Jakarta, TopBusiness – Dalam melakukan aktivitas bisnis dan investasi, PT Great Giant Pineapple (GGP) telah menerapkan sistem perencanaan berdasarkan framework manajemen risiko, sehingga kemungkinan risiko menjadi lebih terukur.
Begitu juga dalam kegiatan usaha, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan perkebunan terpadu, GGP juga telah menerapkan praktik-praktik usaha perkebunan yang berkelanjutan sekaligus untuk memenuhi tuntutan yang semakin meningkat dari portofolio pelanggan, baik dalam negeri maupun pasar ekspor.
“Di GGP, praktik keberlanjutan adalah komponen inti dari bisnis kami. Kami telah melakukan identifikasi risiko apa saja yang mungkin terjadi di GGP menggunakan data sejarah 5 tahun terakhir. Dengan pendekatan ini, kami bisa terus tumbuh dengan tetap melindungi lingkungan, menjaga biodiversitas, serta meningkatkan hasil produksi secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Dengan manajemen risiko serta menjalankan praktik usaha sesuai prinsip GRC, usaha kami bisa terus bertumbuh, termasuk di tengah pandemi Covid-19 ini,” ungkap Sodugan Manullang (Doega) Compliane And Risk Management Dept PT GGP saat presentasi dan wawancara penjurian TOP GRC Awards 2021 yang dihelat Majalah TopBusiness secara daring pada Selasa (7/9/2021), dari Jakarta.
Ditambahkan, metode yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko antara lain: Hazard Analysis & Operation (HAZOP), Hazard Analysis And Critical Control (HACCP), Structure What If, serta Cause & Effect Analysis. Sementara terkait lingkungan (Environmental Risk Assessment Risiko) yang ada di GGP, perusahaan telah mengkategorikannya ke dalam 4 bagian besar. Antara lain, Risiko Korporasi (Enterprise Level), Risiko Divisi, Risiko Departemen, Risiko aktivitas atau proses gambaran profile risiko yang sudah diidentifikasi yang dituangkan dalam bentuk “Risk Universe”. Dengan demikian perusahaan bisa mengidentifikasi adanya Risk Maturity Level, di mana untuk mengantisipasi hal itu, perusahaan juga menetapkan ISO 31000, serta Risk management – Guidelines.
“Implementasi manajemen risiko yang ada di GGP mengacu kepada dua framework dari masing-masing proses yaitu: ISO 31000: umumnya kami gunakan untuk Operasional (plantation, Factory, Supply chain, dll) , serta COSO yang kami gunakan untuk finance dan IT,” ujarnya didampingi Indra Ardiyanto Head of Communication PT GGP.
Diakui, sama seperti bisnis atau industri lain pada umumnya, pada saat awal terjadi pandemi covid-19, GGP juga mengalami beberapa gangguan yang juga menuntut perusahaan melakukan penyesuaian operasional. Dengan diberlakukannya kebijakan social distancing (jaga jarak), PPKM dan lainnya guna memutus mata rantai penyebaran covid-19, hal ini juga berdampak terhadap operasional perusahaan, baik di head office maupun di site (produksi dan perkebunan). Namun berkat kelengkapan sistem & infrastruktur GRC, good governance, risk management, dan compliance, perusahaan bisa gerak cepat melakukan antisipasi dan beberapa penyesuaian dengan tetap mematuhi peraturan pemerintah, sehingga operasional usaha bisa berjalan optimal yang juga berdampak pada kinerja bisnis yang tetap bisa bertumbuh.
“Beberapa penyesuaian yang kita lakukan, di antaranya menerapkan sistem kerja secara bergantian di kantor dan di rumah sesuai dengan peraturan pemerintah atau menerapkan WFH, melakukan edukasi kepada karyawan baik melalui handbook, infografis maupun saluran komunikasi terkait pandemi Covid-19. Monitoring keadaan karyawan, serta memastikan operasional tetap berjalan sesuai dengan protokol kesehatan dengan jumlah atau kapasitas yang ditetapkan oleh pemerintah. Melalui aksi cepat penyesuaian terhadap operasional GGP dan strategi bisnis ini, GGP masih dapat mencapai target yang diharapkan oleh Top Manajemen dan share holder,” ujarnya hadapan tim dewan juri yang dimoderatori oleh Kusuma Prabandari CEO Dwika Consulting.
