Jakarta, TopBusiness – Institut Sains dan Teknologi Al Kamal (ISTA) menjalin kerja sama dengan delapan badan usaha dan lembaga untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa maupun tenaga pendidik di kampus tersebut, sekaligus juga sebagai pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi.
Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Rektor ISTA Dr Ngasiman Djoyonegoro M.Han dengan perwakilan dari delapan rekanan di Gedung Serbaguna ISTA Jakarta, di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (5/1/2023).
Delapan rekanan yang melakukan penandatangan kerja sama itu adalah Asosiasi Pengusaha TIK Nasional yang diwakili oleh Ir Soegiharto Santoso, PT Inti Kreasindo Nusantara diwakili Revli Orelius Mandagie SE, PT Prakarsa Indonesia Maju diwakili Ir Windhu Hidranto MPA, LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) SDM TIK diwakili Totok Sediyantoro MBA, LSP Geomatika diwakili Ir Henny Lilywati M Surv. Sc, Dewan Geospasial Indonesia yang diwakili Ir Samsul Hadi, PT Waindo Specterra Indonesia diwakili oleh Gunawan Jaya ST, serta ZTOH (platform e-learning) yang diwakili Rahmat Fauzi, S.Kom.
Hadir pula dalam acara penandatangan kerja sama ini Ketua Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal Jakarta Dr. Ir. Sugeng Riyono M.Phil, Ketua Pembina Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal Jakarta KGPH H. Soeryo Soedibyo Mangkoehadiningrat, penasihat Yayasan Al-Kamal Oetoyo Oesman, Dewan Pembina Komenwa Indonesia Laksda TNI Purn. Dr. Suryo Wiranto SH, MH, Ketua Umum Lembaga Kajian Nawacita (LKN) Ir Samsul Hadi, Wakil Rektor ISTA Totok Sediyantoro MBA, serta tamu undangan lain dari staf akademisi ISTA dan para mahasiswa.

Acara juga diisi dengan penyampaian keynote speech dari Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Prof Ir. Nizam MSc , PhD, IPU, ASEAN Eng.
Dalam sambutannya sebelum acara penandatangan MoU, Rektor ISTA Dr Ngasiman Djoyonegoro M.Han menjelaskan bahwa kerja sama tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan Tridharma perguruan tinggi.
“Kalau kita melihat perkembangan terkini, ISTA ke depan harus bisa melahirkan alumni atau output yang memiliki relevansi dengan dunia kerja. Kita melihat jurusan-jurusan di ISTA sudah sangat relevan untuk menjawab tantangan dunia yang strategis saat ini,” ujar Ngasiman.

Ngasiman berharap mahasiswa dan para dosen ISTA untuk melakukan penelitian dan pengabdian terhadap masyarakat secara langsung terintegrasi dengan relevansi output yang bisa diterima di dunia kerja. “Kami harapkan dari MoU kerja sama ini bisa menjadi langkah sinergitas dan harmoni kolaborasi untuk kemajuan ISTA pada masa mendatang,” tuturnya.
Ketua Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal Jakarta Dr. Ir. Sugeng Riyono M.Phil, mengingatkan bahwa yang terpenting adalah bukti nyata setelah penandatangan MoU tersebut. Karena nanti ketika dilakukan penilaian atau asesmen oleh asesor saat akreditasi perguruan tinggi, nilai akreditasi akan jatuh jika banyak MoU tapi tidak ada bukti atau realisasinya.
“Mari kita memastikan bahwa MoU ini dipandu dan dibuktikan dengan hasil nyata seperti dengan SPK, serta kegiatan-kegiatan nyata yang bisa diukur,” kata Sugeng.

