Jakarta, TopBusiness – PT Bank Pembangunan Daerah Bali menjadi salah satu perbankan daerah yang memiliki infrastruktur GRC (Governance, Risk, Compliance) yang lengkap. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjaga kesehatan bank.
Terbukti, berdasarkan penilaian OJK dengan Surat No. SR-36/KO.181/2024 tanggal 18 April 2024 terhadap Tingkat Kesehatan Bank posisi Desember 2023 memperoleh peringkat 2 yang mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
“Dari hasil penilaian internal dan juga penilain OJK seluruhnya tingkat kesehatan bank dalam posisi 2, baik itu profil risiko, kemudian rentabilitas, capital, modal maupun tata kelola,” ungkap I Nyoman Sudharma Direktur Utama BPD Bali saat mengikuti wawancara penjurian TOP GRC (Governance, Risk, Compliance) Awards 2024 secara daring, Rabu (31/7/2024).
Tingkat kesehatan bank ini menjadi salah satu faktor dan bukti bahwa kinerja BPD Bali memiliki komitmen tinggi terhadap implementasi GRC yang berdampak pada reputasi bisnis perusahaan.
“Tingkat kesehatan bank menjadi salah satu daripada fungsi kami dalam rangka mendapatkan perizinan dari lembaga-lembaga lainnya untuk produk-produk baru. Sehingga ini yang kami jaga dan inline dengan topik pembahasan kali ini dengan Governance, Risk, Compliance,” katanya.
“Dan tentunya dari struktur organisasi dan juga pemenuhan kepengurusan hampir sudah lengkap semua Pak, baik dari jajaran direksi maupun jajaran komisaris,” lanjutnya.
Dalam implementasi GRC, lanjut I Nyoman, BPD Bali menggunakan tiga fungsi, yakni fungsi manajemen risiko, kepatuhan dan audit internal. Langkah tersebut merupakan upaya untuk memaksimalkan implementasi GRC agar tujuan bisnis dapat berjalan sesuai target perusahan.
“Dan di dalam penerapan konsep Governance, Risk, Compliance kita menganut tiga fungsi yang kita jalankan yaitu fungsi yang dijalankan oleh manajemen risiko, fungsi yg dijalankan oleh kepatuhan dan fungsi yang dijalankan oleh audit internal yang juga di dalamnya berkaitan dengan unit kerja,” bebernya.
“Ini juga kita kolaborasi dalam bentuk mekanisme check and balance antar seluruh komponen yang ada,” imbuh I Nyoman.
Tak hanya itu, I Nyoman juga menjelaskan bahwa penerapan GRC di BPD Bali telah memenuhi standar nasional, yakni SNI ISO 37001: 2016 dan sni 270031:2013. “Kami juga dalam implementasi di GRC juga memenuhi ketentuan SNI ISO 37001: 2016. Kemudian juga sistem keamanan manajemen informasi SNI 270031:2013 dan ini kita juga terus optimalisasi dalam rangka peningkatan kapasitas Bank BPD Bali,” terangnya.
Untuk menunjang implementasi GRC tersebut, BPD Bali memiliki budaya kerja yang dikenal dengan nama CINTA, Competence, Integrity, Customer Awareness dan Teamwork. Nilai-nilai tersebut sebagai landasan aktivitas bisnis agar visi dan misi perusahaan dapat tercapai.
“Semua itu didukung oleh implementasi budaya kerja yang dikenal dengan nama CINTA. Dan kita terus kembangkan dan terus kitaa buata artefak-artefak baik dari sisi simbol maupun pakaian dan lain-lain, termasuk lagu untuk budaya kerja kita juga buatkan dan lain-lain,” tegasnya.
“Tentunya ini untuk mengingatkan atas falsafah kita karena budaya kerja itu menjadi pondasi darsar untuk pencapaian keberhasilan organisasi,” lanjutnya.
Kinerja Keuangan
Berkat upaya dan kerja kersa dalam implementasi GRC, BPD Bali sukses mencatatkan kinerja positif dari tahun ke tahun dengan rasio pertumbuhan signifikan. “Kinerja Bank BPD Bali tahun 2023 hampir selurhnya tumbuhn positif dan rasio-rasio keuangan kalua kita bandingnkan rata-rata diatas,”
Sebagai informasi, Pendapatan Bunga Bersih Bank mencapai Rp2.272,84 Miliar atau 116,149% dari target Q4-2023 sebesar Rp1.957,06 Miliar. Pendapatan Bunga Bersih Bank túmbuh sebesar 27,72% (yoy). Tingginya pertumbuhan pendapatan bunga bersih Bank didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga kredit dan pendapatan bunga non kredit serta didukung oleh rendahnya beban bunga Bank akibat pertumbuhan dana murah (CASA) yang meningkat sebesar 23,40% (y-o-y) sehingga rasio CASA menjadi 71,A8% merupakan capaian CASA tertiea) dalam 5 (lima) tahun terakhir.
Selain itu, Laba Operasional Bank mencapai Rp 1.074,09 milar atau 1212 dari target Q4-202B sebesar Rp 885,67 miliar. Laba Operasional Bank tumbuh sebesar 25,75% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan Laba Operaslonal Bank selain disebabkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih Bank juga disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan operasional diluar pendapatan bunga tumbuh sebesar 24,74% (yoy).
Selain itu, Bank menerapkan prinsip kehati-hatian dan mitigasi risiko dengan melakukan perhitungan pembentukan Beban CKKE sesuai Pedoman operasional dalam rangka penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 71 (PSAK 71) serta penambahan pembentukan Beban CKKE terhadap kredit restrukturisasi.