Jakarta, TopBusiness – PT Hanwha Life Insurance Indonesia merupakan perusahaan asuransi jiwa dari Korea yang pertama beroperasi di Indonesia. Perusahaan ini memiliki visi menjadi satu dari 10 perusahaan asuransi jiwa terbaik pada lini keagenan di Indonesia pada 2023.
Manajemen PT Hanwha Life Insurance Indonesia optimistis visi tersebut bisa diraih dengan tiga misi yang dilakukan. Yakni pertama menyediakan produk, layanan dan budaya yang lebih baik dari hari ke hari. Kedua, melayani dengan segenap pikiran, hati dan kekuatan . Dan, ketiga menjadi ‘Life Pluser’ yang menambah kebahagiaan dalam hidup nasabah, rekan bisnis, dan karyawan.
Berdasarkan pada visi dan misi tersebut, PT Hanwha Life Insurance Indonesia pun melakukan analisis dan menetapkan strategi dalam menjalankan bisnisnya. Untuk Lini Keagenan, perusahaan menambah jumlah agen baru.
“Kami juga meningkatkan produktivitas dengan pemberian training produk dan penjualan,” kata Chief Compliance Officer PT Hanwha Life Insurance Indonesia Alex Febriano dalam presentasi penjurian TOP GRC Awards 2022 yang dilakukan secara daring, Rabu (6/7/2022).
Hadir pula dalam penjurian ini, Chief Executive Officer PT Hanwha Life Insurance Indonesia David Yeom dan Head of Marketing Planning PT Hanwha Life Insurance Indonesia Flora Ansela.
Masih di lini Keagenan, PT Hanwha Life Insurance Indonesia menambah jumlah kantor pemasaran. Selain itu, fokus pada produk tradisional dan kesehatan dengan fleksibilitas pada jangka waktu pembayaran dan premi. “Kami jug memanfaatkan media digital dalam proses penjualan produk asuransi atau digital agent,” ucapnya.
Sementara di Lini Bancassurance, PT Hanwha Life Insurance Indonesia mengembangkan kerja sama dengan bank-bank rekanan, yaitu dengan mengadakan kegiatan, pertemuan dengan nasabah maupun kontes-kontes yang melibatkan staf bank rekanan. “Kami fokus pada bank-bank rekanan kita yang memang saat ini masih dalam market Korea,” tuturnya.
Untuk Lini Direct Marketing, PT Hanwha Life Insurance Indonesia di masa pandemi covid-19 ini banyak memanfaatkan media digital dalam melakukan penjualan produk asuransi.
Sedangkan untuk Layanan Nasabah, strategi bisnis yang dilakukan adalah memaksimalkan pengembangan teknologi informasi untuk mendukung pelayanan kepada nasabah secara efisien.
Dengan strategi bisnis tersebut, menurut Alex, kinerja perusahaan secara umum masih dalam kondisi stabil, meskipun ada pandemi covid-19. Ini dibuktikan dengan tingkat risk based capital (RBC) yang bisa dibilang sangat tinggi, dan terjaga di atas minimal yang dipersyaratkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Tahun 2021, tingkat RBC PT Hanwha Life Insurance Indonesia berada di 6.636,03%, meningkat dibandingkan tahun 2020 sebesar 6.363,08%. “Meski menghadapi pandemi covid, tapi secara umum kami bisa menyesuaikan dengan kondisi new normal,” kata Alex.
Sementara itu, kinerja keuangan PT Hanwha Life Insurance Indonesia pada 2021 ada kenaikan pendapatan dari Rp 204,27 miliar (2020) menjadi Rp 2018,82 miliar. Kenaikan pendapatan itu terutama dari premi bruto dan hasil investasi neto.