Sedangkan Ketua Pembina Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal Jakarta KGPH H. Soeryo Soedibyo Mangkoehadiningrat dalam sambutannya menceritakan awal mula pendirian ISTA, mulai perizinan yang diberikan oleh Prof Dr Fuad Hasan selaku Mendikbud saat itu. Soeryo juga menegaskan kembali soal amanah yang diberikan oleh pendiri Yayasan Al-Kamal yakni mantan Wakil Presiden RI Sudharmono SH.
“Sehari sebelum wafat, beliau pegang tangan saya, beliau titipkan Al Kamal,” ucapnya.
Soeryo yang saat itu berusia sekitar 40 tahun dengan tegas menyatakan siap memikul amanah tersebut. Ia juga banyak mendapat dukungan dari kolega untuk menjaga amanah agar ISTA bisa terus eksis hingga akhir zaman.
“Satu hal bahwa output dari Al Kamal, terutama ISTA ini adalah satu mereka yang memiliki Iptek dan Imtaq. Alhamdulillah sampai saat ini amanah itu bisa kita jaga. Al Kamal ini milik umat, milik kita semua. Mudah-mudahan Al Kamal ini bisa terus eksis sampai akhir zaman demi mendidik putra putri yang bisa berbakti kepada bangsa dan negara,” papar Soeryo.

Berkontribusi untuk Negara
Sementara itu, Ir Soegiharto Santoso, perwakilan dari Asosiasi Pengusaha TIK Nasional dalam sambutannya mengaku bangga bisa melakukan MoU dengan ISTA di mana kerja sama itu merupakan yang kedua setelah yang pertama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Tentu saja bagi perguruan tinggi ini merupakan kesempatan, kami membuka peluang sebesar-besarnya bagi para mahasiswa dan akademisi ISTA, karena kami menganut Pentahelix yang salah satunya melibatkan akademisi,” kata Soegiharto.
Revli Orelius Mandagie SE yang mewakili PT Inti Kreasindo Nusantara menjelaskan bahwa PT Inti Kreasindo Nusantara merupakan badan usaha di bawah Lembaga Kajian Nawacita (LKN) yang hadir secara khusus untuk memberikan kontribusi dalam upaya membangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
“Harapan kami momentum hari ini menjadi cikal bakal bagaimana menghadirkan SDM unggul di IKN, juga kontribusinya dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Ibukota Negara yang baru,” ujar Revli.
Menurut dia, kebutuhan teknologi di masa depan menjadi hal yang paling penting, seperti pengadaan mobil listrik baik di kawasan maupun di luar kawasan IKN. “Ke depan sinergitas antara kampus dan PT IKN dalam rangka pembangunan Ibukota Negara menjadi capaian luas dan harapan kita bersama,” ujar Revli.
Sedangkan Ir Windhu Hidranto MPA dari PT Prakarsa Indonesia Maju menyampaikan terima kasih atas kesempatan kerja sama yang diberikan ISTA. Menurut dia, PT Prakarsa Indonesia Maju merupakan perusahaan konsultasi spesialis kerja sama pemerintah dengan badan usaha yang juga berada di bawah naungan LKN.
“Potensi yang terbesar untuk mengembangkan ekonomi Indonesia adalah apabila dapat dikembangkan kerja sama antara pemerintah dan badan usaha, sebagai contoh pembangunan IKN itu 60 persen akan dikerjakan melalui kerja sama antara pemerintah dan badan usaha,” kata Windhu.
Menurut dia, salah satu tugas PT Prakarsa Maju adalah pengembangan UMKM. Kerja sama dengan ISTA diharapkan bisa membuat program-program pendidikan dan pelatihan yang bisa meningkatan kemampuan UMKM yang jumlahnya kini mencapai puluhan juta pelaku usaha.
“Itu potensi yang luar biasa untuk dikembangkan menuju Indonesia Emas 2045. Saya harapkan ini menjadi langkah pertama dari seribu langkah yang bisa jalani bersama demi RI yang kita cintai ini,” ujar Windhu.

