Jakarta, TopBusiness – PT Great Giant Pineapple (GGP) terus meningkatkan program Corporate Social Responsibility (CSR)-nya. Apalagi memang sederet program CSR perusahaan ini dijadikan sebagai strategi kunci untuk mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Dengan kiprah apik ber-CSR itu, PT GGP pun kali ini kembali terpilih sebagai peserta dalam ajang TOP CSR Awards 2022 yang digelar Majalah TopBusiness. Di ajang sebelumnya, yakni TOP CSR Awards 2021, perusahaan telah sukses mendulang penghargaan Bintang 4.
Kali ini, PT GGP menyodorkan program-program CSR yan telah berkembang dari tahun sebelumnya. Makanya, dalam proses penjurian tersebut, banyak dipaparkan kebijakan dan tata kelola CSR perusahaan serta program-program CSR yang tentu saja sudah mengadopsi prinsip Creating Shared Value (CSV).
Perusahaan yang memiliki Misi untuk menciptakan Great Lives, Great People, dan Great World itu mengusung kebijakan dan strategi CSR tersebut antara lain berfokus pada strategi pengelolaan dampak yang ditimbulkan dari aktivitas-aktivitas perusahaan. Dalm hal ini, GGP membaginya dalam tiga kegiatan bisnis yaitu Plantation, Factory, dan General Activity.
Menurut Arief Fatullah selaku Sustainability Sub-Div Head GGP, dari aktivitas Plantation perusahaan telah melahirkan dampak limbah bimassa, penggunaan air, penggunaan energi, dan degradasi lahan. Untuk itu, kata dia, pihaknya telah melakukan langkah-langkah antisipatif dan penanganan isu material.
Pertama, menerapkan prinsip SIDEC (Sustainability, Interdependence, Diversity, Equity, Cohesion) dalam pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan alam. Seperti saving water, saving energy, dan pembuatan organic biofertilizer untuk lahan.
“Selain itu, kami juga melakukan inovasi kompos dan organic bio-fertilizer, serta penggunaan SWAT model yakni Soil Water Assessment Tools,” terang Arief dalam sesi penjurian secara virtual itu, Rabu (2/2/2022). Dalam sesi penjurian itu, Arief didampingi Julius Sugarjanto selaku Sustainable Farming & Enviro Dept Head, Indra Ardiyanto selaku Corporate Communication Dept Head, Gilang selaku Sustainable Business & Incubation Dept Head.
Adapun untuk kegiatan bisnis dari Factory dengan adanya limbah pabrik (baik liquid maupun solid), GGP sudah melakkan beberapa langkah antisipatif penanganan isu material seperti melakukan kebiataan yang menghasilkan proses produksi dengan mengoptimalkan upaya renewable resources, daur ulang non- renewable resources, mengupayakan zero –waste clean technology, sera pemanfaatan tata ruang dan proses produksi dengan sedikit limbah maupun polusinya.
Untuk langkah kedua, dilakukan upaya dalam meminimalisasi dampak dengan inovasi bisnis, seperti pemanfaatan limbah nanas menjadi pakan ternak, pembuatan biogas plant, proses recycling sampah plastic menjadi netfoam, pembuatan pengolahan kompos, dan adanya pengolahan limbah bonggol nanas menjadi Bromelain Enzyme.
Dan terakhir general activity dengan adanya berupa penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi dengan ditandai kemunculan aktivitas bisnis lain seperti sekolah, rumah sakit, perumahan, dan hiburan.
“Untuk itu kami telah membuat banyak langkah antisipatif di antaranya, pertama, melakukan proses seleksi dan penempatan pegawai secara transaparan dengan mengajak para calon pegawai dari desa penyangga sekitar untuk berpartisipasi,” ujar Arief.
Lalu kedua, memberikan posisi jabatan dan balas jasa gaji serta pengupahan, juga promosi jabatan tanpa memandang asal gender, suku bangsa dan senioritas. Ketiga, mendukung tumbuhnya ekonomi baru dengan adanya program mikro finance untuk masyarakat. Keempat, memberikan pelatihan keterampilan bekerja sama dengan Balai Pelatihan Kerja kabupaten atau Kota. Dan kelima, menjalankan program community social responsibility.
Adopsi CSV dalam CSR
PT GGP yang memiliki produk unggulan berupa nanas dalam kemasan kaleng itu telah banyak menebar kebaikan berupa sederet program CSR yang sudah mengadopsi CSV itu. Di antaranya ada lima program CSR ber-CSV itu, yakni:
Pertama, kemitraan CSV pisang Cavendish dengan petani dari Jimbrana (Bali) dan Sukabumi (Jawa Barat). Ini adalah satu program kemitraan dengan petani lokal dalam budidaya pisang Cavendish di daerah Jembrana dan Sukabumi itu tapi dengan standar PT GGP.
Program ini dirasa sangat bermanfaat bagi perusahaan dan petani sendiri. “Bagai kami program ini telah menguntungkan karena terciptanya rantai pasok lokal yang sesuai dengan standar PT GGP.”
“Adapun bagi petani mereka merasakan manfaat berdayanya petani-petani lokal di Sukabumi dan Jembrana untuk ikut serta mengembangkan pisang Cavendish di lahan-lahan yang kurang produktif. Juga bisa meningkatkan keahlian petani dalam budidaya pisang Cavendish; adanya peningkatan pendapatan dan produktivitas petani; serta tersedianya kepastian dan akses ke pasar global dan mitra yang menguntungkan (misal bank, pemerintah, dan lainnya),” urai dia.
