Jakarta, TopBusiness – Memperingati Dirgahayu 78 Tahun Indonesia, Forum Sinergi Inovasi Industri (FSII) melalui wadah bersamanya, Forum of Failure Analysis for Industry (FFAI), menyelenggarakan diskusi dengan tema “Upaya Pemahaman Failure Analysis dalam Peningkatan Daya Saing Industri Indonesia”.
Diskusi yang digelar di Technologi Business and Incubator Center (TBIC), Bogor pada 15 Agustus 2023 ini diisi dengan acara kupas tuntas mengenai Peranan Failure Analysis, termasuk di dalamnya untuk keperluan industrial product development, plant better performance in operation and understanding the cause of material failure.
Ketua Umum FSII Tito Loho menjelaskan, tujuan diskusi ini sebagai langkah aksi sinergitas pemangku kepentingan yang memberikan solusi ke depan atas masalah dan risiko yang dihadapi dalam jangka panjang. Selain itu, hasil diskusi ini akan menjadi jaminan penanggung risiko untuk kepastian ilmiahnya, serta harus menjadi pijakan bersama yang kuat terkait keberlanjutan industri yang utuh dari hulu ke hilir.
Dalam sambutannya, Tito menyampaikan, FSII terus berupaya untuk mempersiapkan dan mendukung era masa depan yang mau tidak mau akan kita hadapi. “Upaya tersebut di antaranya melalui sinergi kegiatan dalam bentuk seminar dan diskusi ini dengan sasaran utama terkait dengan sinergi semua pemangku kepentingan tantangan global,” ujar dia.
Tito berharap dengan dialog ini bisa mensinergikan semua potensi “merah putih”, mengurangi tumpang tindih solusi serta bagaimana langkah mensinergikannya dalam masalah industri yang dihadapi ke depannya.
“Upaya sinergi ini mempunyai arah tujuan sama antara Industri, ahli dan fasilitas melalui pembicara-pembicara yang kompeten di bidangnya untuk menjadi solusi praktis dan menjadi langkah aksi detail dalam kegiatan selanjutnya,” tutur dia.
BRIN Dorong Riset Swasta
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. R. Hendrian M.Sc. yang diwakili Koordinator Pemanfaatan Riset dan Inovasi Tekat Iman M.Si. dalam pengarahannya menyampaikan, kegiatan BRIN saat ini terus berbenah dalam penyatuan beberapa lembaga untuk mengurangi duplikasi riset. Peningkatan peran dan kontribusi swasta dalam beberapa program yang direncanakan juga terus diupayakan dalam rangka sinergi dan integrasi untuk mengurangi tumpang tindih kegiatan riset dan inovasi yang dilakukan.
Selain itu, lata Tekat, BRIN juga telah mendukung riset bersama dari berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta yang diwadahi dalam sebuah “rumah program” bidang tertentu dan mempunyai arah sama, serta didukung oleh beberapa sumber daya dari berbagai potensi secara bersama sama.
Sementara itu, Pembina FSII dan Cofounder PT. Cipta Mikro Material (CmiM) Pudji Untoro dalam paparannya menyampaikan pendahuluan tentang perlunya memahami failure analysis mengapa diperlukan dan bagaimana terjadinya di Industri. Selain disampaikan juga penyebab umum kegagalan dan mekanismenya dan disampaikan beberapa studi kasus dari berbagai failure yang terjadi dan analisanya.
Selanjutnya, Dr.-Ing. Arbi Dimyati secara lebih detail menyampaikan studi kaus lain yang memerlukan dukungan alat khususnya Scanning Electron Microscope (SEM) yang biasanya dilengkapi dengan Energy Disperssive Spectrometry (EDS) dan Trasmission Electron Microscopy (TEM) yang dapat secara sangat detail melihat penyebab awal kerusakan material, proses maupun produk dan langkah perbaikan proses industrialisasi lebih lanjut.
