Jakarta, TopBusinesss – Nama besar PT Indonesia Asahan Inalum (Persero) sudah tak perlu diragukan lagi. Bisnisnya sudah mengglobal. Namun tak hanya bisnis, dalam menggelar program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporate Social Responsibility (CSR), Inalum sudah melakukannya dengan baik dan bertanggung jawab.
Langkah CSR perseroan dalam ber-TJSL ini selaras dengan aturan dan regulasi yang ada, baik UU maupun aturan di Kementerian BUMN. Selain itu juga, program TJSL itu senyawa dengan Visi-Misi perseroan. Tercatat, dalam proses presentasi dan penjurian Top CSR Awards 2022 yang digelar majalah TopBusiness, pada Selasa (1/3/2022), Ali Hadar, Vice Preseident (VP) CSR Inalum mengatakan, dari perusahaan sudah terlihat komitmen perusahaan dalam melaksanakan program TJSL.
Visi Inalum adalah “Menjadi perusahaan global terkemuka berbasis aluminium terpadu ramah lingkungan.” Dengan Misi-nya adalah, pertama, “Melanjutkan operasi peleburan aluminium terpadu yang menguntungkan, aman dan ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai pemangku kepentingan.” Kedua, “Memberi sumbangsih kepada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional melalui kegiatan operasional dan pengembangan usaha berkesinmabungan.”
Ketiga, “Berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar melalui program CSR dan PKBL yang tepat sasaran.” Dan Keempat, “Meningkatkan kompetensi SDM secara terencana dan berkesinambungan untuk kerancaran operasional dan pengembangan industri aluminium.”
Dalam presentasinya yang bertajuk Bangkit di Masa Pandemi, Ali menyebut, program TJSL tersebut sudah sejalan dengan aktivitas usaha perseroan. Aktivitas usaha pesreoan adalah melakukan usaha dalam produksi aluminium dimana terdapat pabrik peleburan aluminum dan turunannya, pemasaran, penjualan dan distribusi hasil produksi dan produk sejenis lainnya, serta membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik untuk penggunaan sendiri dan penjualan listrik serta menyewakan sarana dan prasarana yang dimiliki perseroan.
Untuk itu, agar aktivitas usaha perseroan tetap lancar sebagai tanggung jawabnya program TJSL pun dijalankan. Hal ini juga sebagai kontribusi perusahaan terkait isu pembangunana berkelanjutan, terutam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
“Menyelaraskan program TJSL perusahaan dengan pemerintah yang menace kepada SDG’s, terutama dalam bidang ekonomi yakni pemberdayaan UM dengan bantuan peralatan usaha dan pelatihan usaha. Adapun di bidang sosial yaitu pelayanan kesehatan gratis, pencegahan stunting, bantuan sembako, dsb. Dan untuk isu lingkungan, Inalum sangat gencar untuk melestarikan lahan gundul di sekitaran Danau Toba dan melestarikan sungan Asahan,” papar Ali, dalam presentasinya itu.
Adopsi CSV
Lebih jauh ditegaskan Ali, sederet program CSR yang diusung oleh perseroan sudah mengadopsi prinsip Creating Shared Value (CSV) atau Berbagi Manfaat Bersama. Sertidaknya, ada empat program TJSL besar yang diklaim sudah sejalan dengan bisnis perusahaan, sehingga banyak stakeholder yang merasakan manfaatnya.
Pertama, pelatihan keterampilan masyarakat. Dalam hal ini diselenggarakan beasiswa Diploma 1 Akademi Komunitas Pertambangan, pelatihan pengopeasian alat berat, dan pelatihan keterampilan satuan pengaman. Dengan program ini, manfaat bagi perusahaan adalah dapat meyediakan tenaga muda yang terampil dengan biaya terjangkau dan mengurangi gelombang demo penerimaan karyawan baru. “Dan penerima manfaat stakeholder adalah pemuda di sekitar pabrik peleburan dan PLTA,” ujar dia.
