Jakarta, TopBusiness – Di tengah bisnis pasca Covid-19 yang masih belum kembali ke kondisi semula, Perumda BPR Bank Sumedang (Bank Sumedang) tergolong sukses dalam mempertahankan tren positif dalam kinerja bisnisnya. Alih-alih jadi hambatan, kondisi bisnis yang masih belum pulih pasca Covid-19 justru menjadi tantangan bagi Bank Sumedang.
Demikian seperti diungkap Yanti KD, Direktur Utama Bank Sumedang saat hadir di sesi wawancara penjurian TOP BUMD Awards 2024 yang digelar secara virtual, Senin (4/3/2024).
“Bahwa saya lihat bisnis itu pada saat setelah Covid-19 tidak kembali kepada semula, tetapi justru ada hal tantangan yang lebih lagi yang harus kita sikapi, sehingga bisnis ini harus terus berjalan dengan aman, selamat, dan berkembang secara seimbang,” ujar Yanti.
Untuk diketahui, Bank Sumedang memiliki visi, yakni menjadi BPR yang yang handal dan terpercaya. Adapun misinya, terdiri dari empat persepektif, antara lain Perspektif Finansial, Perspektif Bisnis, Perspektif Konsumen, dan Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
Sebagai sebuah bank, Yanti menegaskan bahwa kehadiran Bank Sumedang harus memiliki kemanfaatan, mencapai laba yang diinginkan, supaya bisa membantu pemerintah sebagai agent development, serta sebagai sumber pendapatan asli daerah.
“Dan yang tidak kalah pentingnya (adalah) bahwa pelayanan ini harus terus ditingkatkan supaya menjadi bank yang tidak tertinggal dari bank umum, dikarenakan sekarang ini masyarakat sudah tidak bisa membedakan lagi mana bank umum, mana bank perekonomian rakyat/bank perkreditan rakyat. Tetapi mereka memiliki keinginan/memiliki persepsi bahwa ini pelayanan harus sama dengan bank umum,” ungkap Yanti.
Lebih lanjut Yanti juga menekankan pentingnya pertumbuhan pembelajaran bagi karyawan, agar tetap memiliki pengetahuan yang memadai supaya pada saat mereka kerja di hal apa pun di bisnis mereka tetap bisa mengimbangi.
Strategi Bisnis
Sama seperti perusahaan perbankan umumnya, Bank Sumedang memiliki sejumlah aktivitas. Dikatakan Yanti, aktivitas Bank Sumedang antara lain menghimpun dana dari masyarakat, memberikan kredit juga kepada masyarakat dan ASN.
“Kemudian yang tidak kalah pentingnya di era digitalisasi ini kita harus melakukan kerja sama dengan bank umum dan apa pun karena kita terbatas sebagai lalu lintas pembayaran, tetapi tuntutan masyarakat tetap BPR ini harus memiliki layanan yang sama dengan bank umum sehingga tidak terhindarkan. Kolaborasi dengan bank mana pun harus tetap kita jalin supaya tuntutan tersebut harus bisa kita jawab. Karena survey Bank Dunia, mengatakan bahwa satu tantangan BPR itu belum bisa melayani 7 x 24 jam, insya Allah Bank Sumedang termasuk salah satu di nasional yang sudah mampu menjawab tantangan tersebut,” ujar Yanti.
Adapun aktivitas perusahaan lainnya adalah penempatan dana di lembaga lain, serta membantu Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam mengoptimalisasikan penyaluran dana, termasuk dana-dana sosial yang harus kita harus kita salurkan kepada masyarakat, (seperti) BLT dan lain sebagainya.
“Alhamdulillah BPR berperan dan pada saat BPR diberikan peran tersebut Pemda Sumedang merasa puas, dikarenakan bisa melayani sampai kepada masyarakat dengan cepat tanpa ada permasalahan,” papar Yanti.
Masih dari aktivitas bisnis, Bank Sumedang juga membantu pemerintah desa dalam fungsi pemegang kas desa, serta menjalankan usaha lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Nah, selanjutnya guna menopang aktivitas bisnis tersebut, Bank Sumedang mencanangkan sejumlah strategi bisnis, yang pertama adalah Penguatan Branding.
