Jakarta, TopBusiness – Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) sukses mencatatkan kinerja positif dari tahun ke tahun. Hal ini tak lepas dari ragam inovasi yang telah dilakukan, dua diantaranya yakni Tagto dan Putroe. Kedua inovasi tersebut sukses mencuri perhatian dan mendapat apresiasi baik di Tingkat daerah maupun di kancah nasional.
“Terobosan dan inovasi di bidang layanan pelanggan kami memiliki 22 produk inovasi RSUDZA yang kita ikutkan ke berbagai event baik tingkat regional maupun tingkat nasional,” ungkap Wakil Direktur Pengembangan Sumber Daya Manusia, dr. Arifatul Khoirida, MPH, saat mengikuti wawancara penjurian TOP BUMD Awards 2024 secara daring, Rabu (13/3/2024).
“Alhamdulillah salah satunya adalah inovasi Tagto, Terapi Ablasi Gondok Tanpa Operasi mendapatkan predikat Top Terpuji 45 Tahun 2022 dan Inovasi Putroe yang berarti minum obat setiap hari untuk pasien TBC itu mendapatkan Juara 2 tingkat nasional yang diselenggarakan oleh BPjs,” lanjut dr. Arifa.
Inovasi TAGTO merupakan program layanan terapi ablasi gondok tanpa obat-obatan hingga operasi.
dr. Arifa mengatakan jika selama ini penyembuhan gondok atau tiroid jinak menggunakan obat-obatan hingga operasi. Melalui inovasi tersebut, masyarakat (pasien) dapat meminimalisir rasa sakit dan efek samping dengan pembiayaan oleh pemerintah (Program Jaminan Kesehatan Nasional).
Sedangkan inovasi PUTROE berasal dari Bahasa Aceh Pajoh Ubat Tiep Uroe yang berarti minum obat setiap hari. Putroe merupakan layanan khusus bagi pesien TBC (Tuberkulosis) berbasis aplikasi Whatsapp. Melalui inovasi tersebut dapat memantau pasien untuk meminum obat secara rutin tanpa harus datang ke rumah sakit.
Dalam presentasinya berjudul Penguatan Tata Kelola dalam Membangun Kinerja Bisnis dan Layanan RSUD dr. Zainoel Abidin, dr. Arifa juga menjelaskan inovasi bisnis yang tak kalah menarik yakni Ketan Durian (Kendali Kegiatan Dokter Spesialis dalam Bingkai Pelayanan).
“Ini adalah contoh inovasi dan perbaikan sistem atau inovasi bisnis yang kita laksanakan. Karena RSUDZA core businessnya adalah pelayanan medis, ada salah satu inovasi kita yang namanya “Ketan Durian”. Ini merupakan salah satu kuliner khas yang sangat enak tapi singkatannya adalah Kendali Kegiatan Dokter Spesialis dalam Bingkai Pelayanan,” jelasnya.
Inovasi tersebut, masih menurut Ira, merupakan upaya RSUDZA memberikan layanan terbaik melalui dokter spesialis sehingga semua pasien mendaptkan layanan pengobatan terbaik berdasarkan kebutuhan atau keluhannya.
“Perlu diketahui dokter spesialis merupakan faktor kunci pelayanan di rumah sakit sehingga kedisiplinan, kehadiran para dokter spesialis ini menjadi faktor penentu mutu sistem pelayanan kita,” kata dr. Arifa.
“Manfaat dari layanan Ketan Durian ini salah satunya sebagai bentuk monitoring dan evaluasi (monev) dari Top Manajemen untuk kegiatan pelayanan berjalan setiap hari. Kemudian sebagai monev kegiatan dokter spesialis. Kemudian untuk mengetahui dokter yang bertugas sehingga masyarakat dapat memilih kapan dan dengan siapa masyarakat akan berobat,” imbuhnya.
Kinerja Tumbuh
Ragam inovasi layanan yang dimiliki RSUDZA membawa dampak terhadap peningkatan kinerja bisnis Perusahaan. Hal ini terbukti dari catatan yang menunjukan peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun. Bahkan peningkatan tersebut melebihi dari target yang ditetapkan.
“Alhamdulillah sejak tahun 2019 hingga 2023 menunjukan capaian yang terus meningkat dari tahun ke tahun. (Untuk nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan) Dari nilai BB menjadi A, dari skor (capaian) 76 menjadi 80,51,” beber dr. Arifa.
“Ini mengindikasikan bahwa RSUDZA telah mengintegrasikan seluruh sistem perencanaan, penganggaran dan pelaporan kinerja yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan di rumah sakit,” lanjutnya.
Selain itu, Opini WTP yang diraih RSUDZAmenunjukkan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Adapun kinerja keuangan, lanjut dr. Arifa, RSUDZA juga menunjukan performa baik yang nampak dari CRR (Cost Recovery Rate) dan Kemandirian RSUDZA dari tahun 2022 hingga 2023.
“Adapun kinerja keuangan tahun 2022 dan 2023 dilihat dari dua indikator yaitu CRR dan juga kemandirian. Dari tahun 2022 dan 2023 CRR RSUDZA menunjukan besarnya kemampuan RSUDZA dalam menutup biaya dengan penerimaannya dari retribusi pasien atau dari revenue pelayanan,” papar dr. Arifa sambil menampilkan slide capaian kinerja kepada dewan Juri.
“Grafik tersebut menunjukkan capaian CRR RSUDZA melampaui target yang menunjukkan bahwa kemampuan RS dalam menutup biaya adalah baik,” imbuhnya.
Dari sisi Kemandirian BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) yang diukur berdasar persentase kemampuan RS dalam memenuhi seluruh belanja operasional dan investasi dari pendapatan operasional. Capaian Kemandirian RS lebih dari 70% dikategorikan Mandiri. Di mana Realisasi kemandirian RSUDZA telah melampaui target. Bahkan pada Tahun 2022 RSUDZA dikategorikan sebagai BLUD MANDIRI.
Tak hanya itu, kinerja penjualan (layanan pelanggan) RSUDZA menunjukan kinerja positif yang tumbuh signifikan. “Pelanggan dari tahun 2022 hingga 2023 Alhamdulillah terus meningkat dengan persentase yang sangat baik lebih dari 100 persen. Dari target 326000 (pelanggan) di 2022 kita realisasikan menjadi 445898. Dan tahun 2023 meningkat menjadi 523572 pasien (pelanggan),” tegasnya.
Dari catatan redaksi, tren pendapatan RSUDZA juga menunjukan peningkatan signifikan. Tahun 2022 target sebesar Rp 476 miliar terealisasi sebesar Rp 647 miliar. Pada tahun 2023 target sebesar Rp 549 miliar menjadi (terealisasi) Rp 657 miliar.
Editor: Nurdian