Jakarta, TopBusiness – Seiring dengan upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19 yang mewabah sejak Maret 2020 lalu, Perumda BPR Bank Solo, Jawa Tengah terus melakukan inovasi dan terobosan untuk mengakselerasi bisnis dan mencapai target kinerja sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) yang ditetapkan.
Direktur Utama Bank Solo Agung Riawan mengatakan dalam upaya pemulihan kinerja Bank pasca pandemi, pihaknya merumuskan sejumlah strategi untuk meng-grab lebih banyak nasabah serta memberikan layanan dan experience terbaik pada nasabah.
“Jadi untuk strategi bisnis secara umum kita mulai banyak berfokus pada penerapan dan pengembangan teknologi informasi pada bisnis dan operasional. Kita melakukan adaptasi terhadap perubahan eksternal dengan mencermati yang memberikan dampak kepada industri BPR yaitu produk teknologi informasi seperti Financial Technology (FINTECH) dan Layanan Keuangan Tanpa Kantor (LAKU PANDAI),” kata Agung Riawan dalam wawancara penjurian TOP BUMD Awards 2023 yang diselenggarakan Majalah Top Business secara virtual pada Senin (06/02/2023).
“Selain itu kita juga telah mengimplementasikan Mobile Banking yang di dalamnya terdapat fitur ATM Cardless untuk proses transaksi perbankan yang lebih mudah. Terus kita juga sudah kerja sama dengan FINTECH dalam bentuk Peer to Peer Lending atau bentuk lainnya guna meningkatkan pendapatan,” sambung dia.
Dalam hal inovasi di bidang pemasaran/layanan pelanggan Agung menyebut saat ini Bank Solo telah memiliki dua produk kredit unggulan bagi masyarakat yakni Kredit Melati dan Kredit Proyek.
Kredit Melati atau Melawan Rentenir adalah kredit diberikan khusus kepada pelaku usaha mikro di kota Surakarta yaitu para pedagang di pasar tradisional dan pelaku usaha mikro perdagangan/jasa/industri perumahan.
“Kredit Melati diperuntukan bagi para pelaku usaha yang membutuhkan modal kerja dengan bunga yang murah, persyaratan yang ringan, dan proses yang cepat, sehingga diharapkan dapat menjadi alat untuk melawan rentenir yang berada di pasar tradisional maupun di kampung-kampung di Kota Surakarta,” jelas Agung.
“Jadi sekarang Kredit Melati yang semula bunganya 6% per tahun turun menjadi 4% per tahun dengan plafon pinjaman sampai dengan Rp5 juta dapat dimintakan jaminan atau sampai Rp50 juta dengan jaminan, dengan jangka waktu pinjaman maksimum 2 tahun, dengan potongan provisi 1% dan administrasi 1%,” sambung Agung.
Keuntungan lain dari kredit melati bagi para UMKM ini di antaranya: tidak ada potongan biaya administrasi, hingga kredit yang bisa diajukan oleh perorangan maupun kelompok. Syarat untuk mendapatkan kredit melati ini juga tergolong mudah, yaitu, ber-KTP dan domisili di Surakarta, serta memiliki rekomendasi dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta.
Selain dari Kredit Melati, Bank Solo juga memiliki produk Kredit Proyek, yang hadir untuk memenuhi kebutuhan modal kerja di dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan kontrak kerja yang dimaksud, dengan suku bunga yang menarik, serta proses pengajuan dan pencairan yang dilakukan juga cepat dan mudah.
Agung menjelaskan di tahun 2022 kredit proyek ini terus dikembangkan. Dari yang sebelumnya hanya difasilitaskan untuk pembangunan fisik, saat ini dikembangkan pula untuk pembiayaan bagi EO yang terkait dan diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Surakarta.
“Jadi kredit proyek ini rasio penyalurannya itu berkisar di antara bulan Mei sampai bulan November dengan potensi yang cukup besar yaitu di angka Rp15 miliar hingga Rp16 miliar. Hanya saja di setiap bulan Desember, Kredit Proyek kita itu Nol. Jadi yang tertinggi itu kami bisa mencapai Rp16 miliar sekitar bulan Agustus-September,” ujar dia.
Menurut Agung, inovasi baik dalam transformasi teknologi informasi hingga inovasi di bidang pemasaran telah membantu perusahaan dalam mengakselerasi kinerja bisnisnya di sepanjang tahun 2022.
Ini bisa dilihat dari terjadinya pertumbuhan kinerja keuangan di berbagai aspek. Seperti pada Aset perusahaan misalnya, dari target Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun 2022 sebesar Rp154.965.783.388, aset Bank tercapai 107,61 persen atau di angka Rp166.752.389.060. Pade aspek kredit, dari target RBB 2022 sebesar Rp120.930.886.428 tercapai Rp97.696.491.551 atau 80,79 persen.
Lalu pada aspek dana terhimpun berdasar target RBB 2022 yakni Rp121.454.768.740 tercapai Rp125.719.596.144 atau 103,51 persen. Dan terakhir pada asepek Laba Sebelum pajak dari target RBB 2022 sebesar Rp2.630.733.871, perusahaan berhasil membukukan laba sebesar Rp2.845.666.665 atau tercapai 108,18 persen.
“Dari capaian kinerja yang dibukukan tadi, kami berhasil menyetor PAD (pendapatan asli daerah) sebesar Rp1,059 miliar di tahun 2022. Kami juga berencana menaikan PAD 2023 ini di angka Rp1,121 miliar,” pungkasnya.
Penulis: Abi Abdul Jabbar Sidik