“Ini (penguatan) branding juga penting, dikarenakan percepatan daripada pesaing itu sangat tinggi dan dinamis, kalau BPR tidak menguatkan branding melalui fitur-fitur yang kami sediakan baik produk maupun pelayanan digital tentu kita akan ketinggalan. Dan (dalam) penguatan branding ini saya juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat pada saat tahun 2023 secara gencar. Kemudian juga melakukan promosi-promosi pada bulan-bulan terttentu supaya masyarakart yang membutuhkan terhadap akses kredit ataupun itu bisa cepat merespon karena terangsang karena adanya promosi-promosi,” kata Yanti.
“Kemudian yang tidak kalah pentingnya, adanya sosialisasi kepada masyarakat, literasi kepada masyarakat. Jadi masyarakat tidak hanya menikmati produk yang lebih penting masyarakat mengerti kemanfaatan produk, risiko produk, sehingga pada saat mereka betul-betul menginginkan produk tersebut bukan karena terintervensi oleh lembaga lain atau bukan karena BPR ini milik pemda, tetapi justru karena produk-produknya yang sangat bermanfaat. Dan juga kami mencegah bagaimana ruang batas rentenir tereleminir, sehingga sosialisasi, literasi ini penting. Jadi, bank bukan hanya fungsinya menyalurkan, menghimpun dana tetapi juga ada fungsi edukasi dan literasi,” sambungnya.
Masih dari strategi bisnis yang diusung, Bank Sumedang juga melakukan kerja sama dengan bank lain, seperti dengan BJB, Bank Permata, dan BPR lainnya dalam melakukan kredit sindikasi. Lalu, Bank Sumedang juga melakukan edukasi dan literasi. Kemudian strategi bisnis lainnya, yaitu menguatkan kredit usaha rakyat daerah.
“Kemudian strategi bisnis lainnya, kami juga memberikan kredit konstruksi pengadaan barang dan jasa, di mana saya yakin bahwa bilamana APBD diserap oleh masyarakart oleh pengusaha tentu ini akan berdampak pada bergulirnya keuangan di daerah yang akhirnya membangkitkan UMKM. Kami juga mengadakan kredit kepada kontruksi barang dan jasa, yang jelas pengusahanya adalah pengusaha UMKM yang memang bukan pegawai negeri,” tandas Yanti.
Selain itu, Yanti juga mengatakan bahwa Bank Sumedang melakukan kerja sama dengan Water.org untuk pemberian kredit untk memfasilitasi air bersih dan prasarananya.
Kinerja dan Kontribusi
Sebelum membahas soal kinerja perusahaan, dalam kesempatan ini Yanti juga sempat mengungkap terkait bakal berubahnya status Bank Sumedang. Disebutkan bahwa Bank Sumedang akan segera berubah dari Bank Perkreditan Rakyat menjadi Bank Pereknomian Rakyat. Adapun proporsi usaha Bank Sumedang, dari laba yang diperoleh, sebesar 55% dialokasikan untuk PAD, 3% untuk CSR dan 42% untuk penguatan lembaga.
Bicara kinerja bisnis, secara singkat disebutkan bahwa berdasarkan target dan realisasinya, seperti dalam pemberian kredit, penempatan dana, penghimpunan dana, total beban, dan juga total pendapatan, Bank Sumedang dikatakan masih di ambang batas dan memiliki ROA yang sangat tinggi, dan BOPO yang rendah.
Selain itu, Bank Sumedang juga berhasil menaikkan nilai asetnya pada dua tahun terakhir, yakni dari tahun 2022 ke tahun 2023. “Ini pertumbuhan aset Bank Sumedang dari Rp346 miliar ke Rp373 miliar tahun 2023. Kami tetap tumbuh Alhamdulillah,” ujar Yanti.
