Oleh: Mas Achmad Daniri, Pakar GCG dan CSR
Sudah tentu, kini banyak investor pasar modal di Indonesia yang merasakan dampak positif dari adanya otomatisasi perdagangan, yang berlangsung melalui JATS (Jakarta Automated Trading System). Berkat sistem yang meluncur di era Bursa Efek Jakarta (BEJ) tersebut, transaksi saham bisa lebih cepat. Dan jumlah investor yang bisa dilayani pun jauh lebih banyak.
Dengan JATS, maka ada sistem perdagangan dan settlement tanpa warkat. Sistem tersebut mampu mengakses 50.000 sampai 500.000 transaksi per hari. Investor yang bisa dilayani bisa 100.000 sampai sejuta untuk tiap hari. Bandingkanlah dengan sistem manual yang sebatas 3.800 per hari.
Sejatinya ada hal menarik lain dari JATS. Yaitu bahwa sistem tersebut merupakan salah satu wujud nyata atau pun dampak positif dari apa yang disebut CSV (creating shared value). Lahirnya JATS merupakan upaya menciptakan manfaat bersama, sesuai dengan visi untuk mendorong efisiensi. Serta, sesuai dengan visi membangun kepercayaan.
Pasar yang efisien, dalam konteks perdagangan saham, dapat ditandai sebagai pasar yang terbuka, menarik investor yang beragam, mendorong adanya transfer pengetahuan, serta mendorong kapasitas-kompetensi pelaku pasar.
Dan memang, apa yang disebut sebagai kepercayaan, hanya dapat didorong melalui pendekatan yang seimbang antar-sejumlah aspek. Yakni antara peraturan, sistem, dan edukasi. Peraturan, memertimbangkan penciptaan manfaat bersama, sistem yang bersifat mekanistis, serta sosialisasi terhadap pelaku pasar.
Makna CSV
Kenapa mesti ada ‘mahluk’ bernama CSV? Apa pentingnya? Sebenarnya, CSV sangat penting untuk semua perusahaan atau pun pelaku bisnis. Pasalnya, tatkala semuanya bergulir berbasis CSV, maka otomatis bahwa semuanya secara berkala mendapatkan manfaat maksimal. Dengan CSV, bisa ada ada saling kolaborasi antar-sejumlah pihak.
CSV merupakan pendekatan strategis untuk keberlangsungan bisnis. Dan hal tersebut berlangsung melalui sinergi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Jadi idenya: bisnis, sebenarnya, hanya bisa sinambung dalam lingkungan yang kondusif, pula saling berkolaborasi.
CSV bisa menjadi strategi perusahaan dalam hal tersebut. Dan harus menjadi inisiatif strategi bisnis. Serta terintegrasi dengan visi dan misi perusahaan tersebut. Hal tersebut pun dapat meningkatkan citra perusahaan di mata pemangku kepentingan.
Karakteristik CSV, adalah memberikan manfaat bagi perusahaan dan masyarakat. Kemudian, membangun keunggulan kompetitif dengan memasukkan kebutuhan sosial. CSV pun menghasilkan inovasi yang paralel dengan strategi bisnis.
Semakin dekat dengan strategi bisnis, semakin banyak yang bisa dilakukan untuk mendapatkan sebuah hal yang saling menguntungkan. Dan sebaliknya kalau semakin jauh, maka semakin sulit hal saling menguntungkan tersebut.
Kemudian, hal yang juga terpenting, adalah bahwa kita harus bisa memetakan pemangku kepentingan yang strategis. Cara memetakan tersebut, sangat penting.
Ciri CSV
Selanjutnya, ada beberapa ciri CSV. Yang pertama, adalah: inovasi produk atau pun jasa. Dalam hal itu, apa produk atau pun jasa yang sesuai dengan permintaan pasar? Di sini, perusahaan harus peka dan responsif dalam hal mengidentifikasi kebutuhan yang sebenarnya dari pasar.
Ciri CSV yang kedua, adalah meredefinisi produktivitas di sepanjang value chain. Meningkatkan efisiensi di seluruh hal itu. Yang ketiga, adalah pengembangan cluster industri pendukung, di lingkungan produksi perusahaan.
Mengacu Michael Porter, CSV adalah cara baru untuk meningkatkan kesuksesan bisnis perusahaan. Walhasil, ia bukanlah CSR atau pun filantropi.