Program kedua, kemitraan buah dengan petani lokal (farmer’s partnership). Ini berupa program kemitraan dengan petani lokal dalam budidaya buah-buah lokal dan kebutuhan buah segar (pisang mas, rajabulu, dan barangan) yang dibudidayakan petani Tanggamus (Lampung), Bali, dan Aceh dengan standar PT GGP.
Adapun manfaat bagi perusahaan menjaga rantai pasok yang sesuai standar tadi dan bagi petani bermanfaat berupa peningkatan pendapatan dan produktivitas petani, meningkatnya keahlian petani dalam budidaya tanaman buah, serta tersedianya kepastian pasar dan akses ke pasar global dan mitra yang menguntungkan tadi.
Program ketiga, kemitraan kelompok penjahit (UMKM Partnership) berupa program pemberdayaan kelompok ibu rumah tangga di desa penyangga dalam pemenuhan kebutuhan operasional seragam, masker, ADP dan lainnya bagi PT GGP.
Ini sangat bermanfaat bagi perusahaan berupa tersedianya supplier lokal binaan dalam pemenuhan kebutuhan seragam, masker, APD, dan lainnya tadi, serta tercipatanya hubungan yang positif bagi perusahaan dan masyarakat.
“Dan tentu saja bagi masyarakat akan tereciptanya pergerakan ekonomi lokal sekitar perusahaan serta meningkatnya keahlian dan jiwa wirausaha anggota binaan,” kata Arief.
Selanjutnya keempat, program pemanfaatan food loss menjadi value added product bagi kelompok UMK sekitar. Program ini telah menciptakan circular economy model dengan pemanfaatan pisang dan nanas underspecs menjadi olahan keripik selai, dodol, dan olahan lainnya yang dikelola oleh UMKM desa sekitar yang mempekerjakan ibu rumah tangga.
Adapun manfaatnya untuk pengurangan food loss ke landfill, cost efficiency dalam proses TPS buah reject bagi perusahaan. Dan manfaat bagi stakeholder tentu saja meningkatkan perekonomian sekitar.
Dan program kelima Kemitraan Produksi Kayu Pallet (UMKM Partnership) berupa pemberdayaan pemuda desa dalam pemenuhan kebutuhan kayu pallet pabrik PT GGP. “Kedua program ini sangat bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat sekitar, sehingga kinerja perusahaan meningkat kesejahteraan masyarakat juga ikut terkerek,” terang dia.
Adopsi ISO 26000 SR
Lebih jauh ditegaskan Arief dan tim GGP lainnya, perusahaan telah banyak membuat program CSR yang mengadopsi ISO 26000 SR tersebut. Tercatat, ada sekitar 18 program yang menyasar ke internal maupun eksternal perusahaan. Baik itu terkait dengan Organizational Governance, Labour Practices, environment, consumer issue, fair operating practices, dan terakhir community involvement and development.
Salah satu program tersebut adalah penerapan social accountability (SA 8000) untuk aspek ketenagakerjaan. “Sehingga dengan adanya program ini, atas kinerja dan pencapaian pekerja, maka GGP menjamin terpenuhnya hak-hak normative pekerja, tidak ada diskriminasi, ada kesetaraan kesempatan, tidak ada kerja paksa, dan sebagainya,” cerita dia.
Adapun terkait dengan aspek lingkungan berupa pemanfaatan biomass kebun sebagai kompos. Langkah ini dilakukan dengan GGP memanfaatkan limbah kotoran sapi, bromelin, bambu yang dicacah, ampas singkong dan kulit singkong untuk diolah menjadi biogas sebagai pupuk organic untuk perkebunan nanas, pisang, jambu kristal, dan lainnya.
Program CSR Unggulan
Untuk ptogram CSR unggulan sendiri, PT GGP telah mencatatnya sebanyak Sembilan program. Program ini telah dilakukans ejak tahun 2020 lalu hingga saat ini. Antar lain adalah Program Biogas (circular economy model & zero waste management).
Program ini berupa pengolahan limbah cair nanas dari PT GGP dan tapioca dari PT Umas Jaya Agrotama untuk diolah menjadi biogas sebagai sumber energy alternative dalam rangka penerapan zero waste management tersebut.
“Dengan program ini menjadi bukti nyata penerapan sustainability integration di dalam perusahaan, mengurangi produksi limbah ke IPAL dan lingklungan dengan water excellence management, serta mengurangi pengunaan batubara sebagai energy di power plant sekitar 30 persen.”
Juga ada program GREAT Indonesia di sektor kesehatan. Ini program dalam rangka memelihara dan mempromosikan healthy lifestyle kepada masyarakat. Program berbasis masyarakat ini dilakukan dengan intervensi gizi sebagai akselerator pencegahan stunting dan obesitas serta kampanye pola hidup sehat dan bersih.
“Program ini kita kampanyekan berupa sarapan sehat kepada 700 anak-anak, kampanye perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada 2.100 ibu, kawasan rumah pangan lestari (KRPL) yang telah menjangkau 200 rumah tangga, dan program ini telah menjangkau di lima desa, 12 PAUD, dan 3.000 penerima manfaat di daerah Lampung.”
“Dan alhamdulillah, dengan sederet program CSR itu, kami bisa menerapkan bisnis kami tetap survive bahkan tidak ada PHK satu orang pun, bahkan justru bisnis kami malah lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya,” tandas Arief, bangga. (*)
FOTO: TopBusiness