Kedua, Pemberdayaan petani. Program ini memberdayakan petani yang mengelola lahan di bawah jalur transmisi penghantar listri dari PLTA ke pabrik peleburan. “Program ini bermanfaat bagi perusahaan yakni terjaganya transmisi listrik dengan memperkuat engagement kepada masyarakat yang mengelola lahan di bawahnya dengan demikian di dapat penjagaan jalur transmisi secara gratis karena adanya empati antar masyarakat degan perusahaan,” terang dia.
Ketiga, penanaman pohon. Berupa penanaman pohon buah dank eras berbasis masyarakat. Ini bisa memberikan penghasilan kepada masyarakat sekaligus dalam jangka panjang untuk kelestarian Danau Toba, sehingga operasional PLTA dan smelter dapat terus berjalan dari waktu ke waktu. “Program penanaman pohon ini minimal 1.000 hektare selama lima tahun ke depan,” katanya.
Keempat, pemanfaatan limbah kantin dan budidaya sayur. Limbah sisa pakan kantin ini diolah untuk budidaya maggot dan pembuatan pelet serta untuk pertanian hidroponik. “Ini sangat bermanfaat karena mengurangi biaya pembakaran limbah dan menjamin ketersediaan sayuran hidroponik sehat ntuk kantina,” urai Ali lagi.
Sesuai ISO 26000
Selain adopsi CSV, program CSR perseroan juga sudah sesuai dengan ISO 26000 SR. Seperti, program pemberdayaan masyarakat di Ring 1 pabrik peleburan. Subyek program ini adalah kelompk tani dan karang taruna Desa Kuala Tanjung dan para kelompok budidaya ikan jurung di sungai Asahan.
“Ada kelompok tani dentukan desa yang dinisiasi perusahaan, kelompok ini mengelola sayuran hidroponik karang tarunanya menjalankan program pemanfaatan limbah kantin untuk budidaya larva maggot,” jelasnya. “Dan pembentukan sentra budidaya ikan asli khas batak (ikan Jurung) untuk menjaga kelestariannya agar tidak punah sekaligus dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.”
Lalu ada juga program customer gathering untuk pelanggan Inalum. Ini program untuk pebeli produk aluminium bai ingot, bilet, maupun alloy. Sehingga dengan adanya pertemuan ini kegiatan engagement rutin antara perusahaan dan konsumennya minimal satu tahun sekali dalam suasana hiburan dan pendekatan.
Juga da program sertifikasi keahlian karyawan. Langkah ini berupa pelaksanaan sertifikasi keahlian yang mendukung operasional. Dengan begitu, adanya target minimal sertifikasi kepada karyawan yang menempati posisi strategis untuk mendukung kelancaran bisnis perusahaan.
Program Unggulan
Dari sederet program CSR tersebut, sejatinya ada tiga program yang disebut menjadi program unggulan. Pertama, budidaya ikan jurung di sungai Asahaan; kedua, hidroponik Dewi Kuta; dan ketiga, limbah kantin untuk pellet pakan ternak.
Menurut Ali, dalam hal eksistensi sungai Asahan sangat penting bagi keberlangsungan operasional PT Inalum, khususnya dua PLTA-nya yaitu Suguragura dan Tangga. Sementara sungai ini memiliki kekayaan fauna salah satunya ikan jurung yang biasa dikonsumsi masyarakat sekitar, khususnya buku Batak untuk acara adat.
“Dengan kondisi keberadaan ikan jurung di sungai Asahan yang mulai terancam punah akibat kebiasaan masyarakat menangkap ikan tapa melakukan pengembangbiakan, maka program budidaya ikan jurung ini dilakukan. Dan program ini sesuai dengan Misi Bupati Asahan yakni mewujudkan lingkungan hidup yang berkualitas, berkelanjutan, dan memiliki nilai ekonomis,” jelasnya.
Program ini juga didampingi oleh DInas Perikanan Kab. Asahan dan berjalan sejak Maret 2021 lalu. Hasilnya, per Oktober 2021 lalu sudah berhasil dibudidaya 1.000 ekor ikan jurung dari target 50.000 ekor ikan jurung di akhir 2022 ini.
Lebih lanjut ditegaskan, dengan program ini, masyarakat sangat mendulang banyak manfaat. Antara lain menambah pengetahuan budidaya ikan ikan jurung, sumber penghasilan yang berkelanjutan, meningkatkan kesehatan bagi masyarakat karena kandungan dalam ikan jurung, tinggi protein, omega 3, sumber energy dan vitamin, serta cegah kolestrol dan pacu mood.
