Jakarta, TopBusiness – PT Sasa Inti merupakan perusahaan bumbu dapur terdepan di Indonesia yang berdiri pada 1968. Sebagai bagian dari PT Rodamas, PT Sasa Inti kini sudah berkembang tidak hanya memproduksi MSG atau penyedap rasa, tapi juga produk lain yakni Tepung Bumbu dan Santan Cair.
Pada 2022 lalu, market share value produk PT Sasa Inti di Indonesia untuk MSG sudah 46 persen, naik dari posisi 2021 dan 2020 yang masing-masing sebesar 45 persen. Sedangkan produk Tepung Bumbu pada 2022 mencapai 36 persen, turun dibanding 2021 sebesar 38 persen dan 36 persen pada 2020.
Untuk produk Santan Cair pada 2022 sebesar 18 persen, naik ketimbang 2021 yang sebesar 16 persen dan 15 persen pada 2020. “Untuk pasar internasional ini dijalankan oleh unit bisnis yang lain yakni PT Rodamas Inti International,” kata Rida Atmiyanti, S. Psi, MM, Head od Stakeholder Relation PT Sasa Inti dalam presentasi penjurian TOP CSR Awards 2023 yang dilakukan secara daring, Selasa (14/3/2023).
Produk Sasa Inti juga tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dan bahkan merambah pasar internasional. Produk Sasa saat ini sudah hadir di 14 negara di Asia, 18 negara Afrika, empat negara di Eropa, tiga negara di kawasan Australia, tiga negara di Amerika utara, dan satu negara di Afrika Selatan.
Perusahaan ini memiliki misi membawa kebahagiaan kepada semua orang melalui makanan yang mudah dibuat, lezat, dan sehat. PT Sasa Inti tahun 2022 memulai komitmen untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dengan membuat Sustainability Report.
“Sehingga, tahun ini kami dapat menyampaikan kinerja operasional, keuangan, lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG). Ini upaya kami yang semakin mantap dalam berinisiatif untuk memastikan bahwa kami akan terus memproteksi keberlanjutan bersama Sasa,” tutur Rida dalam presentasinya yang berjudul CSR Innovation Programs for Sustainable Business Growth.
Hadir pula dalam penjurian ini, Ita Farina Wardojo selaku CHRO Group (Direksi Rodamas yang menaungi bagian CSR, Agus Sudarmono (GM HR Operation), Supriyanto ( HRGA Manager Plant Gending, Wisnuaji (HRGA Manager Plant Cikarang), Linda (HR Manager Plant Minahasa Selatan), Fenny Kusnaidi (Brand Director), Nanda Rahmanu (Head of Digital Marketing), Ridwan Nurfalah (Head of IT), Michael Vieri (Stakeholder Relation Staff), dan Lokita (GA Staff).
Meskipun diadang pandemi covid-19 sejak 2020, menurut Rida, bisnis Sasa mampu tumbuh berkelanjutan karena peran digitalisasi. “Masa pandemi membuat kami lebih kreatif. Kami tetap bisa tetap bisa jualan dan menjalankan bisnis, walau hanya dari rumah. Ini karena peran digital yang sangat penting,” tuturnya
Pelibatan Pemangku Kepentingan
Dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), PT Sasa Inti sangat memperhatikan para pemangku kepentingan atau stakeholder, baik kelompok ataupun individu yang terdampak dari kegiatan operasional perusahaan.
Pemangku kepentingan ini juga yang memiliki dampak secara langsung atau pengaruh yang besar terhadap keberlanjutan perusahaan saat ini maupun di masa mendatang.
Para pemangku kepentingan ini terbagi dua yakni stakeholder internal dan eksternal. Untuk internal terdapat pemegang saham dan karyawan, sedangkan eksternalnya ada pelanggan, regulator, media, supplier/vendor, dan masyarakat.
Untuk yang terkait stakeholder pemegang saham, PT Sasa Inti selalu melibatkan pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, RUPS sirkuler dan RUPS luar biasa yang dilaksanakan minimal setahun sekali.
Pelibatan pemegang saham ini juga dilakukan dalam kegiatan kunjungan kerja, serta komunikasi dengan pemegang saham melalui surat resmi, audiensi dan digital platform sesuai kebutuhan.
Ada beberapa respons dan tindak lanjut dari RUPS tersebut, misalnya adalah penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) perusahaan, pelaporan kinerja rutin sesuai dengan kebutuhan, serta penyampaian informasi melalui laporan tahunan dan laporan keberlanjutan.
“Inisiatif CSR yang dilakukan terkait pemegang saham ini berupa digitalisasi seluruh aspek bisnis, mulai penjualan, awareness dan ketenagakerjaan,” ujar Rida.
Untuk kebijakan CSR yang terkait regulator, menurut Rida, fungsi manajemen adalah membangun bisnis yang patuh terhadap aturan, perizinan, serta mendiskusikan jika ada kendala-kendala usaha.
“Biasanya kami ke Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian ESDM, Kementerian Perdagangan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),” kata dia.
Untuk mempermudah kegiatan operasional pabrik PT Sasa Inti, manajemen memiliki hubungan yang erat dengan pemerintah daerah di mana pabrik berada. Ada tiga pabrik PT Sasa Inti yakni di Probolinggo (Pabrik Gending), Cikarang, dan Minahasa Selatan (Minsel).
“Untuk bisa tembus ke pemerintahan, kami biasanya juga melalui asosiasi yakni P2MI, GAPMMI, Kadin, dan Apindo,” ujar Rida.
