Jakarta, TopBusiness – Dalam menjalankan program CSR nya PT Bhumi Jati Power, sebuah perusahaan Independent Power Producer, berfokus pada program yang dapat memberikan kebermanfaatan langsung bagi Masyarakat dan lingkungan yang terdampak serta menjaga komunikasi yang intensif kepada otoritas lokal dan regional.
“Hal ini dikarenakan perusahaan kami sangat erat hubungannya dengan perubahan lingkungan dan juga bagaimana caranya untuk mengatasi perubahan lingkungan tersebut maka kami mencoba memberikan dan menyusun strategi pengelolaan dampak. Yang pertama dari identifikasi dampak lingkungan yang berdasarkan dari keputusan bisnis maupun aktifitas operasional,” kata CSR Manager Bhumi Jati Power Ari Wibawa dalam wawancara penjurian Top CSR Awards 2024 yang diselenggarakan majalah Top Business secara virtual Kamis (29/2/2024).
Ari mengatakan perusahaan berupaya menghadirkan program CSR strategis setelah melakukan berbagai kajian dan identifikasi dampak operasional pada empat aspek mulai dari aspek lingkungan, sosial, kesehatan dan keselamatan masyarakat hingga dampak langsung dari operasional perusahaan.
“Dari analisa identifikasi dampak diatas kami menerapkan strategi menajemen tanggung jawab sosial. Dimana kami mencoba memformulasikan hal-hal terbaik untuk dapat memitigasi, menanggulangi, mencegah, serta dapat me-manage ataupun mengatasi hal tersebut.” ujar Ari.
Setelah itu perusahaan lalu menerapkan CSR Manajemen Sistem yang berfokus pada empat tahapan mulai dari planning system, implementation system, monitoring system, dan evaluation system.
“Pada sistem perencanaan ini kami pada dasarnya setelah melaksanakan social mapping, lalu kami menyusun untuk program CSR jangka panjang yang tertuang di CSR masterplan dimana dari setiap implementasi dari CSR program tentu kami ingin memastikan keberhasilan serta efektivitas dari program tersebut sehingga sebelum melaksanakan program kami melaksanakan Feasibility ataupun studi kelayakan terhadap semua CSR program,” ujar Ari.
“Selanjutnya kami berusaha menjalankan program CSR tersebut dengan menggandeng pakar-pakar terkait yang punya reputasi yang baik di program tersebut sehingga memperbesar peluang keberhasilan di program CSR tersebut,” sambung dia.
Pada tahapan implementasi, lanjut Ari, perusahaan berusaha untuk selalu mematuhi peraturan dan juga mengadopsi SDGs serta memastikan bahwa program CSR tersebut bisa sustainable dan melalui proses yang baik.
Pada tahapan monitoring perusahaan berusaha untuk memanfaatkan digitalisasi, yang dituangkan pada laporan bulanan dan tahunan untuk dapat lebih memonitor secara komprehensif.
“Lalu pada tahapan evaluasi terhadap program CSR dituangkan dalam CSR procedure dan juga kami melakukan persiapan yang mandiri dimana dari awal kami mencoba screening dan di akhir kami melaksanakan assessment untuk mengetahui dimana level dari CSR program yang ada,” tutur Ari.
Dari tahapan tahapan di atas, perusahaan berhasil menghadirkan program Communal Cow Farm (CCF), sebuah program peternakan komunal sapi terintegrasi hasil kolaborasi perusahaan dengan Masyarakat Tubanan.
Ari mengungkapkan program ini punya background dari observasi para peternak sapi di desa yang ada di sekitar wilayah ring satu perusahaan dimana ada beberapa fakta ditemui; pertama, Para peternak Tubanan umumnya memelihara sapi dengan cara melepaskan sapinya di tempat umum, termasuk di jalan raya. Hal ini dapat mengancam keselamatan sapi dan pengguna jalan.
Kedua, kandang sapi yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan timbulnya bau dan penyebaran bakteri pada kotoran sapi. Dapat membahayakan sanitasi dan kesehatan Masyarakat.
Ketiga, Memelihara sapi dengan cara dilepasliarkan ke tempat umum, memicu potensi timbulnya Gas Metana di Desa Tubanan sekitar 436,24 Kg/tahun (Hasil Studi Internal, 2023). Dan keempat tidak ada nilai tambah dari beternak sapi secara tradisional. [Aspek ekonomi]
“Dari 4 keresahaan di atas tim kami mencoba untuk mempunyai suatu ide-ide dimana kami brainstorming juga kami berdiskusi dengan beberapa expert dibidang sapi sehingga akhirnya timbulah suatu ide bagaimana kalau kita mencoba mengumpulkan sapi-sapi itu dalam suatu kandang dan hasil dari kotoran sapi itu tentu saja tidak dibuang percuma tapi bisa digunakan untuk hal hal yang mempunyai nilai tambah. akhirnya lahirlah program ini,” papar Ari.