Premi bruto Hanwa Life pada 2021 naik menjadi Rp 103,93 miliar ketimbang Rp 72,4 miliar pada 2020. Sementara hasil investasi pada 2021 sebesar Rp 121,42 miliar, turun dibandingkan Rp 126,36 miliar pada 2020. Sementara itu, jumlah laba komprehensif tahun berjalan pada 2021 mencapai Rp 10,323 miliar, turun dibandingkan 2020 sebesar Rp 33,7 miliar.
Dampak Pandemi Covid 19
Alex mengakui, pandemi covid-19 yang terjadi sejak 2020 berdampak terhadap kinerja bisnis asuransi PT Hanwha Life Insurance Indonesia. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menghambat selling process dan berdampak pada rencana perusahaan, seperti pembukaan kantor pemasaran baru, peluncuran produk-produk baru, dan lain-lain.
“Tapi itu kita siasati dengan pemanfaatan teknologi informasi yang memberikan break through bagi perusahaan,” tuturnya.
Pandemi juga berdampak pada beban klaim di PT Hanwha Life Insurance Indonesia. Tingginya kasus covid-19 berdampak pada peningkatan klaim meninggal dunia yang cukup signifikan, sehingga menimbulkan peningkatan beban klaim bagi perusahaan pada 2021.
Selain itu, volatilitas tinggi di masa pandemi menghambat selera investasi masyarakat sehingga turut menghambat daya tarik investasi/asuransi secara umum. Pandemi juga menjadi kendala dalam kemampuan atau daya beli masyarakat. “Sikap berjaga-jaga yang membatasi pengeluaran untuk investasi atau asuransi,” kata Alex.
Menghadapi kondisi pandemi tersebut, menurut Alex, strategi bisnis yang dilakukan PT Hanwha Life Insurance Indonesia adalah shifting ke arah teknologi atau digitalisasi dalam proses bisnis.
“Kami melakukan digitalisasi proses penjualan, implementasinya digital agent dan E-commerce atau direct marketing,” ujar dia.
Selain itu, PT Hanwha Life Insurance Indonesia mengembangkan digitalisasi klaim dengan memanfaatkan aplikasi HANWHA SMART untuk proses e-claim . Tak hanya itu, perusahaan juga meluncurkan produk asuransi kesehatan baru yang diharapkan bisa membantu masyarakat khususnya nasabah di tengah pandemi. Produk-produk tersebut antara lain Hanwha Premiere Health Care, Hanwha Smart CI Plus, dan (Rider) Hanwha Waiver of Premium CI.
Strategi bisnis lainnya di masa pandemi ini, PT Hanwha Life Insurance Indonesia melakukan perluasan saluran pemasaran produk asuransi khususnya untuk Hanwha Platinum Life Plan A dan B di Bank IBK Indonesia.
Selama masa pandemi, PT Hanwha Life Insurance Indonesia memberikan beberapa spesial benefit untuk nasabah. Di antaranya adalah keringanan syarat pemulihan polis bagi nasabah yang polisnya telah lapsed, memperpanjang grace period (masa leluasa). Spesial benefit ini berlaku mulai Agustus 2021 hingga Desember 2021.
Pada masa pandemi ini, PT Hanwha Life Insurance Indonesia melakukan e-recruitment agen baru, khususnya untuk digital agent. Perusahaan asuransi ini juga melakukan penjajakan spesifik market dengan mengembangkan Korean Desk. Ini untuk menjajaki potensi nasabah warga negara Korea di Indonesia
Stratgi bisnis lainnya yang cukup agresif dilakukan PT Hanwha Life Insurance Indonesia dalah diversifikasi investasi dengan mengakuisisi PT Lippo General Insurance Tbk. Saat ini, progres akuisisi tersebut dalam proses persetujuan OJK.
Implementasi GRC
Keberhasilan PT Hanwha Life Insurance Indonesia tetap bertumbuh di kala pandemi ini juga tidak terlepas konsistensi perusahaan dalam mengimplementasikan governance, risk management, dan compliance management (GRC). Namun, GRC yang diterapkan di Hanwha Life Insurance Indonesia sebagian mengadopsi infrastruktur GRC yang ada di kantor pusat Hanwha Insurance di Korea.