“Bagi perusahaan bermanfaat dengan citra positif di masyarakat dan Pemkab Asahan meningkat serta menjadi nilai tambah PROPER,” ujar Ali lagi.
Program selanjutnya adalah hidroponik Dewi Kuta. Program ini sangat dirasakan manfaatnya terlebih di saat pandemic Covid-19 yang telah menggerus penghasilan banyak masyarakat dan terjadinya PHK di beberapa tempat.
Untuk itu, Inalum bekerja sama dengan PMI Sumatera Utara membuat sosialiasasi perihal pencegahan penyebaran Covid-19 sekaligus melaksanakan pelatihan budidaya sayuran secara hidroponik. Dengan adanya kegiatan ini, maka masyarakat membentuk kelompok tani baru “Dewi Kuta” untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, plus sebagai cara hidup baru dan pengetahuan baru.
“Banyak manfaat bagi masyarakat, termasuk mereka juga berhasil mengembangkan inovasi yakni produk minihidroponik dan budidamber. Dan bagi keuntungan bagi perusahaan, selain pasokan sayur sehat juga mengurangi biaya pemusnahan sampah botol plastic yang digunakan menjadi media tanam hidroponik,” dia menerangkan.
Keberhasilan Program Berdasar SROI
PT Inalum juga terus menghitung keberhasilan program CSR tersebut berdasar ukuran keberhasilan melalui Social Return on Investment (SROI). Salah satu program yang dinilai berhasil saat ini dan dalam waktu yang akan datang adalah program hidroponik Dewi Kuta tersebut.
Sejauh ini, pendapatan panen rata-rata per bulan sekitar Rp1 juta, sehingga per tahunnya bisa mencapai Rp12 juta dan di tahun ketiga hasil pane bisa mencapai Rp36 juta. Maka total pendapatan saat ini ditambah estimasi pendapatan panen selama 3 tahun adalah Rp58,4 juta (pendapatan 5 bulan awal plus instalasi hidroponik dan konsultasi pelatihan plus minihidroponik) + Rp36 juta = Rp94,4 juta.
“Maka di tahun ketiga itu biaya investasi akan melampaui break event point (BEP) dan program akan terus berlanjut secara mandiri,” katanya.
Sementara modalnya sebesar Rp88,7 juta yang digunakan untuk pelatihan Rp5,1 juta, peralatan Rp62,5 juta, pendampingan Rp18,1 juta, dan untuk biaya tenaga dan lahan mencapai Rp3 juta.
Tata Kelola CSR
Keberhasilan program CSR yang digarap PT Inalum memang tak lepas dari tata kelola CSR yang dirajut perseroan. Hal ini pun sudah dilakukan mulai dari sistem perencanaan hingga sistem evaluasinya. Diterangkan Ali, pihaknya pertama kali melakukan sistem perencanaan yakni pemetaan sosial, koordinasi kepada Pemda, dan ikut serta dalam Musrembang.
Lalu dilanjutkan sistem pelaksanaan, mulai proprosal atau kajian detail program, persetujuan pelaksanaan, penyusunan program berbasis risiko, pengajuan dan persetujuan anggaran pada RUPS, dan perjanjian kerja sama pihak terkait.
Dalam sisitem monitoring, pihaknya melakukan penyaluran dana bertermin, dilakukan untuk setiap program, eksekusi program, dan jadwal sesuai kriteria program. Lalu di sistem pelaporan, tim CSR Inalum membuat laporan dengan digitalsiasi Googleform denganc eklis monitoring yang sudah dilakukan dan dibuat pelaporan bulanan, triwulanan, dan tahunan.
“Adapun untuk evaluasi dilakukan pelaporan keuangan pembiayaan UMK, dua kali dalam setahun dilakukan evaluasi terhadap program utama untuk melihat efektivitas dan efisiensi program. Serta dilakukan juga survey indeks kepuasan masyarakat yang dilakukan mandiri da nada juga yang dilakukan oleh kembaga khusus,” pungkas Ali.
FOTO: TopBusiness