Pun dari sisi penghimpunan dana, tahun 2022 ke tahun 2023 juga mengalami pertumbuhan, diikuti dengan tabungan, kredit yang diberikan, dan deposito juga tumbuh. Hampir semuanya tercapai targetnya, hanya laba saja yang tidak tercapai targetnya, dengan deviasi 4%-an.
“Dan ini adalah komposisi modal dan laba perusahaan, pada tahun 2023 kami mencetak laba Rp16,853 miliar, laba bersih Rp13,085 miliar dan PAD Rp7,196 miliar,” tandasnya.
Adapun dari sisi target dan realisasi pendapatan, pada tahun 2022 dengan Rp59 miliar, Bank Sumedang merealisasikan Rp58 miliar.
“Tetapi jumlah pelanggan Alhamdulillah kita bertambah terus. Ini di tahun 2023, target Rp60 miliar, terealisasi Rp60,661 miliar, tetapi jumlah NOA naik dari 38 ribu menjadi 39 ribu,” ungkap Yanti.
“Kinerja kami terus dipacu meskipun tidak maksimal, tetapi bila dibandingkan dengan rata-rata industri BPR milik Pemda, BPR Milik swasta, insya Allah kami memiliki pertumbuhan yang cukup baik,” sambungnya.
Berkaitan dengan inovasi yang dilakukan, Bank Sumedang telah melakukan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan layanannya, seperti menambah gerai ATM, menambah fitur layanan digital dengan BOS Pay, yang memungkinkan transfer dana dengan sesama nasabah BPR bisa dilakukan, juga dengan nasabah-nasabah bank umum melalui virtual account dengan bekerja sama dengan Bank Permata dan BJB.
“Artinya BPR sudah tidak ketinggalan zaman, sudah melakukan bisa transfer dana dengan luar BPR sendiri. Kemudian juga kami menerbitkan QRIS terhadap merchant-merchant yang sudah bekerja sama, sehingga siapa pun nasabah kami bilamana memiliki pembayaran itu secara digital bisa dilakukan, ini sudah dilakukan oleh Bank Sumedang,” ujar Yanti.
Termasuk dalam inovasi dalam pelayanan, Bank Sumedang juga melakukan literasi dan edukasi, serta melakukan investasi di sektor SDM dengan cukup maksimal.
Sementara kaitannya dengan Kebijakan Tata Kelola Perusahaan, dalam hal ini Bank Sumedang telah menerapkan prinsip TARIF (Transparency, Accountability, Responsibility, Independence, Fairness), dengan melakukan dengan nilai-nilai perusahaan, yaitu jujur, tanggung jawab, disiplin, prudent, kerjasama, peduli, dan semangat.
“Dan Alhamdulillah bahwa terkait dengan nilai komposit kami bisa tetap jaga. Ini dilakukan semata-mata bagaimana perusahaan bisa tumbuh dengan baik tetapi memiliki nilai tingkat kesehatan yang memadai,” ujar Yanti.
Terakhir, tidak ketinggalan Yanti juga mengungkap sejumlah kontribusi yang diberikan Bank Sumedang kepada pemerintah daerah. Tidak hanya berupa PAD, kontribusi juga diberikan Bank Sumedang dalam bentuk lainnya.
“Perlu saya sampaikan bahwa kontribusi BPR Sumedang kepada pemerintah daerah yaitu memberikan pendapatan asli daerah sebesar Rp7.196.000.000,” ujar Yanti.
Selain itu, Bank Sumedang memberikan CSR sebesar 3%, juga turut serta di dalam stimulant percepatan perekonomian daerah melalui pemberian kredit KURDa bagi UMKM, kemudian mendukung pembangunan melalui kredit SIBAJA (konstruksi dan pengadaan barang jasa), kemudian membantu program akses air minum dan sanitasi melalui kredit SEHATI, juga membantu menyalurkan program Bantuan Langsung Tunai kepada 5.155 keluarga penerima manfaat.
“Artinya, Pemda sendiri, masyarakat sendiri sudah benar-benar menggunakan BPR Bank Sumedang dan mengerti bahwa Bank Sumedang merupakan salah satu BUMD yang diandalkan di kabupatennya,” pungkas Yanti.
Editor: Busthomi