“Ketika bicara infrastruktur GRC, sedikit banyak mengadopsi dari headquarter Hanwha di Korea. Ini menjadi nilai tambah kepada perusahaan di Indonesia. Kita ambil dari headquarter, tapi kita tetap adjust dengan aturan main yang ada di Indonesia,” tuturnya.
Dalam pelaksaaan GRC, PT Hanwha Life Insurance Indonesia memliki kelengkapan sistem dan infrastruktur pendukung. Pertama adalah, Komite Audit yang berada di bawah Dewan Komisaris.Ttugas utamanya adalah memantau sistem pengendalian internal, antara lain atas perencanaan dan pelaksanaan audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian interna, termasuk proses pelaporan keuangan.
Kedua, Komite Pemantau Risiko yang posisinya juga berada di bawah Dewan Komisaris. Tugas utama Komite ini adalah menilai efektivitas manajemen risiko, termasuk menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh Perusahaan. Komite ini juga melakukan evaluasi secara berkala atas penerapan manajemen risiko.
Selain itu, mengevaluasi piagam Komite Pemantau Risiko secara berkala disesuaikan dengan perkembangan ketentuan peraturan perundang-undangan. Komite Pemantau Risiko juga melakukan identifikasi hal-hal lain yang dinilai memerlukan perhatian Dewan Komisaris.
Organ kelengakapan GRC lainnya adalah Komite Manajemen Risiko yang juga berada di bawah direksi. Tugas utamanya adalah melakukan penyusunan strategi dan pedoman penerapan manajemen risiko. Selain itu, melakukan perbaikan atau penyesuaian pelaksanaan manajemen risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan manajemen risiko.
“Komite Manajemen Risiko juga melakukan penetapan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur normal serta menilai efektivitas manajemen risiko termasuk menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh Perusahaan,” tutur Alex.
Organ kelengkapan GRC lainnya adalah Departemen Legal, Compliance, dan Corporate Secretary (LCCS) yang juga berada di bawah direksi. Tugas utama departemen ini adalah memberikan advis dan kepastian atas aspek hukum serta kepatuhan dalam kegiatan manajemen dan operasional perusahaan.
Departemen LCCS juga melakukan pengendalian atas pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG), serta menangani permasalahan hukum dan kepatuhan Perusahaan dengan baik. “Departemen LCCS bertanggung jawab kepada Direktur Kepatuhan,” ucap Alex.
Organ kelengkapan GRC kelima adalah Unit Audit Internal yang berada di bawah direksi. Tugas unit audit ini melakukan pemeriksaan dan pemantauan atas seluruh kegiatan perusahaan.
Keenam adalah Unit Enterprise Risk Management & Anti Money Laundering (ERM & AML/KYC) yang juga berada di bawah direksi. Unit ini bertugas menyediakan data dan informasi terkait manajemen risiko dan Anti Pencucian Uang & Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT) termasuk profil berdasarkan risiko yang teridentifikasi, pengendalian yang diterapkan, kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh direksi dalam memastikan bahwa Manajemen Risiko dan kebijakan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) Perusahaan telah diterapkan secara memadai.
Terkait hal ini, PT Hanwha Life Insurance Indonesia telah memiliki AML Dashboard Sistem untuk memfasilitasi dan memantau transaksi yang mencurigakan untuk penerapan APU PPT yang efektif dan digunakan untuk pelaporan ke regulator.
Perusahaan juga telah menerapkan Risk Control Self Assessment yang merupakan salah satu alat pengukuran risiko operasional yang digunakan untuk memitigasi risiko dan pengendalian atas risiko.
“Di tahun 2022, Perusahaan sedang mengembangkan KRI Tools yang digunakan untuk monitoring risiko serta dapat ditampilkan di dalam dashboard, juga membantu untuk melihat eksposur risiko yang muncul,” ujar Alex.