Maka dengan demikian, apa sejatinya perbedaan antara CSR dengan CSV? Dalam hal tersebut, CSR biasanya diterjemahkan sebagai perbuatan baik dari sebuah perusahaan, serta aktivitas filantropis. Dengan hal tersebut, maka perusahaan biasanya membuat program CSR yang seefisien mungkin.
Sementara, berlainan dengan anggapan tersebut, sebenarnya CSR harus dibuat menyatu dengan strategi bisnis perusahaan. Apa hasil dari hal tersebut? Jawabannya adalah bahwa dengan demikian, CSR akan meningkatkan pendapatan perusahaan. Lantas, lebih daripada hal tersebut, bisnis perusahaan menjadi berkelanjutan.
Maka, dengan CSV, perusahaan bakal mendapatkan manfaat ekonomi dan sosial yang nyata, dan berhubungan dengan biaya operasional—sumber dana CSV bukan berasal dari laba bersih seperti halnya CSR atau filantropi. CSV melahirkan aktivitas bisnis yang menciptakan manfaat nyata bagi masyarakat, secara simultan.
Dalam bahasa yang sedikit berlainan, dapat dikatakan bahwa CSV merupakan bagian tidak terpisahkan dari efisiensi dan maksimalisasi profit perusahaan. Dan yang sangat penting adalah hal-hal sebagai berikut: dipersiapkan secara konsisten, sebisa mungkin, serta sedini mungkin, sebelum bisnis dilakukan.
Yang tak kalah pentingnya dalam berjalannya CSV, adalah adanya praktik GCG (good corporate governance) yang apik dalam tubuh sebuah entitas bisnis. Nah, apa musabab hal tersebut?
Jawabannya, karena dengan GCG, sebuah perusahaan telah membiasakan menaati kode etik, regulasi, dan lain-lain. Dalam hal tersebut, ada proses internalisasi nilai, sehingga kepatuhan ke kode etik, kode perilaku, dan lain-lain sejenisnya, menjadi budaya perusahaan. Budaya tersebut harus terus dijaga kesinambungannya menjadi sebuah sistem internal; GCG erat hubungannya dengan komitmen top management.
Maka, saat CSV berjalan dalam sebuah komitmen GCG yang baik, tingkat keberhasilan CSV pun berpotensi bagus. Dengan GCG, lahirnya good corporate citizen yang membuat perusahaan lebih diterima oleh publik/masyarakat, bisa lebih bagus.
Maka, dengan semua tuah positif tersebut, sudah jelas bahwa CSV adalah keniscyaaan bagi perusahaan ‘jaman now’. Kadang-kadang, CSR dirasakan sebagai beban oleh perusahaan, oleh sebab mengurangi profit perusahaan, dan sebagainya.
Akan tetapi, dengan CSV, sebenarnya yang ada adalah sebuah akselerasi terhadap sebuah bisnis. Dalam hal ini, penerapan CSV secara terintegrasi ke dalam sebuah bisnis menyebabkan cara penuntasan GCG. Itu dari prinsip menjadi kultur, menjadi kenyataan adanya sebuah bisnis yang beretika.
Ketika kalangan bursa saham sudah merasakan tuah positif CSV, adalah seidealnya bahwa semua perusahaan menyusul ke arah tersebut. Ada banyak contoh menarik lainnya dari tuah positif tersebut.
Tahu Jak Lingko, bukan? Ini adalah contoh karya nyata adanya manfaat bersama bagi berbagai kalangan masyarakat. Jak Lingko adalah sistem layanan transportasi publik terintegrasi (dalam hal integrasi moda, rute, manajemen, dan pembayaran).
Dari sistem tersebut ada sejumlah manfaat, sudah tentu. Antara lain ada perbaikan layanan, dan dalam hal tersebut, kendaraan umum tidak ngetem, selalu berhenti pada tempatnya, tidak boleh ugal-ugalan, pembayaran nontunai dengan kartu tertentu. Keberhasilan Jak Lingko lebih kepada pengubahan perilaku publik, berpindah dari pengguna kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
Jadi, apa lagi yang ditunggu bagi semua perusahaan untuk mulai menggelar CSV dan memetik dampak positif bagi bisnisnya?
*Kolom Ini Disarikan dari Makalah Webinar, dengan Izin Penulisnya. Dan Sebelumnya Dimuat di E-Magz Majalah TopBusiness
(Dhi)