Menurut Arbi, Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian (B4T-Kemenperin) dan Balai Besar Sandarisasi & Pelayanan Jasa Industri Tekstil, sebagai balai besar pelayanan melaksanakan tugas sesuai peraturan Menteri Perindustrian No: 43/M-IND/PER/6/2006 tanggal 29 Juni 2006. Yaitu melaksanakan pemeriksaan bahan dan barang teknik yang terbuat dari logam atau nonlogam, mengkaji dan menganalisa kerusakan serta memprediksi perpanjangan umur peralatan, menyusun sistem pemeliharaannya pada perlengkapan, kontruksi, instalasi dan peralatan pabrik serta di industri tekstil.
Dalam melakukan kegiatan inspeksi, kata Arbi, didukung peralatan-peralatan yang mendukung kegiatan-kegiatan: Asesmen Reliability dan Remaining Life Time peralatan dan bangunan Industri, menentukan material peralatan industry, QA/ QC fabrikasi peralatan dan bangunan Industri, menentukan daerah kritis pada peralatan dan bangunan industri, dan menentukan program perawatan peralatan dan bangunan industri.
“Pengujian dan analisis failure pada material tekstil dimulai dari serat, benang dan kain, serta garmen untuk dapat memberikan solusi permasalahan yang dihadapi pada industri tekstil di Indonesia,” kata Arbi.
Sementara itu, Direktur Kelembagaan dan Sumber Daya Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Ir. Nicodemus Daud M.Si yang diwakili Disaintina Ari Nusant ST., M.M. menyampaikan pentingnya pemahaman analisis dan urgensi penerapan standardisasi sumber daya material konstruksi dalam peningkatan daya saing industri konstruksi Indonesia.
Implementasi Industri Langsung
Acara diskusi FSII dilanjutkan dengan presentasi Faturrahmi Dasril, Vice President Research and Technologi PT Krakatau Steel. Dia memaparkan beberapa contoh cacat atau kegagalan dari proses/produk di pabrik pembuatan dan pengerolan baja. Rahmi menilai dengan dukungan fasilitas dan inspeksi yang lengkap akan dapat menyelesaikan persoalan failure yang dihadapi industri baja secara mandiri.
Sementara Alphadian Prasetya dari PT Sucofindo menyampaikan soal penyebab kerugian terbesar akibat 100 kejadian kecelakaan di industri hidrokarbon sampai dengan tahun 2021 yang menimbulkan kerusakan properti dan kerugian usahanya terutama disebabkan oleh kegagalan integritas mekanis, yang merupakan salah satu elemen dalam Process Safety Management (PSM).
Ichwanul Muttaqin menambahkan soal partisipasi karyawan, operasi dan prosedurnya, studi identifikasi bahaya, training, audit kepatuhan dan lainnya yang juga harus menjadi perhatian dalam rangka pemahaman yang komprehensif agar tidak terjadi di kemudian hari.
Andrian dari PT Kota Minyak lebih menekankan pentingnya penguasaan proses total secara mandiri mulai awal menerima pekerjaan yang dilanjutkan dengan engineering dan procurement, QA & QC sampai dengan pabrikasi cukup banyak kegiatan yang memerlukan ketelitian tinggi. “Ini dilakukan untuk menghindari adanya hasil yang gagal yang secara industri dapat menimbulkan kerugian yang jumlahnya bisa sangat besar,” kata dia.
Di samping itu, kegiatan-kegiatan mulai dari material handling, konstruksi, finishing, acceptance test dan terakhir packing dan shipping juga harus menjadi perhatian untuk terhindarnya kegiatan failure yang juga dapat menimbulkan kerugian.
Forum diskusi ini ditutup dengan kunjungan laboratorium PT. CMiM dan uji berkendara motor listrik United.
Kegiatan FFAI tersebut sebagai awal sinergi para pemangku kepentingan yang diharapkan ke depan juga diikuti para pelaku industri bidang lainnya. Melalui pemahaman failure analysis ini juga diharapkan dapat mendukung program peningkatan daya saing industri nasional menuju Indonesia Emas 2045.