Stakeholder berikutnya yang juga menjadi tanggung jawab PT Sasa Inti adalah pelanggan. Kegiatan yang dilakukan antara lain layanan respon pengaduan terpusat, survei indeks kepuasan pelanggan, dan kegiatan customer gathering yang rutin dilaksanakan PT Sasa Inti. Ada tiga aspek yang diperhatikan dalam hal ini, yakni kandungan produk, keamanan produk, dan peningkatan kualitas produk.
Inisiatif CSR yang dilakukan Sasa untuk pelanggan adalah dengan memastikan seluruh kandungan gizi yang terdapat di dalam produk Sasa sudah didaftarkan ke BPOM dan tertera dalam kemasan produk.
“Produk yang dibuat selalu dicek komposisi dan keamanan untuk menjaga kepercayaan pelanggan terhadap kualitas dan keamanan produk,” kata Rida.
Mulai November 2020, kata Rida, Sasa me-launching dua produk fortifikasi atau produk yang sudah ditambahkan vitamin dan mineral, serta tidak hilang meskipun sudah digoreng. Produk yang sudah mendapat tambahan vitamin dan mineral adalah Sasa Tepung Bumbu dan Sasa Santan.
Sasa Tepung Bumbu Serbaguna Original terbuat dari berbagai kombinasi rempah pilihan yang dapat menghasilkan gorengan dengan kaya rasa, krispi, dan memiliki aroma yang khas dari bumbunya. Tepung serbaguna ini sangat praktis dan mudah digunakan tanpa perlu menambahkan tambahan bumbu lainnya.
Untuk keamanan pangan, semua produk Sasa sudah bersertifikat halal MUI, MD-BPOM, Kementerian Kesehatan dan FSSC 22200.
Sasa juga membuka layanan keluhan pelanggan melalui website dan media sosial Sasa.
Sedangkan terkait dengan stakeholder karyawan, Sasa menerapkan CSR dengan berupaya comply dengan aturan pemerintah sesuai dengan UU. Inisiatif CSR yang dilakukan antara lain melakukan evaluasi kegiatan CSR berdasarkan dengan value CARE (Courage, Action-oriented, Respectful, Enthusiastic).
Seluruh proses di pabrik sudah memiliki SOP K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). “Achievement-nya adalah pabrik di Cikarang sudah mendapatkan ISO tentang keselamatan kerja,” kata Rida.
PT Sasa Inti juga melakukan medical check up rutin kepada karyawan pabrik, vaksinasi Covid, donor darah, program asuransi kesehatan BPJS, pembagian vitamin dan air jahe, serta adanya satgas di pabrik dan kantor pusat.
“Kami juga memiliki program pelatihan pengembangan untuk seluruh karyawan,” ucap Rida.
Di PT Sasa Inti juga tidak ada diskriminasi gender pada proses rekrutmen karyawan maupun pemilihan pimpinan di organisasi. “Ini bisa dibuktikan dengan jajaran direksi kami semua perempuan kecuali presiden direktur yang laki-laki. Begitu pun sampai level bawah, dari level manajerial dan karyawan kami tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan,” paparnya.
PT Sasa Inti juga membuka saluran bagi siapapun untuk memberi masukan/laporan/indikasi fraud/ide perbaikan melalui saluran Peduli Rodamas.
Pemangku kepentingan lainnya yang juga menjadi tanggung jawab PT Sasa Inti adalah Media. Pihaknya selalu berupaya melakukan komunikasi dengan media melalui press release, press conference, wawancara. dan lainnya.
Untuk lebih mendekatkan diri dengan media, PT Sasa Inti menyelenggarakan media gathering, kunjungan media, termasuk juga cooking class bersama media.
Stakeholder selanjutnya adalah vendor atau supplier. Tiga pabrik PT Sasa Inti saat ini selain menggunakan bahan baku impor, juga ada bahan baku dari dalam negeri yang dipasok para vendor lokal. Produk yang dipasok vendor misalnya tetes tebu untuk MSG, kelapa untuk produk santan, serta cabe untuk produk saos cabe dan sambal terasi.
Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan bersama vendor antara lain supplier gathering, budidaya lebah tanpa sengat, serta pemberdayaan petani kelapa.
“Budidaya lebah tanpa sengat ini juga menjadi rangsangan bagi kelapa untuk berbuah lebih lebat karena bantuan lebah. Kami memang dalam tahap ujicoba, tapi ternyata hasilnya cukup bagus,” ujar Rida.
Sedangkan untuk stakeholder masyarakat, PT Sasa melakukan konsultasi publik melalui musyawarah sesuai kebutuhan mereka. “Kami melaksanakan program TJSL sesuai dengan permasalahan, kebutuhan dan potensi yang ada di masyarakat sekitar wilayah pabrik,” kata dia.
Inisiatif CSR yang dilakukan PT Sasa Inti untuk masyarakat ini terkait 3 P (People, Profit dan Planet). Untuk People ada program Pendidikan (bangun sekolah, sekolah adiwiyata, edukasi gizi) serta Kesehatan (donor darah, posyandu, dan Ayo Cegah Stunting). Sedangkan yang terkait Profit ada program Pemberdayaan UMKM dan Sasa Saham.
Untuk program CSR terkait Planet antara lain pengelolaan limbah, penanaman pohon, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Tiga pabrik PT Sasa Inti di Gending, Minahasa Selatan dan CIkarang sudah mengantongi Proper Biru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).