Tingkatkan Kualitas dan Relevansi
Plt Dirjen Dikti Prof Ir. Nizam MSc , PhD, IPU, ASEAN Eng. dalam keynote speech-nya menyatakan bahwa ISTA sebagai perguruan tinggi berbasis teknologi harus meningkatkan dua hal, pertama meningkatkan kualitas dan kedua adalah meningkatkan relevansi.
“Dua hal itu kunci untuk memastikan bahwa SDM atau lulusan yang dihasilkan perguruan tinggi betul-betul kompeten dan dibutuhkan masyarakat, khususnya dunia usaha dan industri,” kata Prof Nizam.
Menurut dia, kualitas perguruan tinggi itu diukur dari kualitas pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilakukan. Pendidikan, kata dia, tidak hanya sekadar memberikan Iptek kepada mahasiswa tapi juga membekali fondasi nilai seperti knowledge attitude, nilai-nilai spiritualitas dan kemanusiaan .
“Values itu harus jadi fondasi dalam pendidikan kita. Oleh karenanya pendidikan itu tidak hanya di dalam kelas, tapi juga perilaku sehari-hari di luar kelas. Aktivitas mahasiswa merupakan bagian penting dari pendidikan, pembinaan karakter, pembentukan karakter dan akhlak yang mulia,” paparnya.

Kemudian terkait peningkatan relevansi juga sangat penting dilakukan perguruan tinggi. Saat ini, kata Prof Nizam, banyak sekali perguruan tinggi di Indonesia. Jika perguruan tinggi ini menghasilkan para lulusan pengangguran, itu merupakan pemborosan waktu, tenaga dan pemborosan sumber daya. Sebab itu, perguruan tinggi harus relevan dengan kebutuhan zaman dan kebutuhan masyarakat, khususnya dunia usaha dan dunia industri untuk hari ini dan masa depan.
Menurut Prof Nizam, perguruan tinggi harus lebih agile dan adaptif terhadap dunia kerja yang berkembang sangat cepat. Perkembangan teknologi sangat eksponensial pertumbuhannnya, sehingga bisa jadi lulusan perguruan tinggi ilmunya sudah tidak relevan lagi dengan dunia kerja yang dimasuki empat tahun ke depan.
“Karenanya kita harus bersama-sama dengan dunia kerja dan masyarakat dalam menyiapkan para mahasiswa yang ilmunya nyambung dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri. Inilah semangat Kampus Merdeka, yaitu memastikan pendidikan itu relevan dengan dunia kerja dan masyarakat yang secara dinamis terus berubah,” ujar dia.
Di Kampus Merdeka, menurut Prof Nizam, mahasiswa mempunyai kesempatan untuk meramu kompetensinya dalam tiga semester dari delapan semester di PT untuk belajar di luar program studinya. Ini untuk membuka wawasan dan membangun kompetensi mahasiswa di luar program studinya.
“Dari tiga semester itu, dua semester di luar perguruan tinggi untuk belajar melalui kampus kehidupan, bisa melalui pertukaran mahasiswa baik nasional maupun internasional, bisa melalui magang di industri maupun tempat kerja, bisa mengikuti sertifikasi-sertifikasi kompetensi micro yang sangat dibutuhkan industri, bisa juga mengikuti program-program kemanusiaan misalnya mengatasi bencana dan membantu masyarakat mengatasi stunting atau membangun desa, atau kewirausahaan ataupun penelitian. Jadi banyak sekali ruang bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilannya baik softskill dan hardskill-nya di luar kampus atau kampus kehidupan,” tutur Prof Nizam.
Usai melakukan penandatanganan MoU, acara seremonial dilanjutkan dengan Penyerahan Lukisan dari Ketua Umum LKN Ir Samsul Hadi kepada Ketua Pembina Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal Jakarta KGPH H. Soeryo Soedibyo Mangkoehadiningrat.
Kemudian disusul dengan Pembaretan Komenwa yang dilakukan oleh Dewan Pembina Komenwa Indonesia Laksda TNI Purn. Dr. Suryo Wiranto SH, MH kepada Ketua Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal Jakarta Dr. Ir. Sugeng Riyono M.Phil dan Rektor ISTA Dr Ngasiman Djoyonegoro M.Han.
Acara diakhiri dengan Launching Mobil Listrik karya mahasiswa ISTA.