Ia menambahkan program CCF merupakan sistem peternakan komunal yang beternak sapi dalam satu kandang terpadu. CCF juga mengintegrasikan penanganan sapi dengan bidang lain, seperti pertanian (melalui pembuatan pupuk dan pertanian organik), perikanan (melalui penanganan ikan lele), dan pembangkit energi (melalui produksi biogas dengan biodigester).
Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberdayakan masyarakat setempat dalam penanganan sapi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai produk turunannya.
“CCF Sendiri pada dasarnya hal ini merupakan suatu kandang komunal yang terintegrasi dengan beberapa bisnis ataupun kegiatan tambahan karena dari beberapa kegiatan tersebut kami meyakini ada nilai tambah yang terjadi,” terang Ari.
Dalam memulai program ini perusahaan membuat sebuah kendang komunal terpusat berkapasitas 20 sapi. Kotoran sapi yang dihasilkan di kendang tersebut diolah dan disalurkan pada biodigester. Dari biodigester ini akan diolah yang pertama untuk produksi gas atau biogas yang dapat disalurkan ke rumah tangga ataupun dapat menunjang operasional dari kandang itu tersendiri karena dari gas itu juga dapat menghasilkan listrik untuk mengalirkan ke lampu di rumah masyarakat.
“Dari hasil biodigester juga ada suatu produk bernama Bio-Slurry dimana dari produk itu bisa menghasilkan pupuk kandang, dimana ada dua jenis yaitu pupuk kandang padat dan pupuk kandang cair. Pupuk itu selain bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan organic farming yang ada disekitar kandang tersebut, juga bisa menjual pupuk tersebut kepada masyarakat di sekitar tubanan,” jelas Ari.
Selain itu, Bio Slurry yang dihasilkan tadi juga bisa untuk menjadi tambahan pakan ternak. Dimana Bio Slurry ini diintegrasikan intake waste atau limbah hasil dari business process yang ada di PLTU perusahaan.
“Jadi intake waste ini hasil dari proses untuk power plan dari air laut yang disedot di PLTU yang juga tersedot bersamanya beberapa biota laut seperti ubur-ubur, ikan kecil dan binatang laut lainnya. Biasanya binatang laut (intake waste) ini dibuang dengan percuma dan ini akan menimbulkan bau. Tapi kami coba integrasikan dengan program CSR kami yaitu CCF tadi dengan studi yang sederhana kami bisa memproduksi atau menghasilkan serta me-utilize intake waste tersebut sebagai makanan ikan. Makanan ikan ini kami coba combine dengan Bio Slurry yang ada untuk dapat menghemat biaya untuk peternakan lele,” jelas Ari.
Dengan demikian, melalui program CCF tersebut bisa menghasilkan sebuah rantai CSR yang berkelanjutan. Dimana dalam peternakan sapi komunal tersebut selain ada kandang, ada biodigester yang menghasilkan produk gas dan biogas, juga bio slurry yang bisa digunakan sebagai pupuk untuk organic farming di sekitar kendang dan juga menjadi campuran untuk pakan ternak bagi peternakan lele Masyarakat.
Jadi program CCF ini merupakan salah satu program unggulan Bhumi Jati Power yang berhasil menciptakan energi hijau terbarukan melalui pembangkitan biogas yang mampu menunjang aktivitas masyarakat sehari-hari. Terdapat 5 warga desa yang memanfaatkan pembangkit biogas untuk menghidupkan kompor mereka sejak program dimulai pada tahun 2021. Pemanfaatan pembangkit biogas ini, dapat mendukung warga desa untuk menggantikan pemanfaatan gas dari LPG menjadi biogas dan dapat mengurangi pengeluaran bulanan keluarga sebesar Rp 92.000/ bulan (Rp 16.560.000 dalam program 3 tahun).
Program CCF juga menghubungkan salah satu proses bisnis BJP dalam pemanfaatan limbah intake untuk melaksanakan program budidaya ikan lele. Melalui program sambungan ini, kelompok dapat menekan potensi biaya pakan ikan sebesar Rp 26.700.000/tahun (3 siklus panen).
Editor: Nurdian
Saya memiliki beberapa pertanyaan:
1. Dimana kah kandang terpadu tersebut dibangun? Apakah lahan yang dibangun merupakan lahan hibah, dipinjamkan, atau disewakan?
2. Feedback apa yang didapatkan PT Bhumi Jati Power dari program CCF ini?