Jakarta, TopBusiness – Mengusung budaya AKHLAK dan motto Spirit for Giving The Best, PT Brantas Abipraya (Persero) berupaya mewujudkan visi menjadi perusahaan terpercaya dalam industri konstruksi dan investasi. AKHLAK merupakan nilai budaya BUMN, singkatan dari dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
“AKHLAK tidak hanya slogan, tapi itu menjadi satu kesatuan dalam daily business kami,” kata Dian Sovana, Sekretaris Perusahaan Brantas Abipraya dalam penjurian TOP GRC Awards 2024 yang dilakukan secara daring, Kamis (15/8/2024).
Hadir dalam penjurian ini antara lain Diana Kusumastuti (Komisaris Utama), Suradi (Direktur Keuangan & Manajemen Risiko), serta tim legal korporasi Brantas Abipraya. Mereka membawakan materi presentasi berjudul Implementasi Prinsip Governance, Risk, Compliance (GRC) untuk Menuju “The Living Company”.
Secara bisnis dan operasional perusahaan, PT Brantas Abipraya menunjukkan kinerja yang cukup bagus pada 2023 lalu. BUMN yang bergerak di bidang konstruksi ini mencatat kenaikan laba bersih 49,14 persen dari Rp 135,38 miliar pada 2022 menjadi Rp 201,90 miliar.
Demikian pula kinerja pendapatan tahun 2023 mengalami pertumbuhan 51,94 persen dibandingkan 2022. Realisasi kontrak baru Brantas Abipraya pada 2023 juga meningkat 57,29 persen dibandingkan realisasi kontrak baru tahun 2022.
“Kita tidak boleh jumawa, tapi Alhamdulillah Brantas ini penyumbang dividen terbaik untuk sektor infrastruktur saat ini. Untuk tahun 2023, Brantas menyumbang dividen Rp 201 miliar,” kata Dian.
Manajemen berharap pertumbuhan bisnis PT Brantas Abipraya ini bisa terus berkelanjutan, sehingga perseroan saat ini fokus pada penerapan tata kelola yang baik, pengeloaan isu-isu keberlanjutan, serta bisnis yang bertanggung jawab. Ketiganya memiliki parameter masing-masing,yakni GCG dan GRC, ISO 31000 dan ISO 27000.
Sedangkan untuk pengelolaan isu-isu keberlanjutan, kata Dian, materialnya berdasarkan GRI dan SASB. Untuk bisnis yang bertanggun jawab, Brantas Abipraya menerapkan standar dan regulasi terkait lingkungan yakni ISO 26000 dan ISO 14000.
“Brantas Abipraya untuk sustainability atau ESG-nya, kami melakukan economic circular. Kami melakukan kegiatan-kegiatan seperti daur ulang sampah plastik menjadi sepatu, jadi tas, dan benda-benda yang bisa digunakan kembali dan memiliki value. Selain itu, kami juga mendaur ulang baju-baju pekerja yang sudah tidak terpakai dan menjadi waste, kita daur ulang menjadi tekstil kembali,” tuturnya.
Untuk menjaga bisnis Brantas Abipraya berkelanjutan, menurut Dian, perseroan menerapkan strategi seperti layaknya mengendarai sebuah kendaraan. Semua ada parameternya.
“Bagaimana menjaga sustainability profit, kita punya parameter yaitu early warning system. Bagaimana menjaga profit dan balancesheet, itu ketat sekali. Ibarat driver atau pimpinan kami, power stiring-nya itu arah strategi dan arah bisnis. Kemudian RPM-nya sebagai kekuatan bisnis, itu dijaga tata kelolanya. Temperatur dan kesehatan juga dijaga agar tetap bagus, break-nya atau remnya itu risk management, GCG dan GRC,” ujar Dian.
Menurut Dian, ketika pertumbuhan bisnis perusahaan dirasa melaju terlalu kencang, manajemen tak ragu untuk melakukan pengereman. Hal ini yang membuat Brantas Abipraya sampai sekarang ini tetap menjadi perusahaan yang sehat.
Perseroan juga tidak akan memaksakan investasi, jika dari sisi pendapatan dinilai tidak bisa kembali modal. “Yang terpenting juga adalah talen. Human capital kami menyiapkan talenta-talenta terbaik untuk kesiapan Brantas Abipraya bisa landing ataupun take off lebih cepat lagi,” tuturnya.
Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Brantas Abipraya, Suradi menambahkan, terkait pelaksanaan tata kelola, pihaknya secara rutin melakukan penilaian GCG yang dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). “Dan dua tahun sekali dilakukan self assessment, bergantian,” ucapnya.
Untuk pelaksanaan manajemen risio, Brantas Abipraya secara rutin juga melakukan pengukuran tingkat Risk Maturity Index (RMI) serta penilaian berdasar pada ISO.
“Setiap tahun, kami juga melakukan audit compliance bagaiamana seluruh prosedur dan aturan dijalankan di dalam kepengurusan perusahaan. Ini merupakan bagian opportunity kita untuk tetap mempertahankan perusahaan agar tetap sustain,” ujar Suradi.
Brantas Abipraya memiliki banyak program tanggung jawabb sosial dan lingkungan selain pengolahan sampah plastik, misalnya Program Abipraya Pintar, Go Nature penanaman 1000 pohon, dan Go Brantas Everyone yaitu bantuan sembako, khitanan masal, donor darah, dan stunting. Program-program TJSL tersebut dijalankan perseroan dalam rangka pencapaian SDGs.