Jakarta, TopBusiness – PT PLN Enjiniring (PLNE) berkomitmen menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau corporate social responsibility (CSR) sebagai upaya untuk mengembangkan diri menjadi perusahaan yang tidak hanya mementingkan bisnis semata.
“Kami terus mengembangkan diri, kami menyadari PLN ini tak bisa atau hanya berproses menjalankan fungsinya di sisi teknikal saja, di sisi Enjiniring saja. Tapi sebagai entitas perusahan kami juga mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk berpartisipasi dengan lingkungan sosial dan stakeholder kami,” ungkap Chairani Rachmatullah Direktur Utama PT PLN Enjiniring saat mengikuti wawancara penjurian TOP CSR Awards 2024 secara daring, Senin (25/3/2024).
Keberhasilan PLNE, lanjut Ani, juga merupakan keberhasilan bersama, khususnya masyarakat dan stakeholder terkait yang telah mendukung keberlanjutan bisnis PLNE. “PLN juga tak akan bisa tumbuh sendirian, PLN harus berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan suatu dukungan dan juga pembelajaran.” Katanya.
“Dukungan dari stakeholder, dari masyarakat, dari lingkungan itu sangat kuat untuk keberhasilan proyek-proyek kami, sehingga memang penguatan suatu korporasi di PLNE yang semula fokus di Enjiniring untuk juga memperhatikan di luar teknik (bisnis), ini menjadi suatu keharusan dan komitmen kami jalankan sejak tahun 2022,” lanjutnya.
Stratgi Bisnis Berkelanjutan
Oleh sebab itu, masih menurut Ani, untuk menjaga keberlanjutan bisnis, PLNE terus berkomitmen untuk menguatkan tata kelola perusahaan yang baik dan efektif, termasuk dalam implementasi program TJSL di PLNE. Ada tiga aspek yang menjadi perhatian PLNE dalam menjaga keberlanjutan bisnis, yakni Penguatan Audit Internal, Penguatan Sistem Laporan Manajemen dan Sistem Manajemen Terintegrasi berbasis Risiko dan ESG.
“Pandangan kami atau strategi kami dalam membangun bisnis berkelanjutan, kami akan mengatakan tiga hal terkait strategi untuk tata kelola, yaitu Penguatan Audit Internal,” kata Ani.
“Dan Alhamdulillah seluruh auditor kami tersertifikasi dan kamai mendapatkan penghargan dari PLN, ternyata kami satu-satunya entitas di PLN Grup yang 100 persen auditornya tersertifikasi,” imbuhnya.
PLNE juga terus melakukan perbaikan sistem laporan manajemen berbasis digital. “Kemudian juga ada penguatan sistem laporan manajemen yang ini kami harus banyak belajar, namun kami sudah melakukan kerjasama dengan konsultan untuk kami bisa membuat sistem laporan manajemen yang berdasarkan digital. Nanti sistem laporan kami akan lebih transparan karena data yang dikelola secara digital dan selalu di-update,” tegasnya.
Terkait dengan manajemen risiko, PLNE telah melakukan restrukturisasi sejak tahun 2020, khususnya direksi yang bertanggung jawab terkait manajemen risiko. “Satu lagi adalah risiko ESG. Sejak tahun lalu 2020 kami punya punya BOD yang khusus memimpin terkait manajemen risiko dan sekarang kami tambahkan di ESG,” jelas Ani.
“Manajemen risiko juga ada di bawah Direktur Keuangan karena memang paling dampak risiko ini adalah lari ke keuangan sehinga kami manajemen risiko ada di bawah Direktur Keuangan,” tegasnya.
Program TJSL Unggulan
Dalam kesempatan tersebut, Chairani Rachmatullah juga memaparkan ragam program unggulan CSR PLNE inspiratif yang memiliki dampak manfaat bagi Masyarakat, khususnya di wilayah operasi perusahaan (ring 1). Terdapat 5 Program TJSL PLNE Tahun 2024 yang sebagian merupakan pengembangan atau keberlanjutan dari program TJSL tahun-tahun sebelumnya.
“Kami membentuk kegiatan TJSL contoh beberapa kegiatan. Ini lima kegiatan untuk tahun 2024. Kami akan melakukan CSR untuk Inkubasi Startup, kemudian Bank Sampah,” jelas Ani sambil menunjuk slide (tabel) program TJSL unggulan PLNE.
CSR Inkubasi Startup, merupakan program Inkubasi Startup yang mampu menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi PLNE, serta sebagai bentuk perhatian lebih Perusahaan terhadap Community Involvement & Development (CID) dan atau Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).