Ditambahkan, pada masa ekonomi yang sulit akibat dampak dari Covid-19 pada tahun 2020, GGP berhasil memproduksi 609.000 ton buah segar, penjualan juga meningkat, baik lokal maupun ekspor dengan total 12.745 FCL (full container loaded). Dari sisi keuangan, kinerja juga semakin membaik dari 2019 ke 2020 hampir pada semua aspek, baik tonase produksi, COGS, biaya operasional yang stabil pada 2020 yang menjadikan laba bersih GGP menjadi 12%. Dengan tetap terjaganya operasional usaha, peningkatan efisiensi dan efektivitas produksi, maka COGS turun dan menghasilkan gross profit sebesar 23%.
Terkait GRC dan GCG, perusahaan juga telah memiliki sistem dan infrastruktur yang lengkap. Di antaranya ada (komite audit) Audit Committee di bawah Komisaris. Tugas utamanya yakni melakukan pengawasan tentang pengendalian internal maupun tata kelola risiko, dengan dibantu oleh Internal audit maupun eksternal audit. Kemudian ada CLDC Committee yang berada di bawah Komisaris dengan tugas utama melakukan pengawasan terkait nominasi dan remunerasi Direksi dan karyawan.
Selain itu juga ada legal Corporate di bawah Direksi dengan tugas utama memfasilitasi hubungan antara Direksi, mengkordinasikan penyelangaraan RUPS dan Rapat direksi, Internal Audit di bawah Komisaris dengan tugas utama menilai pengendalian internal perusahaan agar bisa dilakukan dengan baik dan efektif dan menilai proses manajemen risiko yang diterapkan oleh proses owner. Di samping itu juga terdapat Compliance & Risk Management di bawah direksi dengan tugas utama menilai keefektifan tata kelola risiko toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan. Selain itu juga memberikan masukan kepada pemilik risiko untuk perbaikan lebih lanjut &Memantau berbagai potensi risiko yang dihadapi perusahaan.
Unsur lain yang tak kalah penting terkait GCG yakni adanya penerapan Whistleblowing System (WBS) dengan menyiapkan akses bagi semua karyawan untuk menyampaikan atau melaporkan adanya penyimpangan atau pelanggaran, baik melalui akses konvensional maupun chanel digital, melalui sistem online dan portal web yang disediakan oleh perusahaan. Penerapan saluran pengaduan sesuai dengan buku kode etik GGP dan ditegaskan kembali melalui SK Direksi tentang “penanganan pengaduan” yang bertujuan sebagai suatu sistem kontrol terhadap penyelenggaraan aktivitas dan kegiatan kerja di lingkungan perusahaan. Karyawan dapat memberikan keluhan atau laporan secara independen dan bebas intimidasi. Begitu juga dalam proses pengadaan barang dan jasa di GGP, juga di atur sedemikian ruga dalam 3 hirarki dokumen yang terdiri dari : satu (1) kebijakan, lima (5) prosedur dan dua (2) working intruksi.
Dalam kesempatan itu, Indra Ardiyanto Head of Communication menjelaskan, GGP merupakan produsen nanas kaleng dan buah segar dengan luas perkebunan sekitar 35.700 Hektar yang berlokasi di Lampung. Model penjualan yang dilakukan perusahaan adalah Business to Business (B2B) yang berorientasi pada pasar domestik dan ekspor. “Sebanyak 99% nanas kaleng kami ekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika, sedangkan untuk buah segar 82% dijual pada pasar domestik dan selebihnya di ekspor ke beberapa negara di Asia Tenggara, Timur dan Tengah,” ujarnya.
Dalam proses produksi GGP aktif menerapkan konsep go green dan melakukan proses yang ramah lingkungan seperti zero waste, dengan mengurangi dan mendaur ulang limbah. Di masa pandemi ini lanjutnya, perusahaan juga banyak melakukan aksi sosial dan kepedulian lingkungan. Mulai pembagian masker gratis, hazmat gratis, makanan sehat gratis serta bantuan berupa buah buahan Sunpride, susu Hometown hingga bantuan Oksigen di beberapa rumah sakit di Jawa, Bali dan Lampung. “Hal ini ini kami dilakukan sebagai bentuk kepedulian kami kepada masyarakat dan tenaga kesehatan yang merupakan ujung tombak tenaga kesehatan yang bertugas di masa pandemi Covid-19 ini. Dengan bantuan ini diharapkan bisa membantu meringankan beban masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi penyebaran Covid-19,” ujarnya.
Penulis: Ahmad Churi