.
Dalam proses wawancara penjurian ini, Yayat didampingi oleh tim Telkom lainnya, yakni VP Human Capital Organizational Effectiveness, Iwan Setiawan; AVP Procurement & Asset Policy, Agus Purwanto; AVP External Communication, Rifa Herdian; AVP Risk Strategy & Policy, Tatwanto; AVP Governance & Quality Managemeny, Hendri Purnaratman; SO Legal Advisor, Burhanuddin; dan Off3 External Content Management, Dea Sona.
Peningkatan pendapatan Telkom tersebut terutama disebabkan naiknya pendapatan data, internet dan jasa teknologi informatika, serta pendapatan IndiHome. “Dan kontribusi terbesar bagi pendapatan Telkom berdasarkan segmen berasal dari para pelanggan seluler (mobile) yaitu sebesar 62.4%,” lanjut dia.
Yayat melanjutkan pemaparan bisnis Telkom. Menurutnya, pandemi COVID-19 telah berdampak pada masyarakat dan berbagai sektor dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bagi Telkom Group, berbagai hambatan yang terjadi akibat pandemi COVID-19 justru dipandang sebagai peluang untuk mempercepat akselerasi digital, dengan memberikan layanan dan solusi di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Buktinya, kondisi ini membuat pendapatan digital business di anak usaha, yakni Telkomsel tumbuh cukup baik sebesar 7% YoY menjadi Rp62,34 triliun. Hal ini didorong oleh semakin tingginya kebutuhan layanan data masyarakat di tengah pandemi COVID-19.
Selain itu, di segmen konsumer, IndiHome berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar di layanan fixed broadband di Indonesia dengan menguasai 82,3% pangsa pasar. Seiring adanya aktivitas work from home (WFH) dan learn from home (LFH).
Implementasi GRC
Dalam mengimplementasikan GRC ini, struktur organisasi GRC di level kantor perusahaan berada di CEO Office, di bawah SVP Corporate Secretary. Dengan fungsi GRC juga melekat di lingkup masing-masing direksi baik dalam bentuk sub unit maupun penambahan job function pada PIC yang ditunjuk di masing-masing unit.
Salah satu apek GRC adalah Good Corporate Governance (GCG). GCG adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara amanah dan menjalankan prinsip kehati-hatian dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder.
Saat ini skor penilaian GCG perseroan juga terus membaik. “Dari assessment Indonesia Institute for Corporate Directorship (IICD), skor GCG Telkom di level 92,72 poin atau naik 4,34 point dari tahun 2019 lalu di posisi 88,38,” kata dia.
Dan sebagai perusahaan pelat merah, Telkom juga mengikuti Surat Edaran Menteri BUMN Nomor: SE 7/MBU/07/2020 tanggal 1 Juli 2020 tentang Nilai-Nilai Utama (Core Values) Sumber Daya Manusia Badan Usaha Milik Negara. Untuk itu, setiap BUMN wajib menerapkan nilai-nilai utama yang disebut AKHLAK.
AKHLAK didefinisikan sebagai nilai-nilai Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif yang mendasari perilaku insan BUMN. Dan nilai-nilai inlah yang digunakan Telkom untuk menopang implementasi GRC tersebut.
Perseroan pun kemudian, cerita Yayat, melakukan evaluasi budaya menggunakan pengukuran AKHLAK Culture Health Index (ACHI) untuk mengetahui tingkat efektivitas implementasi budaya Perusahaan ini. Nilai diukur secara keseluruhan maupun secara spesifik yang mengarah pada internalisasi Core Values AKHLAK.
“Pengukuran ACHI yang dilaksanakan pada tahun 2020 merupakan pengukuran nilai baseline dalam implementasi Core Values AKHLAK. Adapun hasil dari pengukuran ACHI sebagai baseline di 2020 berada dalam kategori cukup sehat,” katanya.
Dia menegaskan, soal GCG ini memang tak main-main di Telkom. Pasalnya, perseroan juga merupakan perusahaan teruka yang tercatat di New York Stock Exchange. Makanya, kata Yayat, framework GCG Telkom sangat kuat.
“Mengelola GCG ini adalah komitmen kami untuk melakukan tata kelola yang baik. Dan kebetulan kita listing di New York Stock Exchange. Untuk itu, sangat membutuhkan komitmen yang tinggi di dalam kegiatan yang berkaitan denga governance dan compliance dalam pengelolaan proses bisnis. Ini untuk menyakinkan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan financial report itu prosesnya dilakukan dengan benar, tak ada salah saji.”
Adapun dalam implementasi risk management, Telkom telah memiliki risk profile perusahaan untuk tahun 2021 yang disusun berdasarkan kompilasi risk factors dokumen RJPP perusahaan dan Business Plan serta risk register yang berasal dari risk owner dari unit-unit yang ada di Telkom.
Metodologi penyusunan Telkom Risk Profile 2021 telah disesuaikan dengan berdasarkan kepada aspek Proses dari ISO 31000:2018. “Dari hasil identifikasi dan analisa risiko telah ditemuken sebanyak 19 risk priority yang akan menjadi perhatian utama Perusahaan dalam prosesnya untuk risk treatment,” jelas Yayat.
Untuk hasil pengukuran Maturity Level penerapan Enterprise Risk Management (ERM) di Telkom tahun 2020 lalu di 3.01 (Defined). Risk Maturity Level ini menunjukan efektivitas implementasi ERM. Namun begitu, pihaknya akan terus menggenjot risk maturity level ini yakni dengan cara, pertama, meningkatkan kapabilitas organisasi, awareness, dan culture terkait manajemen risiko di Perusahaan.
Kedua, melakukan pembaruan kebijakan/prosedur/manual; ketiga, meningkatkan kualitas dan konsistensi risk register; dan keempat, mengembangkan aplikasi sistem informasi Manajemen Risiko.
Telkom juga terus mengembangkan mekanisme kepatuhan dalam perusahaan. Dengan implementasi manajemen kepatuhan di perusahaan juga melibatkan berbagai stakeholders yang berperan dalam membantu keberhasilan manajemen kepatuhan khususnya dari aspek preventif. Di antaranya Konsultan Hukum, Ahli Hukum, Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara, Layanan Hukum Kementerian BUMN, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, KPK, KPPU.
GRC dalam IT
Sebagai perusahaan telekomunkasi, Telkom juga mengembangkan tools dan aplikasi dalam mendukung implementasi GRC. “Kami memiliki aplikasi My Integrity, ini satu aplikasi yang terintegrasi untuk mengelola GCG. Di dalamnya ada etika bisnis, fakta integritas, unit pengendalian gratifikasi, LHKPN, WBS, dan lainnya,” ujar dia.
Selain itu, ada juga aplikasi Integrated Management System, di dalamnya mengatur soal sistem pengelolaan kelanjutan bisnis, sistem pengelolaan layanan IT, sistem manajemen IT Secuity, dan sistem quality management.
Lalu ada SMAP, yakni Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh organisasi dalam menerapkan SMAP sesuai dengan SNI ISO 370012016. Dan sertifikasi ini diperoleh pada tanggal 10 agustus 2020 lalu.
Telkom juga telah membangun berbagai IT Tools untuk mendukung pengelolaan bisnis dan operasional perusahaan, termasuk aplikasi yang terkait dengan pengelolaan GRC perusahaan. Seperti ERM online atau Enterprise Risk Management Dashboard untuk risk management. Juga ada Telkom Legal Information System untuk compliance terhadap peraturan yang ada, dan aplikasi dan tools lainnya.
FOTO: TopBusiness