“Startup ini sebenarnya menindaklanjutkan dari sejak tahun 2012 terus berkembang akhirnya kami melihat bahwa kita melihat ke startup,” terangnya.
Program berikutnya yakni Bank Sampah. Program tersebut merupakan aktivitas lingkungan berupa pengelolaan sampah bersama universitas maupun stakeholder terkait. “Kalau Bank Sampah ini baru mulai tahun 2023,” jelas Ani.
Selanjutnya program PLNE Pintar, Berkontribusi pada perbaikan fasilitas pendidikan di wilayah sekitar CNG Bangkanai, Kalimantan Tengah.
CSR Penanaman Mangrove, menjalankan sinergi perusahaan dalam program TJSL terkait lingkungan di lingkungan PLN Grup melalui reboisasi, dan penanaman mangrove.
Kemudian program Kesejahteraan sosial, menjalankan program kesejahteraan dan kepedulian sosial di lingkungan atau daerah sekitar kantor PLNE.
“PLN Pintar ini baru 2024, mangrove ini 2024, kesejahteraan sosial ini sudah setiap tahun kami lakukan, jadi kami mengatur ada kegiatan yang masuk ke dalam (perusahaan) ada kegiatan yang menyangkut kesejahteraan sosial saja ketika kami ber-overlap dengan beberapa unit PLN lain yang ada di sekitar kami,” bebernya.
Tata Kelola CSR
Dalam melaksanakan program TJSL, Katherine Amaranila selaku Sekretaris Perusahaan menjelaskan terkait tata kelola pelaksanaan program TJSL PLNE yang telah tertuang dalam Prosedur Enjiniring No.PE.PLNE.D.02.12 tentang Prosedur Pelaksanaan Program TJSL.
“Dalam melaksanakan program TJSL di prusahaan, kami mengacu pada ketentuan SOP yang di perusahan kami itu dsebut sebagai PE, dan ini adalah No.PE.PLNE.D.02.12. Dalam prosedur tersebut telah mengatur pedoman yang memiliki lingkup mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi sampai dengan pelaporan,” jelas Kathy.
“Sehingga setiap tahapan sudah terstruktur dan tersistem dengan referensi dari meta data berdasarkan Bapenas No.20 thn 2020,” lanjutnya.
Masih menurut Kahty, ada empat tahapan dalam melaksanakan program TJSL agar sesuai dengan asas manfaat dilaksanakannya program tersebut, khususnya untuk keberlanjutan bisnis Perusahaan. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi hingga pelaporan.
“Kami melakukan perencanaan mulai dari mengidentifikasi profil risiko preusahaan sehingga TJSL menjadi mitigasi risiko, untuk risiko yang telah dipetakan. Lalu melakukan social mapping terkait kebutuhan mereka (masyarakat). Kemudian dari pemetaan tersebut dilakukan pemrioritasan terkait rencana TJSL yang akan dilakukan,” jelas Kathy.
“Dari hasil soial mapping yang dilakukan terdapat beberapa program usulan kemudian kami evaluasi dengan mempertimbangkan prioritas dalam tujuan pembangunan berkelanjutan dan memastikan ketercapaian sasarn dengan adanya output dan outcome yang diharapkan perusahan,” lanjutnya.
“Jadi setip periode penyusunan RKAP untuk tahun berikutnya kami melakukan penyusunan kemudian disampaikan kepada VP Anggaran dan Keuangan sehingga program ini sudah melalui proses pengambilan keputusan yang terukur dan wajar,” imbuhnya.
Pada tahap pelaksanaan, PLNE menyusun kegiatan secara komprehensif mulai dari permohonan anggaran hingga laporan pertanggungjawaban. “Pada proses pelaksanaan kami akan mengajukan permohonan anggaran dan kemudian melaksanakan kegiatan tersebut dan mempertanggungjawabkan anggaran dan kegiatan dalam bentuk laporan kegiatan dan berita acara yang ditandatangain oleh kedua belah pihak, baik perusahaan maupun penerima manfaat,” tegasnya.
“(Tahap) Monitoring kami, jadi kami melakukan rekapitulasi hasil pelaksanaan TJSL yang dilakukan setelah pelaksanaan dan juga memperhitungkan dampak Sustainable return on investment atau yang disebut S-Roi di setiap semester,” jelasnya.
“Pelaporan dari seluruh pelaksanan TJSL disusun menjadi bagian dalam laporan manajemen, laporan corporate dan laporan sekretaris Perusahaan,” tegasnya.
Editor: Nurdian